Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebenaran Itu "Belum Ada"

10 Agustus 2019   15:30 Diperbarui: 10 Agustus 2019   15:39 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih jauh, kebanyakan dari saya lebih suka terbang di pesawat terbang yang dibangun oleh para insinyur yang memiliki lebih banyak pandangan korespondensi tentang kebenaran. Saya ingin percaya  para insinyur yang membangun pesawat Saya memahami aerodinamika dan membangun pesawat yang sesuai dengan proposisi yang membentuk hukum aerodinamika.

Pandangan Anda tentang kebenaran itu penting. Anda mungkin menjadi ahli teori korespondensi dalam hal pesawat terbang, tetapi seorang postmodernis dalam hal etika atau politik. Tetapi mengapa memiliki pandangan yang berbeda tentang kebenaran untuk berbagai aspek kehidupan Anda? Di sinilah sebuah teori muncul. 

Ketika Anda merenungkan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pesawat terbang dan etika, kesiapan produk Anda untuk disampaikan kepada konsumen dan kesiapan anak Anda untuk dilonggarkan ke dunia, tentang apa yang membuat Anda bahagia dan tentang tanggung jawab Anda terhadap sesamamu, Anda akan mengembangkan teori kebenaran yang akan membantu Anda menavigasi situasi ini dengan lebih jelas dan konsisten.

Simpulannya adalah tentang paradoks Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible), kita tertunda oleh bahasa atau tidak mampu didefinisikan, dan akhirnya saya mengambil sikap "bungkam" dalam kesunyian diri saya sendiri. 

Bagi Saya kebenaran mungkin hadir dalam kebungkaman diri sendiri. Bukankah Albert Einstein (1879-1955), dan Pythagoras (570SM-495SM) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya (keselarasan nada), bahwa segala sesuatu yang ada sudah ditentukan dari awal sampai akhir oleh kekuatan yang berada diluar kontrol manusia, kita semua manusia, sayur bayem, toge, terong, burung enggang, bunga mawar atau debu kosmis menari mengikuti irama musik WA Mozart yang misterius dimainkan dengan biola dari kejauhan oleh pemusik yang tersembunyi tersebut.

***Sumber: Bahan Kuliah Program Doktoral [S3] Filsafat Ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun