Analisis Akademik Before and After Tabrak Lari  di  Overpass Manahan Solo
 Dikutib dari Detik.Com. Kamis 01 Agustus 2019, 16:08 WIB. Dengan judul Sebulan Berlalu, Apa Kabar Kasus Tabrak Lari di Overpass Manahan Solo. Penyelidikan kasus tabrak lari di overpass Manahan Solo telah berjalan sebulan sejak 1 Juli 2019 lalu. Namun polisi belum juga berhasil menangkap pelaku yang menewaskan Retnoning Tri, warga Serengan, Solo.Â
Jika sebelumnya Kasatlantas Polresta Surakarta, Kompol Busroni, mengaku sudah mengantongi identitas pelaku, kini hal tersebut dibantah oleh Dirlantas Polda Jateng Kombes Pol Rudi Antariksawan. ermasuk pernyataan yang mengungkap ada tiga hingga empat orang di dalam mobil, dia mengaku belum bisa memastikan.Â
Saat ini hal itu masih dalam penyelidikan. "Belum diketahui identitasnya. Kalau sudah tahu penumpangnya, berarti kan sudah tahu pelakunya, pasti kita tangkap dong," katanya melalui telepon, Kamis (1/8/2019). Saat ini kepolisian sudah membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus itu. Tim terdiri dari laboratorium forensik, satuan lalu lintas, hingga ahli CCTV.
Lalu bagimana sebenarnya cara mencari dan menemukan pelaku tabrak lari di Solo itu. Tulisan ini adalah tulisan ke [2] saya tentang tema yang hampir sama pernah disampaikan di Kompasiana. Maka pada tulisan ke [2] ini saya mencoba memberikan ulasan [diskursus] kemungkinan mengetahui konstruksi rekonstruksi dan dekonstruksi kejadian tersebut.Â
Sebagai dosen bidang audit system informasi mungkin diskusi ini sudah dianggap tidak memadai, karena pihak Kepolisian Negara Indonesia setahu saya itu sangat unggul, canggih, dan hebat, jarum jatuh ditengah hutan saja Kepolisan Indonesia bisa paham.
Tidak ada sifat menggurui atau melakukan mengajari. Tulisan ini saya bersifat diskursus umum pada masyarakat. Teknis khusus, pertimbangan lainnya bukan kewenangan saya, dan kalaupun saya paham tentun saja kurang etis.
Ke [1] Â Setiap moment [peristiwa] seharusnya menginggalkan jejak, tanda, dan informasi paling kecil, keterikatannya dengan [a] ruang [tempat] dan [b] waktu. Maka untuk mengetahuinya diperlukan teknik mundur kebelakang melalui apa yang disebut rekonstruksi ulang, atau dalam ilmu disebut mimesis. Atau mengcopy ulang kejadian tempat keterjadian, sesuai dengan fakta. Maka kemampuan memahami menyelidiki, mengolah, dan menjelaskan duduk kejadian tersebut bisa menjadi jelas;
Ke [2] Â Dengan meminjam pemikiran Rene Descartes tujuan tulisan akademik ini adalah mengembangkan gagasan "Res Cogitans" adalah proses penyangkalan berpikir. Dengan keraguan memungkinkan ilmu diperoleh dengan kejadian tabrak lari ini dapat diketahui dengan Jelas dan Terpilah-pilah (Clara Et Distincta Idea).Â
Maka kemampuan Jaringan saraf tiruan (JST) (Bahasa Inggris: artificial neural network (ANN), atau juga disebut simulated neural network (SNN), pada buku [a] David Everett Rumelhart dapat dipinjam dan dipakai sebagai gagasan awal. [b] Lotfi A. Zadeh, menyelidiki teori sistem, dan pada pertengahan 1960-an, ia menetapkan teori set Fuzzy dan sistem yang didasarkan pada teorema matematika tentang keterpisahan linear dan masalah klasifikasi pola.Â
Bersamaan dengan itu, psikolog, Frank Rosenblatt, mengembangkan teori perceptron sebagai mesin pengenalan pola berdasarkan pada penelitian awal yang disebut kecerdasan buatan, dan terutama dalam penelitian tentang jaringan saraf tiruan;