Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Adam Smith [1]

8 Juni 2019   00:03 Diperbarui: 8 Juni 2019   00:10 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua buku teks Adam Smith  yang dipelajari selama saya kuliah pascasarjana master pada matakuliah ekonomi makro madya [intermediate macroeconomic] yakni [a]  TMS] Theory of Moral Sentiments. Ed. A.L. Macfie and D.D. Raphael. Indianapolis: Liberty Press, 1982; dan kedua [b]  [WN] An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. 2 vols. Ed. R.H. Campbell and A.S. Skinner. Indianapolis: Liberty Press, 1976.  Dua literature ini tidak mudah dipahami, harus dibaca berulang ulang.  

Sepuluh [10x] saya bacapun belum paham ini teks buku ini. Bahkan berulang-ulang dibacapun tidak bisa dipahami seluruhnya; sampai hari inipun saya belum pandai menguasi buku ini. 

Karena ada perbedaan jauh antara yang Adam Smith tulis, dengan apa yang saya tafsir sendiri. Namun demikian pada tulisan di Kompasiana ini saya mencoba membahas dalam beberapa tulisan secara singkat apa yang saya pahami tentang karya Adam Smith sering diidentifikasi sebagai bapak kapitalisme modern sebagai gagasan pada Penyelidikan terhadap Sifat dan Penyebab Kekayaan Bangsa.

Adam Smith lahir pada Juni 1723, di Kirkcaldy,  kota pelabuhan di pantai timur Skotlandia; tanggal kelahiran tidak diketahui secara pasri. Ayahnya, Pengawas Keuangan dan Kolektor Kepabeanan, meninggal ketika ibu Smith hamil meninggalkan keluarga kekayan harta  berlimpah. 

Adam muda dididik di sekolah Kristen disebuah Paroki  setempat. Pada 1737, pada usia tiga belas tahun dikirim ke Glasgow College; menghadiri Baliol College di Universitas Oxford. Pengalaman positifnya di sekolah di Kirkcaldy dan di Glasgow, dikombinasikan dengan reaksi negatifnya terhadap para guru besar profesor di Oxford,   memberi pengaruh kuat pada filosofinya.

Secara khusus, Smith menjunjung tinggi gurunya Francis Hutcheson. Salah satu pemimpin awal gerakan filosofis   Pencerahan Skotlandia, Hutcheson adalah pendukung teori moral sense, posisi manusia membuat penilaian moral menggunakan sentimen dibandingkan kapasitas "rasional".

Menurut Hutcheson, rasa persatuan di antara manusia memungkinkan untuk kemungkinan tindakan berorientasi lain meskipun individu sering dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. 

Perasaan moral, yang merupakan bentuk kebajikan, memunculkan perasaan persetujuan dalam tindakan-tindakan moral yang menyaksikan itu. Hutcheson menentang egoisme etis, gagasan dimana individu pada akhirnya harus dimotivasi oleh kepentingan   sendiri, bahkan ketika   bekerja sama dengan orang lain dalam proyek bersama.

Istilah "pengertian moral" pertama kali digagas oleh Anthony Ashley Cooper, Earl Shaftesbury, yang karyanya yang dibaca Smith dan yang menjadi titik fokus dalam diskusi Skotlandia. Meskipun Shaftesbury tidak menawarkan teori kesadaran moral formal seperti yang dilakukan Hutcheson, bahwa moral pribadi sebagai "solilokui," sebuah proses pembelahan diri dan pemeriksaan diri yang mirip dalam bentuk pernyataan Hamlet tentang bunuh diri. Model penalaran moral ini memainkan peran penting dalam buku-buku Smith.

Tak lama setelah lulus di Oxford, Smith mempresentasikan kuliah umum tentang filsafat moral di Edinburgh, dan kemudian, dengan bantuan para sastrawan,   mendapatkan posisi pertamanya sebagai Ketua Logika di Universitas Glasgow. Persahabatan terdekatnya   adalah dengan David Hume.

Hume  dengan skeptisisme diyakini sebagai seorang ateis, dan karyanya mempertanyakan beberapa keyakinan inti dalam filsafat moral. Secara khusus, dan bahkan lebih daripada Hutcheson, versi Hume sendiri tentang teori moral menantang asumsi akal adalah kemampuan manusia dalam perilaku moral. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun