Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bisakah Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baru [3]

4 Juni 2019   22:49 Diperbarui: 4 Juni 2019   23:04 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisakah Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baru [3]

Kompas.com - 22/05/2019, 06:57 WIB; dengan judul "Jimly: Gugatan ke MK Bukan Hanya soal Menang atau Kalah", Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, mengatakan, gugatan sengketa hasil Pilpres 2019 bukan hanya menyangkut ketidakadilan siapa yang menang dan kalah dalam pemilu. Pengajuan gugatan ke MK juga upaya pembuktian hukum terhadap adanya dugaan kecurangan.

"Forum sidang MK ini penting sekali, bukan sekadar soal menang dan kalah. Forum MK itu kita harapkan berhasil memindahkan kekecewaan dari jalanan ke ruangan sidang. Jadi lebih baik kita berdebat di forum sidang MK," kata Jimly, seusai menghadiri acara Buka Puasa Wapres Jusuf Kalla Bersama Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Istana Wapres Jakarta, Selasa malam (21/5).

Maka menyikapi berita Kompas tersebut p ada tulisan ke [3] di Kompasiana ini saya ingin melakukan ekskursus tentang episteme atau cara lain yang memungkinkan Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baru yang bersifat melampaui apa itu benar dan apa itu salah.  

Maka pada tulisan ke [3] ini hanya mungkin jika para punggawa hukum pada sidang di Mahkamah Konstitusi bisa Menemukan Jenis Kebenaran Baru hanya jika memahami metode atau episteme Martin Heidegger dengan pemikiran ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"].  Mengapa cara ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"]  muncul dalam kerangka theoria Martin Heidegger [1889-1976]; karena pada tulisan-tulisan sebelumnya saya sudah menguraikan bahwa [Kebenaran] itu keras kepala dan sulit diberikan pengertian  bersifat paradox serta kebenaran itu tidak mungkin menjadi ide fixed.

Gagasan ke [6]  Yang saya buat adalah preposisi Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baru melalui apa yang saya sebut sebagai episteme ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"] sebagai  landasan seluruh pengalaman manusia. Adalah Filsuf  Martin Heidegger [1889-1976]  menyebut  ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"] sebagai cara Menemukan Jenis Kebenaran Baru. Para punggawa hukum didalam ruang sidang mulya di Mahkamah Konstitusi  harus memiliki kepekaan cara baru pemahaman ini. Makna ontologis dari ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"] dalam konsepsi Martin Heidegger tentang makna peenyatuan totalitas pada Attunement (Befindlichkeit).

Attunement berarti proses menyelaraskan panjang gelombang mood suasana hati  dengan Spiritual Energi Cahaya Ilahi sehingga dapat menemukan tipe jenis  kebenaran baru. Pada pengertian ini maka cara menemukan jenis kebenaran baru adalah proses attunement mengandung arti  proses penyelarasan ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"], atau frekwensi diri seseorang [atau keselarasan frekwensi gelombang rasa hati, pikiran, jiwa, dan rohnya].

Hubungan dan cara kerja gagasan Stimmung ini secara khusus dengan "attunement" (ubereinstimmung) dengan bentuk partisipasi kehidupan, sebagaimana dipahami dalam filsafat. Attunement  bahwa ["Mood Suasana Hati" atau Stimmung"] menguraikan ketidakmungkinan konstitutif untuk memahami dan menemukan pengalaman manusia. 

Namun, ketidakmungkinan ini bukanlah kurangnya pengetahuan manusia, tetapi lebih sesuai dengan kegelapan atau kegalauan pengertian yang diperlukan, ketidakpastian dan ketidakberdasan dari setiap pengalaman manusia, yang memungkinkan hal itu terjadi. 

Pada Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baruharus ada apa yang dikatakan Martin Heidegger sebagai suasana kecemasan ontologis tidak dapat dipahami sebagai perasaan yang gelap, karena hal itu menunjuk pada rasa disorientasi yang konstitutif, yang melibatkan ketidakmungkinan untuk ditemukan dan memastikan keakraban dari pengalaman biasa umat manusia. Ketidakmungkinan yang sama  terlibat dalam "penyesuaian"  terhadap fakta, bahasa dan bentuk kehidupan. 

Dengan menganalisis mood kepercayaan hakim agung Sidang di Mahkamah Konstitusi dapat Menemukan Jenis Kebenaran Baru seperti yang dibuat oleh  Wittgenstein dalam On Certainty. Idialnya para punggawa hukum dapat melakukan penataan dengan meta hermeneutika  bahwa mood ontologis kepercayaan, seperti kepastian yang tak berdasar dari praksis kita, menunjukkan ketidakmungkinan yang ditemukan dan memastikan setiap pengalaman manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun