Filsafat Tentang Revolusi [3]
Sejauh interpretasi bersifat ["Amoralis"]; mencakup penjelasan tentang motivasi (yang bertentangan dengan pembenaran) revolusi proletar; sederhana dan rasionalistik: pada akhirnya para pekerja akan menyadari  menggulingkan tatanan kapitalis adalah untuk kepentingan dan kemauan mereka. Ada dua masalah yang tampaknya fatal dengan pandangan seperti itu.Â
Pertama, menurut pemikiran Marx sendiri, kaum proletar akan memobilisasi melawan tatanan kapitalis hanya ketika kapitalisme telah mencapai puncak keterasingan, eksploitasi, dan penganiayaan sehingga pekerja tidak akan kehilangan apa pun kecuali rantai mereka.
Marx percaya  ini pasti akan terjadi karena sistem kapitalis memberi setiap kapitalis insentif utama untuk terus menekan tenaga kerja sebanyak mungkin dari para pekerjanya, bahkan jika setiap kapitalis \dan dapat memperkirakan  efek agregat dari perilaku semacam itu akan menghasilkan dalam penggulingan sistem.
Marx berasumsi  kaum kapitalis sebagai suatu kelas menderita oleh masalah tindakan kolektif yang tidak dapat mereka pecahkan  meskipun demi kepentingan kolektif  untuk menghindari kebodohan kaum proletar, masing-masing akan merasa rasional untuk bertindak dalam suatu cara itu akan berkontribusi.Â
Sebaliknya, dapat dikatakan  kaum kapitalis memecahkan masalah aksi kolektif mereka dengan menciptakan negara kesejahteraan modern  ebuah alat yang cukup meringankan penderitaan kaum buruh untuk menggagalkan mobilisasi untuk revolusi, tetapi tanpa menghancurkan dominasi kaum borjuis.
Kedua, sementara Marx tidak memberi alasan yang baik untuk berpikir  kaum kapitalis akan menyerah pada masalah tindakan kolektif yang tidak dapat larut, ia gagal untuk menganggap serius masalah tindakan kolektif yang dihadapi oleh kaum proletar.
 Seperti halnya revolusi pada umumnya, masing-masing individu dapat beralasan  cukup banyak akan memobilisasi untuk memungkinkan revolusi yang berhasil atau tidak,  partisipasinya sendiri dalam revolusi kemungkinan  dengan biaya yang signifikan,   menuai manfaat revolusi jika berhasil, dan oleh karena itu tindakan rasionalnya adalah menjauhkan diri dari partisipasi.
Poin kunci di sini adalah  pekerja tidak memiliki sumber daya untuk menyelesaikan masalah aksi kolektif mereka yang dapat digunakan oleh kapitalis untuk menyelesaikannya: kontrol atas negara dan karenanya akses ke penegakan aturan yang dapat mengubah insentif untuk menahan diri agar tidak berkontribusi pada barang publik.Â
Marx tidak hanya gagal menangani masalah tindakan kolektif proletariat dengan serius; teorinya tentang keterasingan mengimplikasikan  itu, karena salah satu efek kapitalisme adalah mengubah pekerja satu sama lain dalam persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan di antara mereka psikologi egoistik yang khas dari semua orang yang hidup di bawah kapitalisme.