Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat tentang Kematian Manusia [4]

4 Mei 2019   18:25 Diperbarui: 4 Mei 2019   18:30 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat Tentang Kematian Manusia [4]

Filsafat Tentang Kematian Manusia [4]

Riset tentang Filsafat  Kematian [Philosophy of death], maka dalam telahan alat akademik yang saya pakai adalah 3 tokoh yakni  Filsafat Kematian: Martin Heidegger, Thomas Nagel, Philip Gould. Riset ini membahas 3 tokoh tesebut secara berturut-turut Makalah ini membahas tiga pendekatan untuk konsep kematian: pendekatan eksistensial oleh Heidegger, evaluasi pragmatis oleh Nagel, dan   pengalaman oleh Philip Gould.

Pengamatan dan penghayatan batin oleh Philip Gould memberi aplikasi mendalam pada  pengalaman tentang spekulasi Heidegger dan Nagel. Dalam banyak hal, catatannya yang lebih kaya tentang relevansi kematian dengan kehidupan. 

Gould melaporkan tahap terakhir hidupnya, dan bagaimana dia bereaksi terhadap kasus khusus kematian itu. Heidegger dan Nagel menulis pandangan kematian sehari-hari yang biasa. 

Sikap kita terhadap kematian pada usia, katakanlah, tujuh puluh atau 101 tahun ketika kita merasa tidak mungkin mati sebelum kita berusia 120 tahun   mungkin tampaknya tidak memiliki banyak kesamaan dengan perasaan Gould tentang kematian yang akan segera terjadi. Tapi bisa jadi Gould merasakan lebih intens jenis emosi yang terkait dengan peristiwa semacam itu dan terlibat dalam logika yang tidak dapat kita pahami ketika kita jauh dari kematian.

Ini bukan untuk mengatakan   pengalaman Philip Gould adalah khas dari setiap manusia; mereka adalah laporan subjektif, meskipun jujur apa adanya. Seperti yang Philip Gould sendiri katakan, dia akhirnya menerima kematian dengan sangat iklas pada kematian. Yang lain mungkin tidak, dengan banyaknya rumah sakit, BPJS, asruransi, puskesmas, mahalnya sekolah dokter dan alat-alat kesehatan sebagai pertanda manusia ingin menyangkal kematian. Dan kematian tetap menjadi momok bagi manusia dan problem yang belum bisa diatasi. Toh akhirnya kematian menjemput umat manusia bergiliran dan satu tarikan nafas adalah sama dengan satu langkah menuju kematian. Semua manusia akan mati.

Kisah Tolstoy, The Death of Ivan Ilych , yang disebutkan  bercerita tentang seorang lelaki yang bersikap sangat berbeda dengan Gould. Dia menyesali kekurangannya, dia panik, menjerit dan menangis selama beberapa hari dalam menghadapi kematian sampai menit terakhir. Kematian bagi Ivan Ilych tetap merupakan perhitungan, seperti halnya untuk Philip Gould, tetapi reaksi mereka terhadap perhitungan itu berbeda.

Dengan dua peringatan itu, kesimpulan berguna apa yang bisa diambil dari kumpulan spekulasi dan bukti ini. Maka ada saran Heidegger untuk hidup secara autentik   yaitu, dengan penuh pertimbangan dan dengan kehidupan kehidupan  merupakan tempat yang baik untuk memulai. Di sini, kematian paling tidak memberi kehidupan konsep skala waktu. Sikap mati   bervariasi semakin dekat kita dengan itu, tetapi sikap kita terhadap kehidupan   jauh berbeda jika kita hidup lebih lama atau lebih pendek.

Jika misalnya umur harapan hidup kita adalah lima puluh tahun atau cukup 33 tahun, kita   mengatur kegiatan, harapan, dan aspirasi kita, dan kehidupan kita secara umum akan diatur secara berbeda dibandingkan dengan situasi di mana rentang perkiraan kita adalah 150 tahun.

Nagel mungkin benar dalam pandangannya bahwa kematian tidak dapat diterima karena itu menghilangkan harapan dan aspirasi kita. Di satu sisi, sebagaimana ditunjukkan Jacoby Carter, aspirasi dan harapan ini tidak memiliki nilai ontologis saat ini.

Artinya, mereka tidak nyata di masa sekarang. Kita hanya membayangkan bahwa  memiliki keuntungan yang akan datang: mereka belum terjadi. Sekalipun demikian, kita menaruh banyak harapan pada harapan-harapan ini. 

Kita tidak mau menyerah, bahkan dalam menghadapi kesulitan besar. Tetapi dalam beberapa kehidupan mungkin akan tiba saatnya  khususnya di usia tua, atau dalam kasus penyakit mematikan (dengan seseorang yang pengalaman mirip Philip Gould); di mana akhir kehidupan yang cepat dan tanpa rasa sakit tampaknya merupakan pilihan yang lebih baik.

Dapat dikatakan bahwa Gould adalah contoh bagi Heidegger. Ini adalah gagasan yang tidak mampu terlalu banyak diperluas, tetapi ada beberapa bukti gagasan bahwa Gould telah menjalani kehidupan yang otentik dalam arti Heidegger dari istilah itu.

Konsep filsuf hidup dan kematian  menjadi satu proses dimana kematian memusatkan kita pada keaslian kehidupan dan cara hidupnya adalah titik yang paling penting dalam semua ini. Kematian adalah menununjukkan bukti adalah ciri manusia otentik.

Gould menggambarkan ini dengan luar biasa. Pertimbangkan beberapa pengamatannya sebagai panduan untuk hidup otentik dalam pengertian Heideggerian, bahkan ketika kita jauh dari kematian: kita perlu memikirkan keterbatasan kita. Dan  memiliki proyek dan rencana dengan pemikiran ini; kemudian mengambil sikap perlu menemukan tujuan dalam hidup; perlu menyadari bahwa ketika kematian (atau usia lanjut) semakin dekat, relevansi kita, kebutuhan kita untuk tumbuh, dan kontribusi kita tidak perlu berkurang; untuk menyadarinya. Seperti yang dikatakan Gould, 'mati adalah masa penilaian, sebelum kematian adalah saat penghakiman,' dan   kematian harus diterima, dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang tabu dibicarakan secara filsafat.

Mengenai Nagel, karena pendekatannya sangat terbatas pada evaluasi kematian, satu-satunya landasan yang tampaknya   dengan Heidegger adalah gagasan bahwa waktu itu penting dalam cara kita menilai kehidupan.

Menurutnya, waktu memungkinkan kita untuk membangun aspirasi, yang tidak mau kita tinggalkan, dan yang membuat kita ingin tetap hidup. Tetapi bisa dikatakan bahwa Gould   mencapai kesimpulan yang mendukung tesis Nagel. Karena Gould,  orang yang telah menjadi, ingin berpegang teguh pada kehidupan, memiliki harapan dan aspirasi, dan termotivasi sampai akhir. Heidegger dan Nagel, meskipun tidak saling mendukung, menawarkan pandangan yang tidak bertentangan dan yang bersama-sama dapat memperluas pandangan filosofis kita tentang kematian.

Sementara kematian mengakhiri aspirasi kita, perjalanan menuju kematian adalah waktu yang penting untuk penilaian. Kematian memiliki pengaruh pada cara kita menjalani hidup   jauh dari sekedar akhir dari waktu kematian itu datang menjemput kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun