Marx mengambil ide ini dan malah berpendapat bahwa itu adalah manusia yang teralienasi menjadi wujud lain pada dirinya di dunia berbetuk dialektika material. Dengan meminjam theoria Hegel diinterprestasikan dalam buku "The Communist Manifesto" (1848) karya Karl Marx and Friedrich Engels.
Marx mengambil Hegel, dengan menyatakan ketika manusia menjadi sadar dirinya sebagai roh [mental kesadaran], akibatnya  membuatnya merasa semakin terasing (teori alienasi diri). Episteme atau cara melarikan diri dari keterasingan ini membutuhkan sebuah revolusi.
Marx, dan Engels menyatakan sebuah gagasan tidak boleh berhenti sebagai gagasan namun harus mampu dan bernilai guna  sejauh mempromosikan perubahan sosial, kemudian memerlukan aktivitas tindakan, dan akhirnya memiliki kepercayaan gagasan idiologi itu secara aktif mempengaruhi sejarah dan nasib manusia terutama kaum proletar. Maka idiologi Marx Engels  dipahami sebagai salah satu upaya untuk mempengaruhi tindakan manusia menciptakan sejarah dengan menyebarkannya menjadi idiologi perjuangan kaum proletar.
Maka peringatan Mei Day adalah bentuk lain perlawanan [antithesis] pada idiologi kapitalisme bersifat alienatif dan menindas. Atau bentuk lain pada perjuangan kelas atau gagasan anti eksploitasi oleh kelas Borjouis  terhadap  kelas lain Proletar.
Mei Day adalah reposisi rekonsiliasi bentuk Dialektika pada  hubungan produksi barang jasa mengacu pada hubungan antara mereka diantara dua kepentingan yakni [a] pihak  memiliki alat produksi (kapitalis atau borjuis) dan [b] pihak yang tidak memiliki apa-apa (kaum pekerja buruh atau proletariat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H