Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Kritis Untuk Warga Kompasiana

5 April 2019   11:00 Diperbarui: 5 April 2019   11:26 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan  Kritis Untuk Warga Kompasiana

Sebagimana kita pahami bersama-sama tiap organisasi atau apapun sebuah lembaga tentu memiliki visi dan misi yang ingin dipahami. 

Namun secara umum ataupun secara khusus tujuan media termasuk Kompasiana adalah ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai dokrin idiologi bangsa. 

Tentu saja cita-cita semacam ini adalah idial bagi kebaikan umat manusia universal, dalam membangun kebersamaan dalam wadah apa yang disebut sebagai phronesis jiwa kebangsaan.

Terlepas pada apapun mediapun dipastikan tidak lepas pada kepentingan bisnis, dan segmentasi pasar sebagai demand market para pembacanya. Dan suka tidak suka media inipun terbawa dalam kondisi paradox kepentingan lain yang saling beralienasi.

Dengan memahami 8 bulan terakhir pada berita warga Kompasiana, maka ada percampuran 3 hal pokok antara [a] idiologi  kebangsan; [b] kepentingan segmentasi pasar atau bisnis pada segmentasi pembaca peminat, dan [c] idiologi pendiri [manajemen] Kompasiana yang memiliki seleksi hak tayang pada kriteria tertentu menjadi saling berbenturan, saling menguatkan, atau bahkan saling melemahkan.

Sebagai pendidik saya akan menyampaikan beberapa catatan yang mungkin membutuhkan pemikiran bersama-sama pada isi atau konten tayangan Kompasiana, antara lain:

Ke [1] Jika meminjam idiologi kebangsaan maka seharusnya tulisan atau gagasan warga Kompasiana adalah dalam rangka mendidik, judul, isi, dan ulasan bermartabat, membangun optimisme bersama-sama. Termasuk tidak mudah dan gampangan menayangkan tulisan yang membawa opini yang tidak dipastikan [fakta data angka] demikian adanya atau lebih subjektif dan kurang objektif. 

Ingat Platon sebagai penggagas pemikiran rasionalisme menyatakan bahwa manusia harus mengusakan kebaikan, dan menunju manusia berkeutamaan, dan tidak hanya menulis pada gagasan doxa, atau persepsi indrawi tanpa daya nalar yang memadai.

Ke [2] Dengan tegaknya Jiwa Rasional maka idialnya tulisan warga Kompasiana tidak berat sebelah ["seperti neraca serong"] dalam muatan tulisan, bernada kampanye, dan tidak menuliskan gagasan  dengan fakta/data. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun