Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hipotesis Ilmu

31 Maret 2019   09:32 Diperbarui: 31 Maret 2019   10:20 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti (yang telah ditetapkan, dirumuskan, dan diidentifikasi). Disebut sementara karena bersifat rasional/logis sebagai hasil berfikir deduktif atau masih berupa a priori yang belum tentu benar (karena itu perlu diuji secara empirik). Deduksinya sudah diperoleh  Pada Kerangka Pikiran.

Seperti telah disebutkan di awal pembicaraan  pada Usulan Penelitian, hipotesis ini merupakan pasal  Bab Postulat dan Hipotesis. Pada pasal Hipotesis dalam Usulan Penelitian diminta untuk merincinya satu per satu secara jelas dan tegas. 

Akan tetapi sebelum merincinya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : (1) hipotesis adalah jawaban sementara terhadpa masalah yang diteliti; (2) hipotesis dinyatakan dengan kalimat-kalimat "pernyataan" (statement) atau ungkapan yang disebut "proposisi"; (3) suatu proposisi (sebagai teori kecil/"ad hock") susunannya harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut ;(a) kejelasan bentuk hubungan konsep-konsep /variabel-variabel; (b) derajat keeratan hubungan antar konsep/variabel (proporsition linkage); (c) tinggi-rendahnya nilai informasi (informative value)  proposisi.

Hal-hal tersebut  perlu memperoleh perhatian sesungguhnya agar  keterangan  hipotesis itu "jawaban sementara" terhadap masalah yang diteliti, dapat disimpulkan  "rincian" hipotesis harus sesuai dengan rincian masalah yang diteliti itu. 

Meskipun demikian perlu pula diingat  rincian masalah yang diteliti itu, misalnya pada Identifikasi Masalah, tidak semua dijawab oleh hipotesis, untuk hal demikian tentu kesimpulan  tidak berlaku sebab telah dijawab pada Kerangka Pikiran dan telah dimasukkan sebagai substansi hipotesis.

Selain berhubungan dengan rincian hipotesis, keterangan tadi mempunyai konsekuensi logis pula terhadap "susunan/struktur kalimat" hipotesis itu. Maksudnya  "kalimat hipotesis" harus merupakan "kalimat jawaban" (pertanyaan-berjawab); hal ini berarti pula  susunan kalimat tersebut terrdiri  "bagian pertanyaan" dan "bagian jawaban". (karena itu perumusan masalah harus dinyatakan dengan "research question"). Contoh :

- pertanyaan penelitian    : "mengapa fenomena terjadi"

- jawaban hipotesis             : "fenomena terjadi disebabkan oleh X"

                                                        atau "karena X maka fenomena terjadi"

                                                         "X menyebabkan terjadinya fenomena"

 - pertanyaan penelitian    : "Apakah sama keadaan rel kereta api di datarn tinggi dan di dataran rendah"

- jawaban hipotesis              :"Karena suhu di dataran tinggi tidak sama dengan di dataran rendah maka keadaan rel kereta api di dataran tinggi tidak sama dengan di dataran rendah".

Keterangan kedua menyatakan  "hipotesis" itu dinyatakan dengan "proposisi". Secara umum proposisi itu diartikan sebagai kalimat atau ungkapan/pernyataan (statement) yang terdiri  dua atau lebih "konsep/variabel" (ingat : mempunyai makna/nilai kebenaran fenomena) yang menyatakan hubungan-hubungan (relationship), baik "kausalitas" maupun "komparasi" hakiki dan universal; baik yang belum/dapat maupun telah diverifikasi (diuji) secar empirik. 

Jika belum diverikasi secara empirik disebut "hipotesis". Jika telah teruji secara empirik disebut "fakta"; jalinan fakta menurut kerangka bermakna (meaningfull construct) disebut teori. 

Jadi baik teori maupun fakta dan hipotesis itu dapat dinyatakan dengan proposisi . dengan perkataan lain hipotesis iru dapat dinyatakan sebagai fakta dan teori jika telah teruji secara empirik.

Jika penertian proposisi itu ditelaah lebih dalam, ternyata di dalamnya terkandung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu proposisi. Hal itu terutama terlihat pada syarat hubungan-hubungan (kausalitas dan atau komparasi) "hakiki dan universal"; selain itu pada konsep-konsep/variabel-variabel yang "bermakna "dan atau "bernilai" sesuai dengan "kebenaran realita". 

Berdasarkan hal inilah mengapa keterangan ketiga terdahulu mensyaratkan proposisi itu harus memiliki : (a) kejelasan bentuk hubungan antar konsep/variabel; (b) ketegasan/keeratan (linkage) makna hubungan dalam proposisi; (c) tingkat nilai informasi (informative value) tinggi.

Persyaratan tersebut berlaku baik bagi hubungan komparatif maupun bagu hubungan kausalitas. Hal ini sebenarnya sudah dibahas bab sebelumnya, dalam hal komponen/anatomi ilmu yang terdiri  konsep, komparasi, dan kausalitas.

GENERATION OF HYPOTHESES, A hypothesis can be defined as logically conjected relationship between two or more variables expressed in the form of a testable statement. Relationship are conjected on the network of associations established in the theoritical framework formulated for the research study. By testing the hypothesis and confirming the conjectered relationship, it is expected that solutions can foud to correct the problem.

Hukum Deduktif: "Segala kejadian yang muncul pada hal-hal yang umum, berlaku pula pada hal-hal yang khusus , asal saja hal-hal khusus itu merupakan bagian dari yang umum". Simpulan deduksi/simpulan rasional/simpulan inference di SEBUT HIPOTESIS. Hipotesis disebut sementara karena bersifat apriori secara rasional karena itu perlu di uji secara empirik dengan  kriteria : (a) Hipotesis dinyatakan dengan kalimat-kalimat pernyataan atau disebut proposisi; (b) hipotesis jawaban sementara yang perlu diuji; (c) suatu proposisi sesuai syarat: kejelasan bentuk hubungan konsep-konsep/variabel; derajat hubungan/proposition linkage; tinggi rendah nilai informasi/informative value dari proposisi. Jika teruji disebut FAKTA, fakta ini lah disebut teori/hipotesis telah teruji

Hipotesis terdapat 3 bentuk: (a) Hipotesis deskriftif, (b) Hipotesis komparatif, (c) Hipotesis assosiatif. Dalam perumusan hipotesis statistik; antara hipotesis null dan alternatif selalu berpasangan; di mana kalau salah satu ditolak maka yang satunya diterima. 

Hipotesis deskriftif, dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri tidak membuat perbandingan/hubungan/pengaruh. Misalnya seberapa tinggi produktivitas padi di Kabupaten Canjur, Hipotesisnya adalah: produktivitas padi di Kabupaten Canjur adalah ton/ha. dalam perumusan hipotesis statistik; antara hipotesis null dan alternatif selalu berpasangan; di mana kalau salah satu ditolak maka yang satunya diterima. Contoh: Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa siswanya 90% dapat diterima di PTN. Ho : 0,90 atau Ha : < 0,90.

Hipotesis komparatif, adalah pernyataan yg menunjukkan dugaan nilai dalam suatu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Contoh: Apakah ada perbedaan daya tahan lampu merk A dan B. Hipotesis: Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara merk  A dan B. Daya tahan lampu merk B paling kecil sama dengan lampu merk A. Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A

Hipotesis statistiknya adalah:

Ho :1 = 2

Ha :1 2

Uji hipotesis dua pihak

Ho :1 2

Ha :1 < 2

Uji pihak kiri

Ho :1 2

Ha :1> 2

Uji pihak kanan

Hipotesis assosiatif, pengertian hipotesis alternatif (Ha), hipotesis Nihil (Ho), (Ha) hipotesis alternatif disebut juga  hipotesis kerja (H1), pihak peneliti tidak menguji Ha, sebab Ha lawan Ho; hipotesis alternatif  Ha hanya mengekspresikan keyakinan peneliti tentang ukuran populasi. 

Ho hipotesis nihil diuji secara statistik dan merupakan kriteria parameter yang bertentangan  dengan keyakinan peneliti. Bila secara statistik terbukti yang mendukung/setuju; demikian sebaliknya kita akan menolak Ho.

Hipotesis assosiatif "Menunjukkan hubungan/pengaruh dua variabel atau lebih. Hubungan/pengaruh antara gaya kepemimpinan  dengan efektivitas kerja" Ho : tidak adanya hubungan/pengaruh antara gaya kepemimpinan  dengan efektivitas kerja-sama dengan nol. Ha : adanya hubungan/pengaruh antara gaya kepemimpinan  dengan efektivitas kerja-tidak sama dengan null

Ho : = 0

Ha : 0

Kriteria pengujian pihak kiri: jika: -t tabel t hitung, maka Ho diterima  dan Ha ditolak.  Uji pihak kanan  jika: +t tabel t hitung, maka Ho diterima  dan Ha ditolak Uji hipotesis dua pihak Jika : -t tabel t hitung + t tabel , maka Ho diterima  dan Ha ditolak

===== dilarang mengcopy tanpa mencantumkan Penulis, dan sumber Kompasiana sebagai bentuk citasi====

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun