Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Contoh Membuat Ilmu [1]

26 Maret 2019   09:08 Diperbarui: 14 Mei 2021   16:22 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh Membuat Ilmu [1]

Konsepsi Aristotle tentang ["teleologis"] atau (final cause), pada "Tatanan Alam"   terutama berasal pemikiran pada organisme biologis, yang semuanya kompleks dan sangat efisien. Filsafat Aristotle pada "Doktrin : registrasi: yaitu logika (logos), etika (ethos), dan emosional (pathos) dilakukan melalui proses produksi menghasilkan ide gagasan dan pemikiran, dengan empat "Causa Proxima"  yakni: (a) Causa material adalah bahan menjadi unsur untuk membuat segala sesuatu. (b) Causa forma  adalah struktur atau hakekat yang membedakan materi-materi. (c) Causa efficient, perubahan dan gerak sesuatu berasal; (d) Causa finalis adalah fungsi atau tujuan setiap hal di buat adalah kebaikan (agathon) untuk setiap hal.

Maka dengan meminjam pemikiran empat "Causa Proxima"    atau Trans Substansi Pemikiran Aristotle memungkinkan untuk  contoh cara "Membuat Ilmu". Hasil Penelitian Prof Apollo Daito, dan Pia Oliang  [2014] membuat 5 kasus cara membuat ilmu. Berikut ini disajikan satau [1] pada tulisan pertama sebagai contoh cara membuat ilmu teori "Leadership". 

Langkah  (1) adalah mencari literature dan konsep tentang teks Leadership. Misalnya contoh pada kasus ini saya pakai dengan "Leadership"  dengan sub variabel  (a) sub variabel Sifat (trait approach) mempunyai 20 pertanyaan dari konsep Northouse (1997), Gibson (1991:371-392), Griffin & Moorhead (2007:342-365), Gary Yukl (2006:3-23), Schermerhorn (2008:324), (b) sub variabel Pendekatan gaya  (style approach/ leadership behaviors), dengan 3 dimensi The leadership grid, Michigan leadership studies:,  Ohio State studies: mempunyai 11 pertanyaa, (c)  sub variabel Pendekatan situasional (situational approach) dengan mempunyai 14 pertanyaan, (d) Teori kontinjensi (Contingency theory-LPC = least preferred co-worker) dengan dua pengukuran LPC high leaders:,  LPC low leaders, (e) sub variabel Teori arah tujuan (path goal theory) ada 18 indikator, dengan dimensi Perilaku pemimpin (leader behaviors):, Ciri-ciri bawahan (Subordinate characteristics), Ciri-ciri tugas (Task characteristics): faktor situasi, Karakteristik lingkungan. (f) sub variabel Teori pertukaran pimpinan-anggota (leader member exchange theory-LMX) ada 15 indikator,  dengan dimensi Pertukaran dalam kelompok (exchange in-group),  Pertukaran luar kelompok (exchange out-group):, Hersey dan Blanchard: Revisi dan perbaikan lainnya, (g) sub variabel Pendekatan transformasional (Tranformational approach) mempunyai 14 indikator, Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ), (h) sub variabel Teori kepemimpinan tim  (Team leadership theory)- Pendekatan psikologi (psychodynamic approach) dengan dimensi Menciptakan efektivitas organisasi dengan input, Menciptakan efektivitas organisasi ouput, (i) sub variabel Kepemimpinan dan wanita (women and leadership), (j) sub variabel Kepemimpinan karismatik  (The charismatic leaders), dimensi  Mengimpikan, Energi.

Lalu bagimana cara membuat ilmu pada gagasan tersebut. Hasil penelitian Prof Apollo Dait0 [2012-2018] sudah menyusun alat tafsir untuk menilai Episteme Leadership dengan langkah sebagai berikut:

Ke [2] menyusun instrument kuesioner penelitian sebanyak 132 temuan. Adapun skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert pada episteme Kepemimpinan (leadership). Responden bisa memilih dalam 7 kategori:  1 artinya sikap Sangat tidak setuju; 2 artinya sikap Tidak setuju; 3      artinya sikap Kurang setuju;   4 artinya sikap Ragu-ragu;  5 artinya sikap      Cukup setuju; 6 artinya sikap  setuju ; 7 artinya sikap  Sangat setuju.

Ke [3] melakukan pretest data dengan sample tertentu untuk melihat kemudahan dipahami responden, dan aplikasinya dengan kondisi empirik;

Ke [4] melakukan dan  menguji validitas kesesuaian antara butir soal dan kisi-kisi konstruknya digunakan analisis faktor. Konsep validitas berhubungan dengan: (1) ketepatan, (2) kebermaknaan, dan (.3) kegunaan suatu skor tes (Gable, 1986: 71). Macam-macam validitas adalah validitas: (1) konten yang meliputi: definisi konsep dan definisi operasional; (2) konstruk, dan (3) kriterion-related (Gable, 1986: 72-77). 

Terdapat empat teknik untuk menganalisis konstruk, yaitu dengan: (I) korelasi antarvariabel, (2) analisis multitrait multimethod, (3) analisis faktor, dan (4) prosedur known-groups (Gable, 1986. 77).  Menurut Apollo Daito (2007:79-80) penguji validitas dilakukan melalui analisis faktor terhadap instrumen dengan cara mengkorelasikan jumlah skor item kuesioner dengan skor total. 

Keputusan untuk mengambil keputusan adalah dengan membandingkan t-hitung lebih besar dibandingkan dengan t-tabel, artinya instrumen tersebut memiliki construct validity  yang baik atau instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan didefinisikan. Metode kedua dapat dipakai teknik belah dua (split half)  dengan rumus Sperman Brown atau korelasi produk momen belah dua.  Menurut Zikmund (1997:342-345), validity when researchers want to know if their measure is valid, and the question of validity expresses their concern with accurate measurement. Validity addresses the problem of whether a measure. .... classification consists of four major forms of validity (a) content validity or face validity, (b) criterion related validity, (c) construct validity, (d) predictive validity.  

Uma Sekaran (2000:207-209), ... were concerned about issue of the authenticity of the cause and effect relationship (internal validity), and their generalizability to the external environment (external validity).... several types of validity tests are used to test the goodness of measures. For sake of clarity we can group validity test under three board headings content validity, criterion validity, and construt validity. Cooper, Schindler (2001: 211), validity in this context is the extent to which differences among respondents being tested. We want the measurement tool to be sensitive to all the nuances of meaning  in the variable and to change in nuances of meaning over time. ....one widely accepted classification consists of three major forms of validity (a) content validity, (b) criterion related validity, (c) construct validity.  

Ke [5] Menuji reliabilitas. Menurut Apollo Daito (2007:83) pengujian reliabilitas (uji keandalan) pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha. Cronbach Alpha apabila angka menunjukkan di atas angka  0,60 berarti di anggap realibel.       

        Reabilitas (konsistensi) merupakan ukuran kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrak-konstrak pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel  dan di susun dalam suatu bentuk kuesioner. Menurut Zikmund (1997:340), reability is the degree to which measures are free from error and therefore yield consistent results... two dimensions underline the concept of reability; repeatability and internal consistency.  Uma Sekaran (2000:204), ),.. the reability of  a measure indicates the stability and consistency with which the instrument measures the concept and helps to asses the goodness of measure, without bias (error free).Cooper, Schindler (2001: 215),...reability is concerned with estimates of the degree to which a measurement is free of random or unstable error. Reliabilitas  adalah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang reliable berarti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya. Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Spearman-Brown. Reliabiltas menunjukkan konsistensi dan stabilitas suatu skor dari suatu instrument pengukur. Reliabilitas berbeda dengan validitas karena reliabilitas membahas tentang masalah konsitensi, sedangkan validitas membahas tentang ketepatan. Output SPSS adalah sebesar atau setara dengan Reliability Statistics Cronbach's Alpha adalah 0,70

Ke [6] Menggunakan Rumus Transformasi Data Ordinal (Kuesioner) ke Interval. Tranformasi Skala Ordinal Ke Interval adalah  menstranformasi data ordinal menjadi data interval untuk memenuhi analisis statistik parametrik, di mana data minimal mempunyai skala interval.

Ke [7] menyusun analisis Faktor (PCA) atau Metode analisis faktor digunakan untuk melakukan reduksi dimensi dari banyak variabel sebelumnya menjadi sebuah nilai tunggal dari variabel latennya  (Hair, Anderson dan Tatham, Black, 1998). Kriteria yang digunakan adalah terbentuknya satu faktor degan eigenvalue lebih dari 1.00, sehingga faktor ini mampu merepresentasikan variabel-variabel yang diwakilinya.

Ke [8] Validasi Ulang pada PCA. Validasi ulang atau silang dilakukan dengan Temuan Theori dibuat instrument kuesioner sebagai gagasan utama, jika hasilnya konsisten secara terus menerus maka pada saat inilah "Ilmu Ditemukan". Demikian sebaliknya, jika tidak maka proses awal dari langkah {1] dilakukan kembali untuk mendapatkan rigoritasnya.

Berikut ini saya buat contoh tahap awal yang dipakai untuk menemukan ilmu pada theoria Leadership dalam bentuk tahap nomor [1].  Apapun bentuk episteme ilmu tersebut adalah:

1.    Pemimpin harus pandai dan mempunyai kecerdasan berbicara-menyampaikan hasil baik dengan orang lain

1

2

3

4

5

6

7

2.    Pemimpin harus percaya diri dalam berbicara pada diri sendiri dan kemampuan diri sendiri

1

2

3

4

5

6

7

3.    Pemimpin harus memiliki karakter yang cocok dengan situasi bawahan dan bijaksanan dalam memimpin

1

2

3

4

5

6

7

4.    Pemimpin harus jujur dan penuh ketulusan dalam mengajalankan tugas-tugasnya.

1

2

3

4

5

6

7

5.    Pemimpin harus suka bergaul dengan lingkungan organisasi dan diluar organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

1

2

3

4

5

6

7

6.    Pemimpin harus tekun-dalam bekerja dengan menggunakan kemampuan keahlian teknis yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

7.    Pemimpin harus mempunyai hubungan yang baik antar manusia:

1

2

3

4

5

6

7

8.    Pemimpin harus mempunyai keahlian konseptual dalam memimpin organisasi :

1

2

3

4

5

6

7

9.    Pemimpin harus mampu mengelola semua assets perusahaan untuk mencapai profitabilitas:

1

2

3

4

5

6

7

10.  Pemimpin harus mampu memberikan motivasi manjerial kepada semua pihak yang terlibat dalam perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

11.  Pemimpin harus mempunyai kedewasaan emosional dalam memimpin perusahaan

1

2

3

4

5

6

7

12. Pemimpin harus mampu menggerakkan bawahan dalam mencapai target dan tujuan perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

13. Pemimpin harus mempunyai pengetahuan bisnis yang baik dalam mengelola organisasi: 

1

2

3

4

5

6

7

14.  Pemimpin yang idial harus memiliki kharisma dalam memimpin organisasinya sehingga diharapkan akan membantu efektivitas tujuan organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

15. Pemimpin harus memiliki motivasi, kepribadian, dan nilai-nilai dalam mengelola perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

17.  Pemimpin harus mempunyai energi yang tinggi, memilki inisiatif  tinggi, dan daya tahan yang baik:

1

2

3

4

5

6

7

 

18. Pemimpin harus mempunyai kreativitas yang tinggi dalam membangun perusahaan yang diharapkan memiliki reputasi yang tangguh:

1

2

3

4

5

6

7

19. Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengintegrasikan dan menyusun informasi dalam penyelenggaraan perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

20. Pemimpin harus mempunyai kemampuan menyesuaikan kebutuhan dan permintaan situasi bawahan:

1

2

3

4

5

6

7

21. Pemimpin harus mempunyai perhatian rendah pada orang, perhatian tinggi pada output:

1

2

3

4

5

6

7

22. Pemimpin harus mempunyai perhatian tinggi pada orang, perhatian rendah pada output:

1

2

3

4

5

6

7

23. Pemimpin harus mempunyai perhatian rendah pada orang, perhatian rendah pada output:

1

2

3

4

5

6

7

24. Pemimpin harus mempunyai perhatian sedang pada orang, perhatian sedang pada output:

1

2

3

4

5

6

7

25. Pemimpin harus mempunyai perhatian tinggi pada orang, perhatian tinggi pada output:

1

2

3

4

5

6

7

26. Perilaku Pemimpin berpusat pada pekerjaan agar organisasi dapat lebih sukses:

1

2

3

4

5

6

7

27. Perilaku Pemimpin berpusat pada karyawan agar organisasi dapat lebih sukses:

1

2

3

4

5

6

7

28. Perilaku Pemimpin harus menggunakan pertimbangan yang rendah atau pertimbangan yang tinggi tergantung pada situasi dan kondisi dalam pengambilan keputusannya:

1

2

3

4

5

6

7

29. Perilaku Pemimpin harus menggunakan pertimbangan inisiatif bawah tinggi  atau inisiatif bawah rendah bisanya tergantung pada situasi dan kondisi dalam pengambilan keputusannya:

1

2

3

4

5

6

7

30. Pemimpin harus memperhatikan penyelesaian tugas bawahan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dalam program kerja:

1

2

3

4

5

6

7

31. Pemimpin memberikan perhatian pada tugas yang dikerjakan orang dalam pekerjaannya sesuai dengan tugas yang telah dibebankan:

1

2

3

4

5

6

7

31. Pemimpin memberikan arahan tinggi, dukungan rendah dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

32. Pemimpin memberikan arahan tinggi, dukungan tinggi dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

33. Pemimpin memberikan arahan tinggi, dukungan tinggi dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

34. Pemimpin dukungan tinggi, arahan rendah dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

35. Pemimpin memberikan dukungan tinggi, arahan rendah dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

36. Pemimpin sebelum memberikan tugas kepada bawahannya harus tahu harus memperhatikan sifat bawahan dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

37. Pemimpin harus memperhatikan sifat bawahan dalam pemberian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

38. Pemimpin harus mampu memberikan diagnostik situasi sebelum memberikan tugas dan tanggung jawab kepada bawahannya:

1

2

3

4

5

6

7

39. Pemimpin harus mampu memberikan kecocokan tipe dan jenis entitas kesatuan usaha yang berhubungan dengan organisasi sebagai upaya memaksimalkan nilai-nilai dalam perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

40. Pemimpin harus mampu memberikan ukuran kesatuan tim yang kompak dalam penyelesaian tugas  kepada bawahannya:

1

2

3

4

5

6

7

41. Pemimpin harus memiliki kedudukan, kekuasaan, dan wibawa  agar dapat diikuti para bawahannya:

1

2

3

4

5

6

7

42. Pemimpin harus memiliki kemampuan deteksi dengan baik tentang struktur tugas dan kerumitan organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

43. Pemimpin harus mampu memberikan situasi agar dalam pelaksanaan tugas akan muncul keadaan saling tergantung pada tugas tersebut sehingga menimbulkan kekompakkan tim:

1

2

3

4

5

6

7

44. Pemimpin harus mampu mengatasi ketidakpastian lingkungan yang dihadapi:

1

2

3

4

5

6

7

45. Pemimpin harus mampu mengatasi keadaan luar organisasi yang akan dihadapi:

1

2

3

4

5

6

7

46. Pemimpin harus mampu menciptakan kondisi yang nyaman dalam hubungan anggota organisasi dengan pimpinan:

1

2

3

4

5

6

7

47. Pemimpin harus mampu memberikan hirarki dan struktur tugas yang jelas:

1

2

3

4

5

6

7

48. Pemimpin harus mampu mengatasi kekuatan posisinya  pada statusnya sebagai pemimpin dalam organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

49. Pemimpin harus mampu memberikan tugas dan hubungannya dengan pemberian motivasi individu:

1

2

3

4

5

6

7

50. Pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus menggunakan pertimbangan dan kesesuaian dengan penciptaan struktur organisasi yang baik:

1

2

3

4

5

6

7

51. Pemimpin yang berkinerja baik mampu memberikan suasana yang menyenangkan:

1

       2

3

4

5

6

7

52. Pemimpin yang berkinerja baik mampu menciptakan efisiensi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

53. Pemimpin yang berkinerja baik mampu menciptakan suasana bersahabat organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

54. Pemimpin yang berkinerja buruk akan memberikan suasana yang tidak menyenangkan:

1

       2

3

4

5

6

7

55. Pemimpin yang berkinerja buruk akan memunculkan tidak efisiensi pengelolaan organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

56.  Pemimpin yang berkinerja buruk akan menciptakan suasana tidak bersahabat dalam organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

57. Perilaku pemimpin harus memberikan arahannya untuk mencapai tujuan visi dan misi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

58. perilaku pemimpin harus dukungan yang baik untuk mencapai tujuan visi dan misi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

59. Perilaku pemimpin harus memberikan partisipasi untuk mencapai tujuan visi dan misi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

60. Perilaku pemimpin harus memberikan orientasi prestasi kepemimpinannya untuk mencapai tujuan visi dan misi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

61. Perilaku pemimpin harus memberikan motivasi bawahan agar berkinerja untuk mencapai tujuan visi dan misi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

62. Pemimpin harus mengetahui ciri-ciri bawahannya khususnya kebutuhan bergabung dalam organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

63. Pemimpin harus memberikan instruksi kerja adalah mengutamakan struktur yang sudah sesuai SOP:

1

2

3

4

5

6

7

64.  Pemimpin mampu mengendalikan keinginan bawahannya dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

65. Pemimpin harus dapat memberikan pemahaman pentingnya mengetahui akan kemampuan diri sendiri dalam bekerja:

1

2

3

4

5

6

7

66. Pemimpin harus mendesain tugas bawahan dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

67. Pemimpin harus memberikan wewenang dalam organisasi secara formal:

1

2

3

4

5

6

7

68. Pemimpin harus memberikan dengan jelas dan lengkap tentang  tugas utama kelompok para bawahannya:

1

2

3

4

5

6

7

69. Pemimpin harus memperhatikan situasi dan karakteristik bawahan dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

70. Pemimpin harus mampu dan sanggup melakukan pengendalian diri:

1

2

3

4

5

6

7

71. Pemimpin harus mempunyai kesanggupan penerimaan situasi perusahaan dalam kondisi yang kompleks:

1

2

3

4

5

6

7

72. Pemimpin harus mampu mengelola  karakteristik lingkungan dan struktur tugas dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

73. Pemimpin harus mampu mengelola karakteristik lingkungan dan sistem otoriasasi tugas dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

74. Pemimpin harus mampu mengelola karakteristik lingkungan dan mengelola pekerjaan kelompok dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

75. Pemimpin harus mampu mengelola pertukaran dalam kelompok  dan saling percaya dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

76. Pemimpin harus mampu mengelola pertukaran dalam kelompok  dan menciptkan hubungan saling menyukai pekerjaan tersebut:

1

2

3

4

5

6

7

77. Pemimpin harus mampu mengelola pertukaran dalam kelompok  dan saling percaya dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

78. Pemimpin harus mampu mengelola pertukaran dalam kelompok  dan saling berinteraksi  dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

79. Pemimpin harus mampu mengelola pertukaran dalam kelompok  dan kerjasama dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

80. Pemimpin harus mampu mengelola pertukaran dalam kelompok  harus saling membantu dan tukar menukar informasi dengan baik:

1

2

3

4

5

6

7

81. Pemimpin harus mampu mengelola  pertukaran di luar  kelompok berdasarkan komunikasi formal:

1

2

3

4

5

6

7

82. Pemimpin harus mampu mengelola  pertukaran di luar  kelompok berdasarkan uraian tugas:

1

2

3

4

5

6

7

83. Pemimpin harus mampu mengelola  pertukaran di luar  kelompok otoritas perintah atasan:

1

2

3

4

5

6

7

84. Pemimpin harus mampu membuat kesiapan bawahan untuk diberikan motivasi pada bawahannya:

1

2

3

4

5

6

7

85. Pemimpin harus mampu merangsang bawahannya untuk mengembangkan kompetensi mereka:

1

2

3

4

5

6

7

86. Pemimpin harus mampu memberikan pembagian pengalaman kepada bawahan dalam menyelesaikan pekerjaaannya:

1

2

3

4

5

6

7

87. Pemimpin harus memberikan dukungan kepada bawahan dalam menyelesaikan pekerjaaannya:

1

2

3

4

5

6

7

88. Pemimpin memberikan tanggung jawab  kepada bawahan dan terus memantau secara teratur pelaksanannya :

1

2

3

4

5

6

7

89. Pemimpin harus mampu memberikan pemahaman secara alami dalam pengalaman kepada bawahan dalam menyelesaikan pekerjaaannya:

1

2

3

4

5

6

7

90. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi dengan pengaruh idalisme nya dalam memimpin:

1

2

3

4

5

6

7

91. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi dengan menggunakan inspirasi motivasi dalam memimpin:

1

2

3

4

5

6

7

92. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi dengan rangsangan intelektualnya dalam memimpin:

1

2

3

4

5

6

7

93. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi dengan pertimbangan individu dengan baik dalam memimpin:

1

2

3

4

5

6

7

94. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi dengan menggunakan pemberian imbalan dalam memimpin:

1

2

3

4

5

6

7

95. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi dengan mengunakan manajemen dengan pengecualian dalam memimpin:

1

2

3

4

5

6

7

96. Pemimpin harus mampu mengubah organisasi tanpa ada campur tangan pihak lain yang diyakni akan memajukan perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

97. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan perubahan organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

98. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan organisasi melalui pengadopsian realisasi visi:

1

2

3

4

5

6

7

99. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan organisasi melalui petunjuk perubahan yang baik:

1

2

3

4

5

6

7

100. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan organisasi melalui penyelesaian pembahasan dengan efektif:

1

2

3

4

5

6

7

101. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan organisasi melalui pembuatan standar tinggi pada bawahan:

1

2

3

4

5

6

7

102. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan organisasi melalui kreativitas kelompok:

1

2

3

4

5

6

7

103. Pemimpin harus mampu mengubah dan menciptakan organisasi melalui budaya organisasi yang efektif:

1

2

3

4

5

6

7

104 Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan input pada faktor individu:

1

2

3

4

5

6

7

105. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan input pada faktor-faktor pendukung yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

106. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan input pada desain kelompok yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

107. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan input dengan sumberdaya material yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

108. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan output dengan upaya yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

109. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan output dengan pengetahuan yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

110. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan output dengan strategi  yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

111. Pemimpin harus mampu menciptakan efektivitas organisasi dengan output dengan dinamika kelompok yang dimiliki:

1

2

3

4

5

6

7

112. Pemimpin harus menggunakan pendekatan psikologi dalam bentuk hubungan emosional individu untuk menciptakan efektivitas organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

113. Pemimpin harus menggunakan pendekatan psikologi khususnya  psikologi tentang perkembangan kepribadian untuk menciptakan efektivitas organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

114. Pemimpin wanita bisanya membuat keputusan berdasarkan pada konsensus:

1

2

3

4

5

6

7

115. Pemimpin wanita bisanya mempunyai pandangan kekuasaan merupakan hubungan sesuatu yang dapat dibagikan:

1

2

3

4

5

6

7

116. Pemimpin wanita bisanya membagi keahlian dan informasi lebih mudah:

1

2

3

4

5

6

7

117. Pemimpin wanita bisanya lebih menyukai lingkungan kerja yang mendukung dan normal:

1

2

3

4

5

6

7

118. Pemimpin wanita lebih demokratis dalam melaksanakan tugas-tugasnya:

1

2

3

4

5

6

7

119. Pemimpin wanita bisanya lebih menyukai mengambil keputusan dengan konsesus:

1

2

3

4

5

6

7

120. Pemimpin wanita bisanya memperhatikan senioritas dalam organisasi :

1

2

3

4

5

6

7

121. Pemimpin wanita bisanya mendorong pendekatan terjadinya benturan konflik dengan membagi keahlian dan informasi:

1

2

3

4

5

6

7

122. Pemimpin wanita bisanya mendorong pendekatan terjadinya benturan konflik dengan mendorong produktivitas:

1

2

3

4

5

6

7

123. Pemimpin wanita bisanya mendorong pendekatan dengan meminimalkan produktivitas konflik:

1

2

3

4

5

6

7

124. Pemimpin pria lebih autocratic dan pertimbangan pribadi dibandingkan wanita dalam menangani konflik:

1

2

3

4

5

6

7

125. Pemimpin karismatik sewajarnya pandai berbicara tentang visi organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

126. Pemimpin karismatik sewajarnya mampu menyusun ekpektasi tinggi tentang pencapaian tujuan organisasi:

1

2

3

4

5

6

7

127. Pemimpin karismatik mempunyai konsistensi perilaku dalam implemetnasi strategi perusahaan:

1

2

3

4

5

6

7

128. Pemimpin karismatik mempunyai kemampuan menampilkan kegembiraan kepada setiap orang,:

1

2

3

4

5

6

7

129. Pemimpin karismatik mempunyai kemampuan menemukan, memperlihatkan, dan menggunakan kesuksesan:

1

2

3

4

5

6

7

130. Pemimpin karismatik mempunyai kemampuan mengekspresikan dukungan personal yang baik:

1

2

3

4

5

6

7

131. Pemimpin karismatik mempunyai kemampuan memberikan empati, yang baik:

1

2

3

4

5

6

7

132. Pemimpin karismatik mempunyai kemampuan mengekspresikan kepercayaan diri orang lain yang baik:

1

2

3

4

5

6

7

Setelah dilakukan [8] tahap pencarian ilmu dengan menggunakan episteme Aristotle, maka dapat disusun hasil pencarian ilmu pada "Leadership". Leadership adalah bakat alami  berproses menghasilkan transformasi perubahan pada wilayah res private, dan wilayah res publica yang melampaui [beyond].

===== dilarang keras mengcopy mengambil gagasan ini tanpa mencantumkan sumber dan citasi =====

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun