Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Falsification Popper

2 Februari 2019   12:29 Diperbarui: 28 April 2019   23:31 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Falsification:  Popper

Tulisan ini adalah kajian pustaka penelitian Apollo Daito dan Pia Oliang [2015] tengan kajian Posmodernisme. Pemikiran  rasionalisme-empirikme telah merubah sivilisasi manusia. Peran dan keterikatannya dengan riset harus di bangun dengan mendasarkan pada kerangka paradigma pemikiran ini. 

Namun saat ini kita mengalami keresahan mendalam tentang kemampuan deduksi-induksi dalam ilmu. Terjadi jurang yang dalam antara das sein (apa yang nyatanya ada) dan das sollen (apa yang seharusnya ada) dalam kehidupan sosial. Karena itu dalam pidato ilmiah pengukuhan guru besar ini saya akan melakukan dan menguraikan posmodernisme ilmu. 

Tokoh posmodernisme ilmu menyangkut: (1) Jacques Derrida; dan (2) Michel Foucault; (3)  Richard Rorty,  (4) skeptisme, subjektivisme, dan relativisme, (5) teori pluralitas (fakta kemajemukan) dan  teori pluralisme (kemajemukan pikiran), (6)  Popper's Methodology of Falsificationism, (7) Thomas Khun,  (8) The Crisis of Modern Science"  Richard Tarnas (1993), (9) Fitfall  dan teori kausal efek.

Sir Karl Raymund Popper (lahir di Vienna, Austria, 28 Juli 1902  meninggal di London, Inggris, 17 September 1994 pada umur 92 tahun) merupakan seorang. Gagasan utama Popper adalah filsafat atau theoria "Falsificationism Popper.Teori falsifikasi Popper, saya simpulkan sebagai pemikiran terbalik atau saya sebut manusia berpakaian terbalik atau kepala manusia ke atas dan kepala kelalawar ke bawah. 

Ide dasar teori falsificationism Popper (1959) menyatakan (teori falsifikasi) atau saya sebut saja Teori Penyangkalan. Urian singkat sebagai sebagai berikut : (1) ilmu lebih sekedar prosesnya tapi pada aspek hasilnya (product) yaitu aktivitas manusia memperoleh pengetahuan, (2) ilmu harus memenuhi prasyarat tertentu agar dapat dikatakan ilmu, (3) tujuan ilmu adalah menerangkan gejala yang bersifat empirik (induksi), (4) ilmu empirik (induksi) merupakan sekumpulan pengetahuan terdiri dari sekelompok pernayataan (proposisi). 

(5) pengalaman tidak pernah sanggup menentukan kebenaran sesuatu pernyataan, (6) teori tidak dapat dibuktikan kebenarannya oleh pengalaman,  tetapi sebaliknya teori dapat dibuktikan keliru oleh observasi yang tidak sesuai dengan teori (falsifikasi) sehingga dengan demikian teori di anggap gagal, (7) penyusunan teori seharusnya demikian rupa sehingga memenuhi syarat untuk memberikan kemungkinan untuk diuji kebenarannya atau difalsifikasikan.

(8) pendekatan induktif tidak relevan dalam rangka penyusunan teori maupun ilmu, melainkan hanya pendekatan deduktif saja yang dapat menyusun teori maupun ilmu, (9) peran induksi hanya terlihat dalam proses pengujian teori melalui observasi, (10) teori dan hipotesis merupakan dugaan dan di terima hanya untuk sementara sampai difalsifikasikan oleh observasi (teori falsifikasi) dikemudian hari.

Dengan menggunakan teori falsifikasi Popper dapat dipastikan semua riset dalam bidang ilmu ekonomi-akuntansi menjadi tidak ada, sebab didasarkan pada asumsi ceteris paribus. Misalnya teori permintaan dan penawaran, kenaikan permintaan tidak menyebabkan  kenaikkan harga karena disebabkan pengendalian harga oleh Pemerintah. 

Kondisi lain pada positive accounting theory dan 3 bentuk efficient market hypothesis, publikasi laporan keuangan yang memberikan informasi akuntansi (good news) tidak signifikan dengan kenaikan harga saham (investor)  atau kepercayaan kreditor. 

Pada tahap ini terjadi pembiasan dalam hasil akhir pada manfaat yang diperoleh mengapa perusahaan memilih metode LIFO dan bukan FIFO dalam penilaian persediaan, atau memilih metode penyusutan garis lurus dengan metode angka tahun dalam upaya melakukan earnings management.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun