Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Budaya [2]

14 Januari 2019   13:33 Diperbarui: 29 April 2019   00:50 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episteme Budaya [2] Gerard Hendrik Hofstede

Tulisan ini adalah bagian kajian pustaka penelitian Apollo Daito, dkk (2014/2015) lalu untuk pembuatan model  Budaya Organisasi.

Pada bagiian ini dijabarkan beberapa pengertian tentang Episteme Budaya secara umum. Ada tiga pendekatan. Pendekatan kedua adalah  yang dipakai yakni Gerard Hendrik Hofstede adalah seorang psikolog sosial Belanda, mantan karyawan IBM, dan Profesor Emeritus dari Antropologi Organisasi dan Manajemen Internasional di Universitas Maastricht di Belanda, terkenal karena penelitian pionirnya tentang kelompok dan organisasi lintas budaya. 

Episteme Budaya menurut Hofstede (1991:5) budaya adalah ".... the collective programming of the mind distinguishing the members of one group or category of people from another." (Artinya : Sebuah program gabungan dari pikiran para anggota kelompok yang berbeda-beda.) Budaya dapat dikenali dari dua tingkatan yang berbeda, human nature di sisi  yang satu, dan personality di sisi lainnya. Budaya dapat dikenali dari dua tingkatan yang berbeda, human nature di sisi  yang satu, dan personality di sisi lainnya.

Menurut Hoftstede (1991 : 5) : " Human nature is what all human being. .... The human ability to feel fear, anger, love, joy, sadness, the need to associate with others, to play and exercise oneself, the facility to observe the environment and to talk about it with other humans all belong to this level of mental programming." (Artinya : Human nature adalah manusia apa adanya, yaitu kemampuan untuk merasakan takut, marah, cinta, kesenangan, kesedihan, kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk bermain dan bekerja, fasilitas untuk mengamati lingkungan dan berbicara tentang hal tersebut kepada orang lain.)

Penjelasan selanjutnya Hoftstede (1991 : 6) "Personality of an individual, on the other hand, is her/his unique personal set of mental programs which (s)he does not share with any other human being. It is based upon traits which are partly inherited with the individual's unique set of genes and partly learned. 'Learned' means : modified by the influence of collective programming (culture) as well as unique personal experiences." (Artinya : Personality adalah kepribadian yang unik dari seorang individu, yang tidak sama dengan orang lain. Personality awalnya terbentuk dari gen orang tersebut dan terpengaruh oleh budaya dan pengalaman pribadi sehingga menjadi kepribadian yang unik bagi orang tersebut.).

Human nature bersifat universal dan diwariskan dari orang tua (melalui gen). Budaya bersifat spesifik kepada kelompok tertentu dan merupakan hasil pembelajaran. Budaya inilah yang akan mempengaruhi pembentukan personality. Personality bersifat spesifik kepada orang tertentu, merupakan kombinasi dari pembelajaran atas budaya dengan gen masing-masing individu. Budaya organisasi dimanifestasikan banyak bentuk, tetapi Hofstede menspesifikasikannya dalam empat bentuk (1) symbols, (2) heroes, (3) rituals, (4) values.  

Menurut Hofstede (1991 : 7) : "Symbols are words, gestures, pictures or objects that carry a particular meaning which is only recognized by those who share the culture. .... New symbols are easily developed and old ones disappear: symbols from one cultural group are regularly copied by others. This is why symbols have been put into the outer, .... " (Artinya : Simbol adalah kata-kata, gerakan tubuh, gambar atau objek yang mempunyai makna tertentu bagi anggota kelompok. Simbol dapat dengan mudah dikembangkan dan ditinggalkan, serta sering kali ditiru oleh kelompok lain. Karena itu simbol diletakan paling luar gambar.)  Simbol merupakan ciri khas dari sebuah kelompok. Walaupun begitu, simbol dapat ditiru oleh kelompok lain. Simbol dapat berupa gambar (seperti logo), kata-kata (seperti selogan), ataupun ciri khas lainnya.

Dokpri
Dokpri
Menurut Hofstede (1991 : 8), "Heroes are persons, alive or dead, real or imaginary, who possess characteristics which are highly prized in a culture, and who thus serve as models for behavior." (Artinya : Heroes adalah orang yang menjadi contoh kelompok tersebut dalam bertindak.). Heroes dalam sebuah kelompok dapat dikatakan sebagai panutan bagi kelompok tersebut. Heroes dalam sebuah kelompok bisa saja merupakan seorang artis, tokoh film, politisi, pebisnis, dan sebagainya.

Menurut Hofstede (1991 : 8), "Rituals are collective activities, technically superfluous in reaching desired ends, but which, within a culture, are considered as socially essential: they are therefore carried out for their own sake." (Artinya : Ritual adalah kegiatan bersama yang menjadi tradisi sebuah kelompok untuk tujuan tertentu.) Ritual setiap kelompok pasti berbeda-beda. Ritual dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menjadi tradisi dalam sebuah kelompok. 

Misalnya pada sebuah sekolah yang beragama Kristen, setiap pagi hari mereka memiliki ritual untuk berdoa bersama. Contoh lainnya adalah sebuah toko perbelanjaan yang setiap paginya mewajibkan pegawainya untuk menyanyi bersama sebelum pembukaan toko.  Symbols, heroes, dan rituals tergabung dalam practices. Practices berarti dalam melakukan hal tersebut, orang-orang diluar kelompok dapat melihat tindakan tersebut, tetapi mereka tidak dapat memahami maknanya. Hanya orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut yang dapat mengerti makna dari hal tersebut. Inti dari ketiga hal tersebut terletak pada values (nilai). 

Menurut Hofstede nilai adalah kencenderungan dalam bertindak. Setiap nilai mempunyai dua sisi yang bertentangan. Bagaimana seseorang memilih tindakan sesuai nilai yang berlaku menjadi hal yang penting pada dimensi values. Dimensi budaya organisasi secara nasional menurut Hofstede ) adalah (1) power distance, (2) individualism versus collectivism, (3) masculinity versus femininity, (4) uncertainty avoidance, (5) long-term orientation, (6) indulgence versus restraint. 

Dokpri
Dokpri

Power distance membahas mengenai distribusi kekuasaan dalam institusi dan organisasi yang tidak merata.  Dimensi power distance memfokuskan pada hubungan antara orang yang berada pada status yang berbeda. (antara superiror dan subordinate). Masalah utama dimensi ini adalah bagaimana sebuah masyarakat menangani ketidaksetaraan distribusi kekuasaan di antara mereka. Individualism merupakan kecenderungan fungsi sosial dimana individu hanya mengurus diri sendiri dan keluarganya. 

Kebalikannya, collectivism adalah kecenderungan fungsi sosial dimana masing-masing individu mengidentifikasi diri sebagai kelompok dengan loyalitas yang tinggi. Masalah utama dimensi ini adalah tingkat interdependensi individu dalam sebuah masyarakat. Maskulin cenderung pada suatu masyarakat yang memberikan parameter pada keluarga, heroism dan sukses-sukses material. 

Sebaliknya, feminism cenderung pada hubungan personal, toleran pada kelemahan dan kualitas hidup. Tema utama pada dimensi ini adalah bagaimana masyarakat memberikan peran-peran social berhubungan dengan masalah gender.

Uncertainly avoidance adalah tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan keraguan. Strong uncertainly avoidance berusaha mempertahankan suatu masyarakat yang begitu besar kepercayaannya dan kurang toleran terhadap orang atau ide-ide alternatif. Tema utama pada dimensi ini adalah bagaimana reaksi sebuah masyarakat terhadap fakta bahwa waktu hanya berjalan satu arah dan masa depan tidak diketahui serta apakah akan mencoba untuk mengontrol masa depan atau membiarkannya.

Long-term orientation dapat dijelaskan sebagai pola pikir masyarakat dalam membuat keputusan. Lingkungan dengan orientasi jangka pendek biasanya menghargai tradisi dan berfokus untuk mendapatkan hasil yang cepat. Lingkungan dengan orientasi jangka panjang biasanya lebih mudah dapat beradaptasi atas tradisi atau kondisi tertentu, mempunyai kecenderungan menabung dan berinvestasi.

Indulgence menjelaskan lingkungan yang memperbolehkan setiap anggotanya untuk menikmati hidup dan bersenang-senang sepuasnya. Restraint  menjelaskan lingkungan yang membatasi dan mengatur hal tersebut dengan norma-norma tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun