Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kajian Literatur Persepsi Manusia

13 Desember 2018   11:58 Diperbarui: 13 Desember 2018   12:27 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Russell (2008: 87), menyatakan: "The sensation is a theoretical core in the actual experience; the actual experience is the perception." (Artinya: Sensasi adalah inti teoritis pengalaman aktual; pengalaman aktual adalah persepsi).

Tiga bagian persepsi yaitu pra persepsi, persepsi, dan pasca persepsi. Pra persepsi ketika indera menerima respon-respon yang terjadi dari kejadian di sekitarnya. Respon yang diterima indera tersebut kemudian diproses melalui otak manusia berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya, sehingga menghasilkan persepsi. Pasca persepsi merupakan interpretasi yang timbul melalui tindakan individu sebagai umpan balik menanggapi kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari: (1) Pelaku persepsi (perceiver), (2) Objek persepsi (target), dan (3) Situasi (situation). Faktor yang dikaitkan pada pelaku persepsi (perceiver) berdasarkan karakteristik pribadi yang secara relevan mempengaruhi persepsinya, berupa sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Karakteristik dari objek persepsi (target) yang diamati mempengaruhi persepsi, seperti hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kesamaan membentuk cara pandang. Situasi (situation) meliputi waktu, tempat kerja, dan keadaan sosial dapat mempengaruhi persepsi.

Persepsi seseorang mengenai penilaian tentang individu terdapat pada teori hubungan (Attribution Theory). Robbins (2013: 203) menyatakan: "Attribution theory, an attempt to determine whether an individual's behavior is internally or externally caused." (Artinya: Usaha ketika individu-individu mengamati perilaku untuk menentukan sebab terjadi secara internal, atau eksternal.) 

Perilaku secara internal dipengaruhi oleh kendali pribadi individu. Perilaku secara eksternal merupakan akibat dari dipaksanya individu untuk berperilaku sesuai situasi. Penentuan perilaku secara internal, atau eksternal dipengaruhi tiga faktor: (1) Kekhususan, (2) Konsensus, dan (3) Konsistensi.

Kekhususan, individu memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda sesuai situasi. Konsensus, individu-individu menghadapi situasi serupa dengan cara yang sama. Konsistensi, tindakan individu berupa pola rutin, dan berhubungan dengan sebab internal.

Robbins (2013: 203), menyatakan: "Fundamental attribution error. The tendency to underestimate the influence of external factors and overestimate the influence of internal factors when making judgments about the behavior of others." (Artinya: Kesalahan mendasar atribusi. Kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor eksternal dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal ketika membuat penilaian tentang perilaku orang lain.)

Jerald (1993: 51), berpendapat: "A second type of attributional error involves our tendency to attribute success or other positive outcomes to internal causes, but failure or other negative outcomes to external causes. This is known as the self-serving bias, a very common tendency." (Artinya: Tipe kedua dari kesalahan atribusi melibatkan kecenderungan pada atribut keberhasilan atau hasil positif lain untuk penyebab internal, tetapi kegagalan atau hasil negatif lainnya penyebab eksternal. Hal ini dikenal sebagai bias melayani diri sendiri, kecenderungan yang sangat umum.)

Individu sering menggunakan teknik untuk menilai individu lain secara cepat. Teknik yang digunakan seperti persepsi selektif, efek halo, efek kontras, dan pembentukan stereotip. Persepsi selektif menginterpretasikan secara selektif seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Efek halo, memuat gambaran umum tentang individu berdasarkan karakteristik. Efek kontras, mengevaluasi karakteristik seseorang berdasarkan perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui. Pembentukan stereotip menilai seseorang berdasarkan persepsi kelompok tempatnya bergabung.

Thorndike berpendapat belajar merupakan proses terbentuknya asosiasi antar peristiwa yang disebut stimulus, dan respon. Teori belajar ini disebut teori Connectionism. Thorndike menghasilkan teori Trial and Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial and Error yaitu: terdapat aktivitas, terdapat berbagai respon terhadap situasi, terdapat eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, kemajuan reaksi untuk mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum seperti hukum kesiapan (Law of Readiness), hukum latihan, dan hukum akibat.

Hukum kesiapan (Law of Readiness), organisme yang didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus pada pelaksanaan tingkah laku memberikan kepuasan individu agar asosaiasi menjadi kuat. Hukum latihan, tingkah laku yang dilatih, atau digunakan terus-menerus membuat asosiasi semakin kuat. Hukum akibat, hubungan stimulus, dan respon diperkuat oleh akibat yang menyenangkan, dan diperlemah oleh akibat yang tidak memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun