Filsafat Seni Mimesis Ponty [24]
Selama saya meneliti dan mengkaji kajian maka dalam persoalan seni atau Aestetika atau Meme, selalu berkaitan dengan fenomena, dan nomena. Tradisi ini terus dikembangkan dalam berbagai pemikiran bahkan melampaui. Kant menyatakan Das Ding an sich adalah sebuah konsep filsafat dari bahasa Jerman yang berarti tidak satupun manusia tahu tentang objek pada dirinya sendiri. Artinya Das Ding an sich manusia tidak pernah paham. Atau lebi ke bahasa Kant sebagai "nomena". Â Manusia tidak dapat mengetahui noumena. Das Ding an Sich oleh Prof. Dr. Apollo (Daito) - Kompasiana.com.
Maka pada tulisan ini dengan memahami cara lain yang lebih bersifat kritis masih dengan mereparasi konsep "fenomena" menjadi konsep fenomenologi, pada konsep Edmund Husserl  dan Brentano. Adapun tokoh tersebut adalah  Maurice Jean Jacques Merleau Ponty. Tokoh ini pernah saya bahas dalam riset dan saya  postingkan beberapa waktu lalu dengan judul
Filsafat Tubuh Manusia: Merleau Ponty oleh Prof. Dr. Apollo (Daito ...
 Maurice Jean Jacques Merleau Ponty  (1908-1961), filsuf Perancis dan intelektual publik, adalah pendukung akademis terkemuka dari eksistensialisme dan fenomenologi di Prancis pascaperang.Terkenal karena karya aslinya dan berpengaruh pada perwujudan, persepsi, dan ontologi,  membuat kontribusi penting bagi filsafat seni, sejarah, bahasa, alam, dan politik. Dikaitkan pada tahun-tahun awalnya dengan gerakan eksistensialis melalui persahabatannya dengan Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir, Merleau-Ponty memainkan peran sentral dalam penyebaran fenomenologi, yang ia coba integrasikan dengan psikologi Gestalt, psikoanalisis, Marxisme, dan Saussurian. ilmu bahasa.Â
Pengaruh utama pada pemikirannya termasuk Henri Bergson, Edmund Husserl, Martin Heidegger, Max Scheler, dan Jean-Paul Sartre, serta ahli saraf Kurt Goldstein, teoretisi Gestalt seperti Wolfgang Khler dan Kurt Koffka, dan tokoh-tokoh sastra termasuk Marcel Proust, Paul Claudel , dan Paul Valry. Pada gilirannya, ia mempengaruhi generasi pasca-strukturalis pemikir Prancis yang menggantikannya, termasuk Michel Foucault, Gilles Deleuze, dan Jacques Derrida, yang kemiripannya dengan dan utangnya kepada Merleau-Ponty yang belakangan sering diremehkan.Â
Merleau-Ponty menerbitkan dua teks teoretis utama selama masa hidupnya: The Structure of Behaviour (1942 SC) dan Fenomenologi Persepsi (1945 PP). Publikasi penting lainnya termasuk dua volume filsafat politik, Humanisme dan Teror (1947 HT) dan Adventures of the Dialectic (1955 AdD), serta dua buku esai yang dikumpulkan tentang seni, filsafat, dan politik: Sense and Non-Sense ([ 1948] 1996b / 1964) dan Signs (1960/1964). Dua manuskrip yang belum selesai muncul secara anumerta: The Prose of the World (1969/1973), disusun pada 1950-51; dan The Visible and the Invisible (1964 V & I), disaat menjelang saat kematiannya. Catatan kuliah dan transkripsi dipakai di kuliah  Sorbonne dan College de France  diterbitkan.
Untuk sebagian besar karirnya, Merleau-Ponty berfokus pada masalah persepsi dan perwujudan sebagai titik awal untuk mengklarifikasi hubungan antara pikiran dan tubuh, dunia obyektif dan dunia yang berpengalaman, ekspresi dalam bahasa dan seni, sejarah, politik, dan alam. Meskipun fenomenologi memberikan kerangka menyeluruh untuk penyelidikan ini, Merleau-Ponty juga menarik secara bebas penelitian empiris dalam psikologi dan etologi, antropologi, psikoanalisis, linguistik, dan seni.Â
Titik referensi historisnya yang konstan adalah Descartes, Kant, Hegel, dan Marx. Pendekatan khas dari karya teoritis Merleau Ponty  usahanya untuk mengidentifikasi alternatif  intelektualisme atau idealisme, di satu sisi, dan empirisme atau realisme, di sisi lain, dengan mengkritik pengandaian umum mereka tentang dunia yang sudah jadi dan kegagalan untuk mempertanggungjawabkan untuk karakter pengalaman yang historis dan berwujud.Â
Dalam tulisan-tulisannya yang belakangan, Merleau-Ponty menjadi semakin kritis terhadap tendensi intelektualis dari metode fenomenologis juga, meskipun dengan niat mereformasi daripada meninggalkannya.Tulisan-tulisan anumerta yang dikumpulkan dalam The Visible and the Invisible bertujuan  mengklarifikasi implikasi ontologis dari fenomenologi yang akan mengkritik diri sendiri atas keterbatasannya sendiri. Ini mengarahkannya untuk mengusulkan konsep-konsep seperti "daging" dan "chiasm" yang banyak dianggap sebagai sumbangan filosofisnya yang paling bermanfaat.
Pemikiran Merleau Ponty terus menginspirasi penelitian kontemporer di luar sejarah intelektual dan penafsiran interpretatif, terutama di bidang filsafat feminis, filsafat pikiran dan ilmu kognitif, filsafat lingkungan dan filsafat alam, filsafat politik, filsafat seni, filsafat bahasa, dan ontologi fenomenologis. Karyanya juga sangat berpengaruh pada para peneliti di luar disiplin filsafat yang tepat, terutama dalam antropologi, arsitektur, seni, ilmu kognitif, teori lingkungan, studi film, linguistik, sastra, dan teori politik.