Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Analisis Literatur: Thus Spoke Zarathustra [3]

25 November 2018   18:28 Diperbarui: 25 November 2018   18:50 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Citra kemanusiaan ini sebagai jembatan diilustrasikan dalam kisah walker tali. Alat pengatur tali itu membuat kemajuan yang lambat dan berbahaya antara hewan dan overman.

Si badut memiliki kemiripan dengan Zarathustra: dia bisa bergerak ringan (ringan dan menari dipuji banyak kemudian dalam buku ini) dan dia bisa dengan mudah melompati orang-orang yang lebih lambat dengan kata lain, dia bisa menyeberang tali ke arah overman.

Dalam mendesak walker tali untuk bergegas, si badut mengganggu dan menghancurkannya; sama halnya, khotbah Zarathustra tentang overman bisa membuat kesal dan merusak banyak orang yang tidak dapat menangani berita ini.

Nietzsche membuat banyak sindiran dalam buku ini kepada Perjanjian Baru dan pelayanan Yesus. Misalnya, kita diberitahu  Yesus juga pergi ke padang gurun pada usia tiga puluh tahun, meskipun daripada menikmati masa tinggalnya di sana, Yesus menghabiskan empat puluh hari dan empat puluh malam di hutan yang dicobai dan disiksa oleh iblis.

Nietzsche secara implisit menunjukkan  Yesus tidak memiliki kekuatan kehendak untuk menikmati kesendiriannya, dan dapat menanggung kesepiannya hanya selama lebih dari satu bulan. Kita juga menemukan gema dari Perjanjian Baru dalam renungan Zarathustra  dia tidak berhasil dalam "memancing" untuk pengikut. Yesus mengatakan kepada rasul-rasulnya  mereka akan menjadi nelayan bagi manusia.

Selain itu, tidak seperti Yesus, Zarathustra secara eksplisit mengatakan  ia tidak ingin menjadi gembala dan memimpin kawanan domba: melainkan, ia ingin mengajarkan individu untuk membebaskan diri dari kawanan domba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun