Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mill: On Liberty [6]

3 November 2018   23:29 Diperbarui: 3 November 2018   23:48 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tulisan ke (6) saya membahas kajian tentang : Bab 4, Batas-Batas Kewenangan Masyarakat Atas Individu ["Chapter 4: Of the Limits to the Authority of Society over the Individual"].

Dalam bab ini, Mill mencoba untuk menggambarkan kapan otoritas masyarakat dapat membatasi individualitas dengan tepat dan "kedaulatan individu atas dirinya sendiri". Jawaban Mill adalah  masyarakat dan individu masing-masing harus menerima kendali atas bagian kehidupan manusia bersama-sama.

Mill menolak gagasan kontrak sosial,   karena orang menerima perlindungan masyarakat, mereka berutang perilaku tertentu sebagai balasannya. Individu tidak boleh mencederai kepentingan orang lain seharusnya dianggap hak. Individu harus secara adil berbagi beban membela masyarakat dan anggotanya. Akhirnya, individu dapat dikecam oleh pendapat, meskipun tidak oleh hukum, karena merugikan orang lain sementara tidak melanggar hak-hak mereka (kondisi paradoks). Dengan demikian, masyarakat memiliki yurisdiksi atas setiap aspek perilaku manusia "mempengaruhi kepentingan orang lain dalam bentuk prasangka."

Namun, masyarakat tidak memiliki kepentingan dalam aspek-aspek kehidupan yang tidak mempengaruhi siapa pun kecuali orang yang bertindak, atau hanya mempengaruhi orang dengan persetujuan mereka. Mill menulis  perilaku tersebut harus diizinkan secara hukum dan diterima secara sosial. Orang harus mendorong orang lain untuk memanfaatkan sepenuhnya kemampuan dan kompetensi terbaiknya. Namun, mereka tidak boleh mencoba menghalangi membatasi  seseorang pada apa yang diinginkannya. Mill membenarkan posisi ini dengan mengamati  minat atau pengetahuan orang lain tentang hal tertentu tidak boleh dianggap "remeh" dibandingkan dengan pengetahuan individu itu sendiri.

Mill mengatakan  berarti  orang seharusnya tidak diperbolehkan untuk menunjukkan apa yang mereka lihat sebagai kesalahan dalam perilaku orang lain.  Selain itu,   tidak melarang seseorang atau memperingatkan orang lain tentang masalah yang didikusikan dengan baik untuk validasi argumentasi.

Hukuman social atau labelisasi dialami terhadap beberapa perilaku berbeda  tidak dimaksudkan untuk menghukum seseorang. Namun, Orang tidak memiliki hak untuk mengekspresikan penolakan moral, dan   tidak mencoba membuat orang itu tidak nyaman atas posisi pilihannya. Tidak boleh diperlakukan dengan kemarahan atau kebencian, atau dilihat sebagai musuh jika dia terlibat dalam kegiatan yang tidak populer yang hanya mempengaruhi dirinya sendiri. Itu adalah kebebasan dan pilihan diri yang bertanggunjawab sebagai pribadi otentik.

 

Mill kemudian membahas kritik potensial pada argumennya. Bagaimana "dapatkah bagian  perilaku anggota masyarakat menjadi masalah ketidakpedulian terhadap anggota lain". Tidak ada manusia  sepenuhnya terisolasi, dan tindakan dapat menciptakan contoh buruk, menyakiti   orang dan mengurangi sumber daya masyarakat. Lebih lanjut, mengapa masyarakat tidak dapat campur tangan atas nama orang dewasa yang tidak mampu "pemerintahan diri sendiri"

Mill menjawab  setuju  beberapa perilaku dapat mempengaruhi "simpati" dan kepentingan orang lain, dan menyakiti kesejahteraan masyarakat luas. Ketika suatu tindakan melanggar kewajiban seseorang maka itu tidak hanya mempengaruhi dirinya sendiri, tetapi menghadapi penolakan moral karena melanggar kewajiban itu. Mill meneruskan contoh seseorang yang tidak mampu membayar hutang karena hidup mewah dan melakukan bisnis curang. Mill  mengatakan  perilaku seperti itu dikenakan hukuman karena orang tersebut gagal memenuhi kewajiban kepada para kreditornya. Namun, orang itu tidak boleh dihukum karena pemborosan itu sendiri (perintah diri sendiri)  itu adalah keputusan pribadi yang harus dihormati.

Dalam bab ini, Mill mencoba untuk menggambarkan kapan otoritas masyarakat dapat membatasi individualitas dengan tepat dan "kedaulatan individu atas dirinya sendiri". Jawaban Mill adalah  masyarakat dan individu masing-masing harus menerima kendali atas bagian kehidupan manusia yang sangat diminati dan menjadi focus perhatian bersama-sama.

Sebaliknya, jika tindakan hanya secara tidak langsung mempengaruhi masyarakat tanpa melanggar kewajiban, maka "ketidaknyamanan adalah salah satu yang mampu ditanggung oleh masyarakat, demi kebaikan yang lebih besar pada kebebasan manusia."  Masyarakat memiliki peran ganda pada masa kecil seseorang untuk memupuk nilai-nilai; jika orang itu gagal menerima nilai-nilai itu, atau tetap tidak dewasa, itu adalah kesalahan masyarakat sendiri; atau masyarakat gagal bertanggunjawab.

Jika  suatu tindakan berbahaya maka orang dan masyarakat melihat pengalaman pada efek negatifnya, dan ini seharusnya cukup menjadi contoh supaya menjadi cambuk  mengapa mereka tidak bertindak seperti itu.

Mill mengatakan argumen terkuat terhadap interferensi adalah  ketika masyarakat melakukan campur tangan, dan ikut terlibat melakukan kesalahan. Mill  menulis, "tidak ada kesamaan antara perasaan seseorang untuk pendapatnya sendiri, dan perasaan orang lain yang tersinggung karena dia memegang nilai dan keyakinan tersebut".

Mill berpendapat  ada kecenderungan universal orang-orang untuk memperluas batas-batas "polisi moral" secara tidak adil. Mill  menulis, "kita harus berhati-hati untuk mengakui prinsip yang harus kita benci sebagai aplikasi tidak adil terhadap diri sendiri." Jika orang ingin dapat memaksakan moralitas mereka, mereka harus bersedia menerima pengenaan oleh orang lain. Mill mengkritik tentang pelanggaran kebebasan yang tidak adil seperti pelarangan alkohol, pelarangan rekreasi pada hari Sabat, dan penganiayaan terhadap poligami. Orang dapat berkhotbah menentang aktivitas semacam itu, dan mencoba mengubah pikiran orang, tetapi mereka tidak seharusnya paksaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun