Jika  suatu tindakan berbahaya maka orang dan masyarakat melihat pengalaman pada efek negatifnya, dan ini seharusnya cukup menjadi contoh supaya menjadi cambuk  mengapa mereka tidak bertindak seperti itu.
Mill mengatakan argumen terkuat terhadap interferensi adalah  ketika masyarakat melakukan campur tangan, dan ikut terlibat melakukan kesalahan. Mill  menulis, "tidak ada kesamaan antara perasaan seseorang untuk pendapatnya sendiri, dan perasaan orang lain yang tersinggung karena dia memegang nilai dan keyakinan tersebut".
Mill berpendapat  ada kecenderungan universal orang-orang untuk memperluas batas-batas "polisi moral" secara tidak adil. Mill  menulis, "kita harus berhati-hati untuk mengakui prinsip yang harus kita benci sebagai aplikasi tidak adil terhadap diri sendiri." Jika orang ingin dapat memaksakan moralitas mereka, mereka harus bersedia menerima pengenaan oleh orang lain. Mill mengkritik tentang pelanggaran kebebasan yang tidak adil seperti pelarangan alkohol, pelarangan rekreasi pada hari Sabat, dan penganiayaan terhadap poligami. Orang dapat berkhotbah menentang aktivitas semacam itu, dan mencoba mengubah pikiran orang, tetapi mereka tidak seharusnya paksaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H