Meditations on First Philosophy (15)
Tulisan ini adalah disadur pada buku teks pdf  dengan judul "Meditations on First Philosophy", oleh  Rene Descartes, diterjemah oleh Veitch (1901).  Buku Meditations on First Philosophy, terbagi dalam enam [6] tipe meditasi atau proses pembatinan kesadaran dalam filsafat Rene Descartes. Pada tulisan ke [15] ini dibahas interpretasi dan tafsir pada  ["Meditasi Kelima: "Inti Pada Hal-hal Materi, dan Keberadaan Tuhan Dipertimbangkan Untuk Kedua kalinya"]
Pada bagian ini atau Meditasi 5 Meditator mengalihkan perhatiannya ke objek-objek material. Daripada menyelidiki hal-hal itu sendiri, menyelidiki ide-idenya tentang hal-hal materi. Meditator menyimpulkan dapat dengan jelas membayangkan ekstensi, ukuran, bentuk, posisi, dan gerakan lokal, yang dikaitkan dengan durasi.
Meditator menganggap  ada benda geometris abstrak yang tidak ada di dunia material, tidak bergantung pada pikirannya, namun tidak ada apa-apanya. Misalnya, tidak ada segitiga di dunia, namun mereka memiliki semacam identitas. Bahkan jika tidak ada segitiga yang pernah ada di mana pun di luar pikiran Meditator, segitiga masih memiliki esensi yang menentukan yang independen pada pikiran Meditator.
Meditator juga  menyangkal telah mengetahui sifat segitiga melalui indra. Setelah semua, Meditator  bisa memikirkan segala macam bentuk yang  belum pernah melihat dan memperoleh sifat mereka sebagai jelas dan jelas seperti yang dilakukannya dengan mereka pada segitiga.Â
Semua properti ini harus benar karena Meditator secara jelas melihatnya. Selain itu, Meditator mencatat, bahkan sebelum mulai ragu, selalu menganggap objek matematika dan geometris lebih pasti daripada objek indra.
Meditator beralasan  sebuah segitiga harus memiliki semua properti yang diasosiasikan padanya, karena segitiga itu ada sebagai sebuah ide dalam pikirannya dan jelas merasakan semua properti ini. Meditator kemudian beralasan dengan analogi  Tuhan ada sebagai sebuah ide dalam pikirannya dan jelas merasakan semua kualitasnya.Â
Salah satu kualitas-kualitas ini adalah eksistensi, sehingga mengikuti pada persepsi yang jelas serta memastikan Tuhan jelas wajib pasti ada. Jika eksistensi adalah esensi Tuhan, maka Tuhan tidak  menjadi Tuhan jika dia tidak ada, sama seperti segitiga tidak akan menjadi segitiga jika itu tidak tiga sisi.Â
Paling tidak, kemudian, eksistensi Tuhan harus sama pastinya dengan sifat-sifat benda-benda matematis dan geometris karena dapat membuktikannya dengan cara yang sama.
Persepsi yang jelas dan berbeda {" The perception is clear that is present and apart to the attentive mind") selalu meyakinkan, menurut Meditator. Beberapa persepsi mungkin terbukti, seperti fakta  segitiga memiliki tiga sisi, dan beberapa mungkin memerlukan lebih banyak pemikiran, seperti teorema Pythagoras  menyatakan  jumlah kuadrat kaki segitiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miring.Â
Tapi begitu teorema Pythagoras terbukti, itu sama pastinya dengan persepsi jelas dan berbeda lainnya["clara et distincta perception"]. Sama halnya dengan Tuhan: eksistensinya akan segera dirasakan dengan sangat jelas  jika bukan karena kebingungan  disebabkan oleh perasaan dan pendapat yang terbentuk sebelumnya. Kini setelah keberadaan Allah telah ditetapkan, itu sama pastinya dengan persepsi yang jelas lainnya [clara et distincta"].Â
Meditator menegaskan  Tuhan adalah penjamin persepsinya yang jelas dan berbeda. Meditator mengakui tidak dapat terus-menerus memperbaiki visi mentalnya pada persepsi tertentu, sehingga mungkin ada saat-saat ketika tidak secara jelas  memahami kebenaran tertentu. Pada saat seperti itu, keraguan bisa merayap masuk, jika bukan karena Tuhan. Karena Meditator tahu  Tuhan tidak menipu dan telah memberinya pemahaman dan kehendak yang tanpa cacat. Dan setuju pada persepsi  jelas dan berbeda, tahu  apa yang dirasakan dengan jelas di masa lalu adalah dan tetap benar mengarahkan visi mentalnya ke arah itu. Penilaian-penilaian yang salah tentang dirinya tidak jelas, atau yang sudah jelas dirasakan oleh akal. Dan bahkan jika Meditator bermimpi, seperti yang disarankan dalam Meditasi Pertama, Meditator tidak dapat disalahartikan sehubungan dengan persepsi yang jelas dan berbeda. Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H