Foucault: The Archaeology of Knowledge (12)
Analisis, dan Tafsir Pemikiran  Foucault Arkeologi Pengetahuan :"The Archaeology of Knowledge" khususnya pada Bagian II, Bab 4 dan 5: Pembentukan Modalitas Wawancara; dan Pembentukan Konsep.
Foucault melanjutkan rangkaian rekonstruksinya pada hipotesis ketiga adalah  kesatuan diskursus dapat diidentifikasi berdasarkan gaya atau sudut pandang bersama, seperti kualitas 'deskriptif' tertentu  mencirikan semua wacana medis abad kesembilan belas. Gagasan tentang hubungan stilistik  tunggal, konsisten, dan berbasis perspektif di antara pernyataan-pernyataan dalam sebuah wacana  digantikan dengan gagasan  menjadi fokus sebagian besar Bagian II buku ini tentang "pengungkapan". Perbedaannya, bagi Foucault, sebagian besar terletak pada psikologi; yaitu, fungsi enunciatif tidak perlu menganggap hal seperti itu.
Ketika Foucault bertanya, 'siapa yang berbicara' atau pada 'tempat' mana sekelompok pernyataan hadir. Apa pun tentang pembicara terlepas pada situasinya dalam kaitannya dengan jaringan struktur institusional, norma ekspresi, dan kelompok-kelompok pernyataan ini.
Pada bab 'formasi' ini, penting untuk menghindari  pada  interioritas  individual itu sendiri. Dengan demikian, 'objek' diidentifikasi oleh kemunculannya pada hubungan diskursus dan bukan oleh sifatnya sebagai fenomena fisik. Subjek berbicara dicirikan oleh posisionalitas relatif dan bukan oleh psikologi atau perspektif individu. Dan konsep dicirikan oleh prosedur dengan mana  diterima dan direvisi dan bukan oleh isinya sebagai ide murni.
Kita mencatat  formasi enunciatif menonjol pada dua 'formasi' lainnya  dibahas sejauh ini dalam metode Foucault tentang wacana individualisasi. Sementara objek dan konsepnya hampir menghilang  ke dalam keteraturan relasional (dan penyimpangan) pada bidang diskursus, ide gaya atau sudut pandang  penggantinya.
Yang jelas, faktor-faktor  masuk ke dalam formasi enunciatif sama rumitnya dengan yang terlibat dalam membentuk objek dan konsep. Tetapi dalam arti, fungsi enunciatif harus menanggung beban tambahan dalam metodologi Foucault.
Kita kehilangan subjek manusia transenden sebagai sumber dokumen menciptakan dan merekam sejarah, dan dibiarkan dengan suatu titik pada kondisi apa ucapan itu terjadi,  posisi terkristalisasi, sekilas, di persimpangan berbagai praktik  lebih banyak atau kurang teratur. Formasi enunciatif hadir dimana makna Bahasa melekat telah ditinggalkan; pernyataan itu bukan tentang proposisi, makna internal, atau referensi eksternal, atau bahkan tentang konteksnya. Ini adalah tentang posisi relasional memiliki  kedalaman atau interioritas, di mana tidak ada yang dikaburkan dan tidak ada makna yang tersembunyi. Metode  Foucault merevisi secara radikal pada subjek manusia dan fungsi ucapan atau tulisan. Bersambung