Pada tulisan ini saya akan membahas pentahapan tentang aspek kedua thumos, atau mental manusia harus dididik memiliki keberanian, dan bukan pengecut penakut. Maka teks bacan ini lebih cocok untuk sekolah pendidikan Militer TNI, atau Polri.
Keberanian atau thumos, (andreia) dan keutamaan ugahari (sophrosune) yang dijiwai pada keadilian (dikhe, atau dikaiosune). Jiwa keberanian pada keadilan memungkinkan manusia dapat didik pada tahap selanjutnya pada menjelajahi dan membuat keseimbangan sebagai landasan mengembangkan bakat tersebut mengagumi keelokan, kedekatan dengan pengalaman leluhur agung bijaksana, keelokan indrawi, dan makna elok itu sendiri melalui pembatinan nilai-nilai (aisthesis).Â
Keserasian nada musik pembentuk jiwa, dan irama tubuh untuk menuju pendisplinan eros untuk menghasilkan negarawan (kalos kagathos) pada tahap pendidikan berikutnya sehingga dapat menghasilkan manusia paripurna pada eros nous ("intellect", "reason").
Tulisan ini adalah hasil riset saya pada tahun 2009-2015 yang lalu, dan penting untuk mengevaluasi manusia yang disebut layak menjadi "punggawa". Pekerjaan yang memegang tugas keberanian thumos, (andreia) terutama pada penjaga hukum negara, seperti Polisi, Tentara, Penegakkan Hukum, Kejaksaan Agung, Hakim, atau KPK Indonesia. Â
Maka pada dialog Socrates dua Jenderal ini untuk masa kini sangat cocok untuk dan Komandan Tentara, Panglima TNI, atau Komandan Kepolisian Negara. Berikut ini adalah upaya Platon dalam dialog Buku Rupublic mendiskusikan pengertian "apa itu keberanian thumos, (andreia), dan keutamaannya".
Pada tulisan (5) ini adalah berisi tentang Teks  Bagian Tiga (184c-186b). Setelah Laches memberikan balasannya kepada Nicias, Lysimachus meminta Socrates untuk memutuskan hubungan antara dua jenderal dan memutuskan apakah anak laki-laki harus atau tidak seharusnya diinstruksikan dalam seni bertarung dengan baju besi.
Untuk pertanyaan ini, Socrates hanya meminta Lysimachus, jika Lysimachus siap menerima pendapat seseorang yang mungkin bukan ahli. Socrates kemudian mengajukan pertanyaan yang sama kepada Melesias.Â
Melelias menjawab  akan mengikuti saran pada orang yang telah dilatih dan  suaranya akan bernilai lebih pada keempat orang lain yang hadir. Socrates menegaskan  keputusan yang baik tidak didasarkan pada angka tetapi didasarkan pada pengetahuan.Â
Socrates kemudian bertanya apakah ada salah satu di antara mereka yang ahli dalam hal yang mereka sedang berunding. Jika ada maka mereka akan menanyakan orang itu. Jika tidak ada yang hadir yang ahli dalam hal berunding maka mereka akan mencari nasihat lebih lanjut.Â
Socrates kemudian menekankan pentingnya memutuskan apakah salah satu pada mereka adalah ahli dalam hal berunding karena itu adalah masa depan anak-anak mereka, yang dipertaruhkan.
Setelah ini, Socrates membayangkan situasi di mana dia dan teman-temannya mencoba memutuskan yang mana pada mereka memiliki pengetahuan senam terbaik. Tidak diragukan lagi, Â mereka akan memilih pria yang telah belajar dan berlatih seni senam dan telah memiliki guru terbaik di bidang ini. Socrates kemudian bertanya apakah mereka akan memiliki pertanyaan yang perlu ditangani oleh guru pria itu. Melesias menanggapi pertanyaan ini dengan kebingungan tentang makna Socrates.