Pertanyaan pada kemampuan ekonomi atau kekayaan seseorang adalah  bagaimana menggunakan uang itu, tidak pernah ada upaya memupuk pertimbangan diri dan pertimbangan moral bersuara hati. Jadi, dengan berfokus pada kekayaan materi atau target penerimaan pajak bagi negara dan pengumpulan materi ekonomi pada lain sisi, menunjukkan menunjukkan negara dan masyarakatnya kehilangan landasan moralnya. Thoreau berbicara pada buku  (Civil Disobedience) mengemukakan terdapat kekhawatiran  orang-orang maka membutuhkan perlindungan pemerintah; tentang konsekuensi pembangkangan sipil terhadap harta benda, keluarga mereka. Thoreau mengatakan  tidak akan pernah mau berpikir diri tergantung pada perlindungan Negara. Namun, Thoreau mengakui  jika  menolak untuk membayar pajak, itu berarti  akan kehilangan harta miliknya, dan  negara akan mengganggu keluarganya.
Kondisi ini memang "sulit," aratinya: Sulit untuk hidup jujur dan nyaman dari luar pada saat yang sama. Dengan demikian, Thoreau menyimpulkan pada buku  (Civil Disobedience) tidak ada gunanya mengakumulasi properti. Manusia haru mandiri, mengelola pertanian dengan kondisi yang cukup sederhana. "Manusia harus hidup di dalam dirimu sendiri,".
Thoreau mengutip Konfusius "jika suatu negara tidak diatur oleh akal, maka kekayaan adalah sumber dari rasa malu". Thoreau beralasan "dalam arti apa pun" untuk membayar risiko hukuman tidak mematuhi Negara lebih baik  daripada mematuhinya. Artinya, risiko lebih kecil diterima karena mengabaikan perlindungan pemerintah daripada mengorbankan integritas dalam kepatuhan pasif dengan kebijakan pemerintah yang tidak adil atau mengorbankan integritasnya.
Analisis pemikiran Thoreau pada buku  (Civil Disobedience) pada tulisan ke [3] ini hakekat  individu bertanggung jawab atas ketidakadilan. Partisipasi memiliki arti luas bagi Thoreau: Menjadi anggota lembaga yang tidak adil, bahkan menjadi warga negara yang tidak adil, menjadikan seseorang sebagai pelaku ketidakadilan. Bahkan membayar pajak kepada pemerintah yang jahat sudah cukup untuk membuat seseorang secara moral ternoda. Untuk alasan ini, Thoreau berpendapat  orang memiliki kewajiban untuk memisahkan diri dari pemerintah dan tidak mendukungnya baik secara finansial atau sebagai manusia. Orang memiliki kewajiban untuk tidak menyebabkan kejahatan, tetapi mereka tidak memiliki kewajiban untuk bekerja melawan kejahatan yang tidak disebabkan mereka.
Moralitas tidak mewajibkan seseorang bekerja untuk mewujudkan dunia  yang "lebih baik". Sebaliknya, seseorang tidak harus membuat dunia menjadi lebih buruk. Perbedaan pemikiran Thoreau ini terkait dengan hakekat diri individualisme.
Thoreau berpendapat  setiap orang harus hidup untuk dirinya sendiri dan memanfaatkan waktu singkatnya di bumi untuk mengikuti Thoreau tujuannya sendiri. Seseorang  dapat secara sah memiliki kekhawatiran  diprioritaskan daripada memperbaiki dunia; individu harus menjaga integritasnya dengan tetap setia pada nilai dan kekhawatiran tersebut. Namun, justru karena alasan ini, seseorang bertanggung jawab pada  kejahatan yang di lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui dukungan diam-diam. Jadi, ada tugas khusus untuk tidak berpartisipasi dalam kejahatan.
Thoreau memiliki pemikiran kritis terhadap demokrasi, dan pemerintahan oleh mayoritas. Baginya, jika pembangkangan sipil merusak lembaga-lembaga demokrasi, tidak ada kerugian nyata yang terjadi. Namun, orang-orang melakukan demokrasi  mungkin mempertanyakan seberapa cocok ketidaktaatan sipil dengan sistem pemerintahan ini. Demokrasi pada akhirnya adalah kompromi; orang menerima keputusan mayoritas karena mereka  tahu orang lain akan menerima keputusan mereka ketika mereka berada di mayoritas.
Namun, Thoreau berpendapat  kompromi semacam itu  khususnya pada isu-isu etika (moral) adalah sama dengan  bentuk transaksional atau penjualan moral.
Moral seseorang seharusnya tidak pernah berpartisipasi dalam kejahatan baik langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, Thoreau tidak bermain dengan "aturan main" demokrasi. Sebaliknya, Thoreau menyerukan orang menghapus diri mereka dari pemerintah dengan rasional dan suara hati percaya  mereka diminta untuk melakukan sesuatu yang salah.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H