Manuskrip yang berjudul Realphilosophie didasarkan pada ceramah Hegel yang disampaikan di Universitas Jena pada tahun 1803-04 ( Realphilosophie I ) dan 1805-1806 ( Realphilosophie II ). Tulisan-tulisan ini mencakup banyak hal yang sama dengan Sistem der Sittlichkeit dalam menjelaskan filosofi pikiran dan pengalaman manusia dalam kaitannya dengan perkembangan sosial dan politik manusia.
Beberapa ide dalam tulisan-tulisan ini adalah peran dan makna bahasa untuk kesadaran sosial, untuk memberikan ekspresi kepada masyarakat ("Volk" ) dan memahami, menguasai dunia, dan kebutuhan dan konsekuensi dari fragmentasi sosial primordial hubungan dan pola sebagai bagian dari proses perkembangan manusia.
Terdapat siklus atau  pengulangan tentang pentingnya hubungan hak pada property atau relasi "Principles, dan Agent" atau "Tuan  ("Principles ") dengan  "Budak" (Agent), sebagai hal penting untuk pengakuan sosial dan ada keamanan properti atau pengakuan hak milik jika masyarakat tetap merupakan kelompok keluarga belaka.
Keamanan semacam itu membutuhkan suatu sistem kendali atas "perjuangan untuk pengakuan" melalui norma-norma antarpersonal, aturan-aturan, dan otoritas yuridis yang disediakan oleh negara bangsa pada tatanannya.
Bagi Hegel, kebutuhan untuk pengaturan ekonomi negara kuat, jika dibiarkan berjalan sendiri adalah buta terhadap kebutuhan komunitas sosial. Perekonomian, terutama melalui pembagian kerja, menghasilkan fragmentasi dan pengurangan kehidupan manusia (bandingkan Marx pada keterasingan atau alienasi), dan negara tidak harus mengatasi fenomena ini tetapi menyediakan sarana bagi partisipasi politik rakyat untuk memajukan perkembangan diri sosial kesadaran.
Dalam semua ini, Hegel tampaknya memberikan penjelasan filosofis tentang perkembangan modern baik dalam hal ketegangan dan konflik (agency theory ) baik makro dan mikro yang baru bagi modernitas maupun dalam gerakan progresif reformasi dieranya.
Konsep Hegel ini kemudian oleh Karl Marx sebagai "Materialisme Sejarah" atau upaya menjadi masyarakat lebih adil, dalam mencapai bagi kebebasan umat manusia. Atau perjuangan penghapusan kelas, atau "Agency theory" adalah persoalan menutupi sistem yang menindas, karena ada hak yang berbeda. Laba perusahaan (surplus lebih) adalah kenaikan hak milik "Tuan  ("Principles") dengan "Budak" ("Agent") sebagai intrumentalisasi manusia dalam ala-alat produksi.
Dan selama masih ada dominasi hak milik private (kaum borjuis) pada modal atau alat-alat produksi, maka kelas "Budak" (Agent) atau pekerja tetap (proletar) tergantung pada pemilik modal bersifat niscaya. Artinya kelas "Budak" (Agent) tetap teralienasi dalam kegiatan dasar manusia pada sistem ekonomi, dan aktivitas produksi.
Maka  agency theory di tangan Karl Marx sebagai upaya kesamaan hak, atau peleburan penghapusan kelas pada "Tuan  ("Principles") dengan  "Budak" ("Agent"). Artinya problem agency theory adalah masalah kesadaran basis materi (ekonomi) dari idiologi superstruktur kesadaran.
Dan akhirnya menempatkan Tuan  ("Principles") dengan  "Budak" ("Agent") atau hubungan antara pemilik modal dengan pekerja memiliki kedudukan yang tidak sama dalam proses produksi atau proses produksi bersifat alienatif.  Lebih kongkrit lagi adalah  kesadaran manusia tidak menentukan realitas, tetapi realitas material yang menentukan kesadaran akibat cara pemahaman manusia melalui sistem kerja bersifat dialektika tuan, dan budak.
Maka budak tidak ada kebebasan, sedangkan Tuan adalah bebas. Bebas adalah boleh kemanapun pergi sessuai kemauanku sendiri, atau tidak adanya hambatan. Budak (karyawan) adalah assets atau property,  tidak boleh pergi kemana-mana harus izin, atau dipecat pilihannya. Inilah bentuk transformasi Hegel bersifat idalisme menjadi materialism.