Ada dua wangsa yang memerintah (wangsa) dan memelihara yakni Wangsa Air, dan Wangsa Tanah. Dua wangsa ini dalam wujud nyata menjadi dibekukan oleh manusia dalam kebudayaan sebagai tatanan (order) atau disebut "Demeter" adalah pada Mataram Kuna (Jawa) disebut wangsa tanah, dan wangsa air kemudian di sebut dalam metafora simbol ide cita-cita untuk dimensi makna kesuburan, kekayaan mineral, kemakmuran, pertanian (pengolahan tanah).Â
Maka kata kebudayaan berasal dari kata pengolahan tanah atau mengelola tanah, dan air ("Colere", dari bahasa Latin, di menjadi bahasa Inggris "Culture"). Maka Transubstansi "Mataram" sebenarnya berarti "kebudayaan"
Dengan demikian secara Riset Filologi Kejawen: Nyai Bunga Kantil adalah pembentuk "kebudayaan Indonesia" atau saya sebut "mother of all the living".  Dan sekarang disebut NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), di konsepkan oleh Adam Heinrich Muller di pakai Prof Dr Soepomo, berasal dari kata kata "manunggal" (kesatuan) atau  integrasi bangsa, berasal dari tradisi "Manunggaling Kawula Gusti" atau menyatunya manusia (kawula) dengan Tuhan (Gusti) atau Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Atau pada Kota Jogja ada Tugu "Golong-Gilig" atau persatuan antara rakyat dan penguasa menjadi sila ke (4) lerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan".
Â
Daftar Pustaka:Apollo Daito, 2016., Pembuatan Filsafat Ilmu Akuntansi, Dan Auditing (Studi Etnografi Reinterprestasi Hermenutika Pada Candi Prambanan Jogjakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H