Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Ilmu, dan Seni "Menuhin, Zhuhai International Competition" (4)

28 Agustus 2018   11:53 Diperbarui: 28 Agustus 2018   12:01 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini adalah hasil riset saya untuk memahami (episteme) dengan apa yang saya sebut "seni memahami" atau find art dalam bidang akutansi, dan auditing dengan menggunakan teori hermeneutika pada pemikiran Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan kawan kawan pda hermeneutika romantisme, pemikiran Schleiermacher, Heidegger, Gadamer, Ricoeur, Habermas, Cassirer, Bultan, Apel, Ricoeur, Betti, Ast, Wolf, kemudian saya sebut sebagai Riset Hermeneutika  Seni Memahami. Penelitian sudah dilakukan sejak 2008- sampai sekarang, dan masih berlanjut sampai 2045.

Latar belakang riset saya awali pada penjelasan salah satu aspek cara memahami seni music,  misalnya pada kompetisi "Menuhin International Competition" dan  Zhuhai International Competition  kemudian dilakukan transformasi menjadi filsafat auditing (seni memahami). Dan metod memahami cara ini dipakai pada matakuliah auditing lanjutan pada program pascasarjana dengan mengembangkan cara berpkir konseptual, dan bukan ilmu praktical semata-mata.  

Maka penelitian ini adalah bagian upaya menghindari kampus bukan sebagai bengkel untuk mencetak manusia bengkel, tetapi manusia yang mampu berpikir pada sesuai dengan  3 tipe ilmu gagasan Aristotle: "Techn, Episteme and Phronesis". Dan kedua ilmu akuntansi dan auditing adalah perluasan dari konsep dialektika, retorika, dan logika.

Lalu bagimana hasil umum penelitian trans substansi antara kontestasi pada " Menuhin, Zhuhai International Competition" untuk menghasilkan Episteme Ilmu dan Seni bidang auditing.

Ke (1)  tahap pertama (dengan meminjam pemikiran Immanuel Kant) maka diperlukan pemikiran kritik atau kritis atau kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Atau selanjutnya sebagai  proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan.

Ke (2) saya meminjam kerangka pemikiran John Dewey (1909) adalah Bapak berfikir kritis modern, wujud  reflective thinking yaitu yaitu pertimbangan yang aktif, persisten, dan hati-hati terhadap suatu pengetahuan atau nilai, berdasar alasan yang mendasarinya dan kesimpulan.

Ke (3) meminjam pemikiran Huitt's (1992) pada dua tatanan (a) critical thinking, bersifat linier dan berseri (berurutan), lebih terstruktur, lebih rasional dan analitik, lebih berorientasi kepada tujuan, dan (b)  creative thinking bersifat holistik dan paralel, lebih intuitif dan emosional, lebih kreatif, lebih visual, dan lebih taktual/ kinestetik.

Maka dengan meminjam tiga kerangka model tersebut (pendasaran logika, retorika, dialektika) hasil Trans Substansi  "Menuhin, Zhuhai International Competition" untuk menghasilkan Episteme Ilmu dan Seni bidang auditing.

Ke (1) pencipta, penggubah, penulis  musik dan ide (geist) seperti Antonio Vivaldi (1678-1741); Johann Sebastian Bach (1685-1750); George Frideric Handel (1685-1759); Franz Joseph Haydn (1732-1809); Wolfgang Amadeus Mozart (1756-91); Ludwig van Beethoven (1770-1827);  atau Bach, Schubert, Mozart;

Ke (2) diadakan reinterpreatasi ulang Reinterprestasi Transformasi (Memesis) pada acara atau kegiatan "Menuhin, Zhuhai International Competition" untuk diseleksi dalam upaya mencari bakat, kemampuan, meniru kembali (reinkarnasi) ide nomor ke (1);

Ke (3) hasilnya adalah pencapaian yang melampaui asli asal pencipta, penggubah, penulis  musik dan ide (geist) atau terjadi pembaharuan Roh (Geist) atau mental atau saya sebut bentuk reinkarnasi: Kekembalian  Hal Yang sama secara abadi, bahkan melampaui (beyond) , Friedrich Wilhelm Nietzsce.

Ke (4) Dengan menggunakan pendasaran ini maka, saya dapat menemukan "Novelty" atau state of the art (SOTA) atau novum baru, saya namakan sebagai "Filsafat  Auditing (Seni Memahami),  dengan pendasaran pada ilmu hermeneutika Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, Gadamer, Ricoeur, Habermas, Cassirer, Bultan, Apel, Ricoeur, Betti, Ast, Wolf.

Ke (5) dengan menggunakan pendasaran pada nomor (4) maka auditing adalah reproduksi teks, reinterprestasi, transformasi (Memesis), rekalkulasi, rekonsiliasi, pencocokan, pada teks laporan keuangan, dilakukan melalui audit programe, dan kertas kerja auditing.  Dilakukan oleh auditor (KAP) atau auditor Pemerintah.

Ke (6)  Dengan menggunakan Filsafat  Auditing (Seni Memahami), dipastikan diperoleh kualitas jasa audit, lebih baik, bermutu tinngi, dan memberikan ("judgment") atau opini audit) bertanggungjawab. Dan dapat dipakai dalam evaluasi, pengambilan keputusan, dan perencanaan yang baik. Atau ada nilai evaluasi efektif, efisien, ekonomis.

dokpri
dokpri
Dengan memahamai pada "Filsafat  Auditing (Seni Memahami), ini maka saya memiliki beberapa kritik pada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan profesi lainnya dalam bidang akuntansi, dan auditing:

Ke (1) pada masa mendatang diperlukan rekonstruksi ulang, dekonstruksi, atau minimal adanya dialog ilmu dengan ilmu lainnya, sehingga diperoleh pemahaman lebih baik, lebih bermutu, dan lebih bernilai pada proses akuntansi, dan audit. Pendidikan bidang akuntansi (khususnya) pascasarjana tidak berfokus pada mempelajari regulasi, ketrampilan teknis, tetapi pada cara memahami auditing, dan akuntansi berfokus pada "critical thinking, creative thinking  dengan out of box".

Ke (2) secara umum dalam  ilmu filsafat bahwa pekerjaan yang ditundukkan pada lembaga atau intitusi (magistarium) bersifat alienatif  atau alienasi atau keterasingan manusia karena hak kepemilikan., dalam teori Jensen Mecking (1976) atau Karl Marx. Atau kebijakan kelembagaan cenderung menindas, dan tidak netral atau ada kekusaan yang bekerja dibelakang idiologi tersebut atau konsep kekuasaan Michel Foucault, atau  "Panopticon Or the Inspection House" model Jeremy Bentham.

Ke (3) dengan argument (1), dan (2) tersebut, maka pernyataan auditor yang independen, adalah paradoks, atau sulit (kalau tidak disebutkan tidak mungkin), apalgai jika mengkaitkan dengan pemikiran Tibor Richard Machan (18 March 1939-24 March 2016), ide pada "negative liberty" atau kekebasan negative, bahwa kebebasan adalah  tidak adanya hambatan sebagai ide sejati pada auditor yang independen.

Dafatar Pustaka: Apollo Daito. Rencana Induk Penelitian (RIP), 2008-2040.

  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun