Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Kita adalah Produk Sejarah", Sekilas Pemikiran Johann Gottfried von Herder

22 Agustus 2018   11:22 Diperbarui: 22 Agustus 2018   11:39 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua kita adalah produk sejarah. Seorang mahasiswa diantar kedua orang tuanya karena beberapa bulan sakit dihadapan saya adalah produk sejarah. Telinganya mirip mamanya, kakinya mirp papahnya, bibirnya mirip neneknya, dan sikapnya mirip mamanya suka mutung. Demikian juga gaya bicaranya seperti memaki (berbicara keras) mirip neneknya.

Kakeknya  Flores, dan  neneknya wanita Solo. Jadi mahasiswa didepan saya adalah Flores, dan Solo.  Jika nenek, dan kakeknya hanya tamat SLTP, dan orang tua mahasiswa ini lulusan SMK/SMU dengan biaya sendiri, maka anaknya adalah calon sarjana dengan predikat suma cum laude IPK 3.98 nyaris sempurna.

Umat manusia adalah sejarah. Adalah dua tokoh penting yang menulis tentang filsafat sejarah ( Philosophy of History) yakni   (a) Georg Wilhelm Friedrich Hegel, (b) Johann Gottfried von Herder (1744-1803), dengan tema dan tulisan "Ideas for a philosophy of the history of mankind (ideean philosophie geschichte menschheit)" atau gagasan-gagasan filsafat untuk sejarah umat manusia.

Herder merintis pad filsafat sejarah. Sejarah bersifat linier  menghasilkan kemajuan emansipasi bagi kesejahteraan manusia membebaskan dari kemiskinan, kebodohan, penyakit, dan alam yang dapat diterjemah dengan fakultas akal budi.  Dengan kemajuan ini ada implikasi pada kebudayaan, seni, dalam era pencerahan.

Perjalanan sejarah, logika, dan materialisme merupakan gagasan pencerahaan. Maka sejarah adalah wujud penampakan atau dalam istilah Hegel atau Friederich August Wolf, sebagai kata ("Geist") sebagai roh, dapat diartikan sebagai kesadaran, pikiran, spirit, jiwa, sukma, ("mind" or "spirit") atau sering di sebut menjadi Phenomenology of Mind. Maka kata "Geist" adalah titik tolak semua kehidupan, dan prinsip-prinsip formatif permanennya. Maka sejarah melautkan diri, dan kita semua adalah sejarah wujud pikiran menghasilkan kebudayaan. Atau saya sebut sebagai realitas manusia saat ini ditentukan oleh "Wirkung_sgeschichte" (sejarah pengaruh).

Saya pernah beberapa mengajak mahasiswa untuk ikut sebagai asisten dosen pada 5 PTS dalam berbagai klaster ekonomi orangtuanya secara ekonomi. Hasil laporan etnografi (pengalaman yang diamati) asisten adalah "bahwa aura muka dan wajah dapat dilihat manusia kurang duit, susah, dengan klaster mahasiswa elit diantara PTS tersebut.

Cara berpakaian, cara makanan dikantin cafe, rokok, kendaraan, cara berolahraga, cara kesenian, buku bacaan, permainan game, nonton, pakaian, hiasan, bahkan lantunan doapun berbeda diantara dua klaster manusia memiliki   ("mind" or "spirit")  atau diantara manusia tersebut ada perbedan menonjol dikaitkan dengan kemampuan sosial ekonominya. Tentu saja hal ini dipengaruhi oleh daya juang, dan etos kerja yang lebih gigih pada karakter pembentukan ("mind" or "spirit").

Wajar jika kemudian Johann Gottfried von Herder (1744-1803), mendeskripsikan bahwa sejarah adalah bentukan dan perkembangan sejarah alam dari organisme sederhana, sampai pada manusia paling tinggi. Manusia dalam sejarah dan progressnya adalah memungkinkan tujuan alam ini ada menjadi dapat terwujud.

Kemampuan manusia mengembangkan fakultas akal budi atau (Wissenschaftslehre)  adalah dokrin ilmu atau (Doctrine of Science) untuk menciptakan final cause atau pencipta kenyataan. Bahkan ketertiban alam (24 jam sehari) adalah cermin pencirian alam semesta menjadikan manusia displin, dan Tuhanpun menghendaki manusia displin dalam semua hal pikiran, penyimpulaan, dan  tindakan.

Semangat ini tentu bersesuaian dengan dokrin Max Weber  pada Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism). Atau saya sebut semacam "Deisme" memuja Tuhan secara rasional. Manusia maju, dan menjadikan perkembangan pemikiran dan materialisme adalah ciri-ciri manusia yang diberkati dalam hidupnya. Semacam metafora "jika dibumi sama dengan disorga, maka didunia saja susuh bagimana mungkin bisa masuk kerajaan Tuhan.

Saya rasa ini adalah idiolog yang memungkinkan pencerahan adalah dapat mungkin dan terjadi. Kelihatannya Herder sudah menyentuh pada aspek kesadaran sejarah pada tema- tema volksgeist (jiwa rakyat),  atau  Johann Gottfried von Herder, Hermann Samuel Reimarus, Gothold Ephraim Lessing adalah tiga tokoh filsafat sejarah pembentukan republic akal sehat, dan pendidikan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun