Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Inti Buku Republic Platon: Peristrophe Periagoge: Dialog Socrates dengan Glaukon [6]

1 Agustus 2018   18:08 Diperbarui: 24 Oktober 2022   20:45 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Peristrophe Periagoge" Dialog Socrates Dengan Glaukon [6]

Bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis)

Dialog Glaukon Dengan Socrates sebagai hidup mati atau bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis) Platon mencapai tahap-tahap pada ["idea Yang Baik" atau "ten tou agathou idean"]. Platon membagai 3 bentuk metafora alegori untuk mencapai ["idea Yang Baik"] yakni: (1) Matahari (Sun), (2) Dua Garis Membagi (Divided Line), (3) "The 'Allegory Of The Cave" atau alegori Gua (Cave).

Setelah pada tulisan 1 sampai 5 sebelumnya, maka pada tahap ini adalah inti penjelasan [Paideia] adalah proses "Peristrophe Periagoge" seperti dalam dialog  Dialog Socrates Dengan Glaukon sebagai progress pencerahan manusia diandaikan bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis) dalam gua. Atau hidup mati adalah proses Hidup, Mati  diawali pada Bayangan (shadow); Permainan (game); Melarikan diri (escape); Kembali (return) turun kedalam gua.

Dan Kembali (return) turun kedalam gua,  maka ada perlawanan dalam Gua, seperti dalam kondisi Socrates mati di voting di Bunuh, atau Nabi Isa di Salip, atau Galileo Galilei, atau Santa Margaretha dari Metola, atau martir untuk iman, dan ilmu. Dalam metafora ini reformasi mental dan pemikirian atau perubahan paradigma (kemapanan) dalam masyarakat adalah tugas mereka yang sudah melalui proses naik gua, dan turun gua.

dokpri
dokpri

Mampu mengalienasikan diri menjadi (leader of change) atau semacam moksa dalam tatanan tertentu. Paradigma masyarakat yang sudah mapan berada dalam zona nyaman, pasti terusik dan terganggu dengan novelty  atau pergantian paradigma (istilah Khun, Popper), atau dekonstruksi model Derrida, atau Rorty. Hal ini adalah tantangan pada King Philosopher sebagai motivator pembaruan diri pada zona nyaman (dalam Gua) ke paradigm yang lebih tinggi. 

Semacam guru pembebas yang memperoleh ganjaran "kematian" karena melawan kemapanan dan sudah baku sebagai konsititusi ide fixed. Tindakan Socrates sebagai guru reformasi harus membayar dengan kematian dirinya sendiri. Upaya pendidikan mata jiwa batin taruhannya adalah kematian guna memperbaiki mengeliminasi tatan kebudayaan yang mapan (namun busuk). Maka tugas filsuf turun kedalam gua kembali sebagai representasi pada figure ["protagonist"].

Bagimana untuk dapat menanjak, dan kembali ke dalam gua untuk memberikan pencerahan dalam komunitas, masyarakat, negara. Platon pada buku Republic kemudian menggambarkan Filsuf Alamiah (philosophos phusis) melalui jalur pendidikan ["Paideia"] sehingga membuka "mata jiwa", dan membalikkan pengetahuan dari doxa pada Mata indrawi untuk mencintai (philein) dan kebijaksanaan (sophia) dan kemudian mampu menegakkan (mengatur) wilayah res publica secara adil dan mengemban tugas utama sebagai pendidik warga negara atau negarawan (kalos kagathos). 

Proses mencetak melalui pendidikan atau [Paideia] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) ada pada (teks 474c8, dan 475b8-9) mewujudkan manusia yang sebagai filsuf alamiah (philosophos phusis) mencintai kebijaksanaan (philosophia) sebagai wujud mencintai secara keseluruhan (alla pasen) dalam seluruh eros (hasratnya).

Pengertian mencintai secara keseluruhan (alla pasen) adalah hasrat besar pada kebenaran kekal (immortal) dan menyeluruh, memiliki kepastian tidak tertarik pada motivasi mata indrawi (material benda), memiliki intelektual yang baik, daya ingat yang stabil, tubuh sehat, mudah belajar, cepat tepat tanggap, elok, menawan, berjiwa besar, dan senantiasa bersahabat mencintai kebenaran, keadilan, keberanian, dan ugahari.

dokpri
dokpri

Pada teks seksi 475e9-476b11 adalah proses mencetak melalui pendidikan atau ["Paideia"] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) adalah proses displin diri pada hasrat (eros). Negarawan  (kalos kagathos) harus didik pada keberanian, dan bukan pengecut penakut. 

Keberanian (andreia) dan utamaan ugahari (sophrosune)  yang dijiwai pada keadilian (dikhe, atau dikaiosune). Jiwa keberanian pada keadilan memungkinkan manusia dapat didik pada tahap selanjutnya pada menjelajahi dan membuat keseimbangan sebagai landasan mengembangkan bakat tersebut mengagumi keelokan, kedekatan dengan pengalaman lelhur agung bijaksana, keelokan indrawi, dan makna elok itu sendiri melalui pembatinan nilai-nilai (aisthesis). Keserasian nada musik pembentuk jiwa, dan irama tubuh untuk menuju pendisplinan eros untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) pada tahap pendidikan berikutnya.

Tahap berikutnya dalam proses mencetak melalui pendidikan atau ["Paideia"] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) adalah melampaui kemampuan keugaharian Homerik dan Sofistik  (aisthesis arete) mengendalikan dan menundukkan eros pada epithumia, dan thumos dan menjadikan logistikon yang menjadi pemimpin (a king philosopher).

Proses proses mencetak melalui pendidikan atau ["Paideia"] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) diajak kepada sasaran tepat  melalui proses pembiasaan (habitus) dan pelatihan. Kebijaksanaan pemikiran (phronesai)  bersumber pada ide tetap atau sang "Demiurgos"  abadi tidak hilang,  sesuai dengan gerak pembalikkan kembali arah baru ["Periagoge"]. Teks seksi 521c5-8 mengilustrasikan kegiatan ["Paideia"] adalah proses pembalikkan arah ["Peristrophe"]  dan pengembalian arah baru ["Periagoge"] pada mata jiwa cahaya.

Pada pentahapan pembalikkan arah ["Peristrophe"]  dan pengembalian arah baru ["Periagoge"]  mengupaya paksakan pendasaran pada persepsi indrawi (aesthesis) menundukkan eros epithumia (reproduksi produksi materi atau uang), dan thumos (keberanian) menuju cahaya mata nous (keutamaan keugaharian) atau tarikan kepada  ["idea Yang Baik"].

Tarikan  pada  ["idea Yang Baik"] dilakukan melalui proses pendidikan seleksi bakat mirip American Idol atau Indonesian Idol. Proses seleksi bakat dijelaskan pada buku The Republic di  ["teks seksi 521c1 sampai teks seksi 541b5"], sampai pada perolehan episteme tertinggi yakni proses dialektika dalam output hasil  menyeluruh pada keutamaan. 

Pada ["teks seksi 521c1 sampai teks seksi 541b5"]  adalah perjalanan proses intelektual mengasah dan membuat kemampuan aktivitas pikiran murni (nous noesis)  pada kawasan Intelligibel untuk melahirkan pengetahuan (episteme), keluhuran karakter moral, yang mewujudkan manusia sebagai sosok elok dan baik representasi wujud final paripurna (kallipolis). Kemampuan puncak episteme pada berpikir dialektika oleh Platon diumpamakan fungsi leadership adalah sebagai sosok pemintal. Atau dialog antara politikos (negarawan) dengann Nomoi (hukum-hukum) atau gembala manusia. Sosok  pemintal mampu melakukan pemisahan, dan penyatuan dengan keselarasan dalam keadilan bagi semua.

Cita-cita wujud manusia final paripurna (kallipolis pendidikan Platon adalah menciptakan A king Philosopher  untuk turun kembali ke gua atau filsuf menjadi raja-raja  (teks seksi buku V, 473c11). Teks ini menjelaskan cara membangun kekuasaan memerintah negara melalui aristokrasi intelektual, dan menghilangkan pamrih pribadi. ****

Daftar Pustaka:

Plato. Plato in Twelve Volumes, Vols. 5 & 6 translated by Paul Shorey. Cambridge, MA, Harvard University Press; London, William Heinemann Ltd. 1969.

Haryanto Cahyadi., 2017., Paidea, Mendidik Negarawan Menurut Platon.,  Kanisius., Jogjakarta.

Apollo Daito, 2016., Pembuatan Filsafat Ilmu Akuntansi, Dan Auditing (Studi Etnografi Reinterprestasi Hermenutika Pada Candi Prambanan Jogjakarta

___,.2011., Pencarian Ilmu Melalui Pendekatan: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi

___,.2014., Rekonstruksi Epistimologi Ilmu Akuntansi Pendekatan Fenomenologi, dan Hermeneutika Pada Kraton Jogjakarta

___,.2014., Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Kejawen Di Solo Jawa Tengah Indonesia

___.,2015., Pembuatan Diskursus Teori Akuntansi Konflik Keagenan (Agency Theory), Studi Etnografi Reinterprestasi Hermeneutika Candi Sukuh, Cetho, di  Jawa Tengah

___., 2018., Studi Estetika komparasi Wangsa Sanjaya, dan Wangsa Sailendra Episteme bidang Auditing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun