Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Seks [4]

24 Juli 2018   00:52 Diperbarui: 24 Juli 2018   02:09 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tulisan ini adalah bagian interprestasi riset saya  pada Dua Dinasti di Kerajaan Mataram', yaitu: (1) Dinsti Sanjaya (Sajayavasa), dan (2) Dinasti Sailendra (Sailendravamsa). Ikon utama berupa metafora dalam bentuk Lingga-Yoni. Yoni, Lingga symbol wangsa Dinasti  Sanjaya. Yoni adalah vagina atau mxxxk alat kelamin wanita, Lingga adalah koxxxxl atau penis pada  lelaki. 

Pada candi yang saya teliti saya sebut sebagai diskurus Lingga Yoni atau Diskurus Seks, atau saya sebut sebagai  Filsafat Seks pada Pantheon Lingga Yoni dapat dijadikan episteme dan cara memahami dunia dengan bertanggungjawab, dan memenuhi kaidah akademik.

Pada bagian (3) sudah saya jelaskan pergeseran atau  trans-substansi Filsafat seks menjadi Seksuasi, dikaitkan dengan dua tokoh filsafat ekonomi (a)Thomas Robert Malthus (1766--1834) diperlukan pengendalian jumlah penduduk. 

Padahal jumlah penduduk sejatinya ditentukan oleh hubungsan seks manusia. Adanya  campur tangan regulasi, dan paradoks bisnis seks (alat seks) untuk pemulihan organ-organ seksual pria wanita, dan seterusnya. Dan pemikiran ke dua (b) filsafat  Adam Smith bahwa Income Perkapita yaitu pendapatan jumah rata-rata penduduk, kemudian asal penduduk atau perkepala (manusia), maka secara private itu berasal dari pernikahan atau hubungan hasil seks, melahirkan anak.

Dengan mudah dipahami bahwa dokrin ekonomi klasik, dan modern gagasan John Maynard Keynes (5 Juni 1883-21 April 1946) menerbitkan buku terpenting dalam bidang ekonomi The General Theory of Employment, Interest, Money terbit tahun 1936 sebagai buku wajib pendidikan pascasarjana ilmu ekonomi pasti memahami betul keberlanjutan teori Smith, Malthus, gagasan lain didukung oleh Milton Friedman, dan Hayek,  dan  sampai post Keynesian bahwa  pasar bebas mutlak dan wajib dianggap terbaik dalam membangun "Wealth of Nations".  

Bahkan tokoh pemikir abad ini Yoshihiro Francis Fukuyama menyatakan "The End of History and the Last Man" tahun 1992 menunjukkan bahwa sejarah sudah selesai dengan kejayaan kapitalisme, dan demokrasi liberal  sebagai idiologi tunggal umat manusia, dengan berakhirnya perang dingin.

Sekalipun kritik yang tidak kalah menarik apa yang digagas oleh Daniel Bell pada bukunya "The End of Ideology". Buku ini jelas arugmentasi ilmiah yang memaparkan kegagalan dan kelemahan ekonomi pasar, globalisasi, dan demokrasi liberal  untuk membangun apa yang disebut membangun "Wealth of Nations".

Maka dengan dukungan Daniel Bell pada bukunya "The End of Ideology" pada analisis tulisan ke (4) ini saya akan melakukan transformasi tahap kedua yakni menggeser makna ["Filsafat  Seks, Menjadi Seksuasi, Menjadi Kapitalisme"]. 

Bagimana hal ini dijelaskan. Saya akan meminjam filsafat Hannah Arendt (lahir 14 Oktober 1906 -- meninggal tanggal 4 Desember 1975), murid Genius dan mantan pasangan Martin Heidegger. Buku teks yang saya pinjam pada pemikiran Hannah Arendt berjudul "Human Condition terbit tahun 1958. Dan Buku kedua adalah The origins of totalitarianism.

Tidak dapat disangkal mekanisme pasar bebas lah yang mengubah ruang public menjadi kehidupan bisnis.  Maka buku Hannah Arendt berjudul "Human Condition" adalah mengkritik mekanisme pasar bebas yang menghabiskan solidaritas warga, dan ketidakmampuan melawan dominasi, merugikan public, dan menghendaki adanya perubahan. 

Tidak ada celah warga untuk berkumpul dan bertidak bersama untuk mengubah keadaan atau ruang warga dalam memperbincangkan diskursus persoalan-persaolan public atau public use reason. Hannah Arendt mengidialkan ruang public menajdi tempat yang lepas dari rezim kekerasan, dan kepentingan bisnis.

Hannah Arendt menyatakan ada dualitas antara ruang public, dengan ruang private untu totalitas sosial. Polis atau ruang public adalah keanekaragaman cara berpikir atau pengembangan perluasan langit pemikiran atau warga negara non keluarga, sementara persoalan (oikos) atau private tunduk kepada kriteria survive dalam artinan keberlanjutan manusia sebagai species.

Metafora yang dipakai Hannah Arendt adalah "kota Yunani Kuna berbenteng" untuk melindungi dari sifat sifat kehewanan, atau kebuasan atau memisahkan antara naluri survive (oikos) dari hubungan menguasai-dikuasi.

Runtuhnya tembok menurut Hannah Arendt berarti terjadi peleburan (naturalisasi) atau Darwinisme social survive atau keterhubungan diluar tembok dengan dalam tembok. Artinya wilayah private (seksuasi) masuk dalam tembok atau wilayah public. Inilah fakta dan realitas pendasaran ekonomi Thomas Robert Malthus, dan Adam Smith, John Maynard Keynes pada penjelasan sebelumnya, wujud pelebaran filsafat seks, menjadi seksuasi regulasi bisnis, kebutuhan pasar.

Dampak cukup luas meleburnya wilayah private Seks, menjadi Seksuasi, menjadi wilayah public adalah melahirkan sistem Kapitalisme. Itulah Human Condition versi Hannah Arendt. Maka unsur hiburan dan mengisolasi kebutuhan individu meningkat, dan tercerabutnya solidaritas social, maka dimana-mana sistem kapitalisme ada disitu ada seksualitas manusia di ruang public.

Idiologi kapitalisme adalah persoalan naturalitas  atau metafisis dai Yang Private adalah logika menguasai dikuasi (tuan budak) wilayah oikos atau reproduksi oleh wanita, dan produksi oleh budak. Atau kapitalisme adalah naluri Darwinisme social Survive dengan fondasi adalah pendapatan dan belanja.

Naturalisasi survive ini terjadi karena ada semacam pembiaran atau kelemahan aristrokrat atau regulasi mekanisme pasar dalam wilayah public dan seluruh fungsi-fungsinya. 

Maka dapat disimpulkan meleburnya wilayah private Seks, menjadi Seksuasi, menjadi wilayah public adalah melahirkan sistem Kapitalisme akibat ["yang private meluas, dan yang public menyempit"]. Maka semua iklan produk di hari-hari ini adalah mempertontonkan "tubuh" sebagai media menjual, iklan, semuanya adalah bentuk "seksi tubuh, dan mempertontonkan tubuh, dan semua bentuk bentuk kebudayaan tubuh. Jakarta, dan kota besar lainnya di Indonesia adalah ibu kota Mall, bukan ibu kota perpustakaan.

Demikian juga reovulusi, reformasi, atau kebebasan dan demokrasi akan mempercepat ["yang private meluas, dan yang public menyempit"]. Atau bentuk peleburan atau meruntuhkan tembok polis atau mempercepat naturaliasi, survive, dan naluri kehewanan kebuasaan. 

Sikap apatis warga pada demokrasi akan mempercepat dan membuat siklus kapitalisme menaik tajam dengan modal seksuasi, untuk mengkonsumsi memiliki lebih lagi, dan terus tanpa berhenti. Maka kapitalisme adalah culture industry atau wujud ["yang private meluas, dan yang public menyempit"], sebagaimana Sigmund Freud curiga pada seksuasi adalah relevean dengan pemikiran Hannh Arendt. 

Di sini peran manusia atau warga hanya menjadi konsumen dan penonton ditundukkan pada kebutuhan naluari untuk memiliki, memakai, dan menikmati. Buah akhir hegemoni Kapitalisme.

##bersambung

Daftar Pustaka:

Hannah Arendt.,1998., The Human Condition, 2rd., Edition. The University of Chicago.,Press.

Apollo Daito, 2016., Pembuatan Filsafat Ilmu Akuntansi, Dan Auditing (Studi Etnografi Reinterprestasi Hermenutika Pada Candi Prambanan Jogjakarta

___,.2011., Pencarian Ilmu Melalui Pendekatan: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi

___,.2014., Rekonstruksi Epistimologi Ilmu Akuntansi Pendekatan Fenomenologi, dan Hermeneutika Pada Kraton Jogjakarta

___., 2014., Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Empirik Pada Kabupaten Kota Bogor, Sumedang, Ciamis Indonesia

______2014., Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Kejawen Di Solo Jawa Tengah Indonesia

____,2015., Pembuatan Diskursus Teori Akuntansi Konflik Keagenan (Agency Theory), Studi Etnografi Reinterprestasi Hermeneutika Candi Sukuh Jawa Tengah

___., 2018., Studi Estetika komparasi Wangsa Sanjaya, dan Wangsa Sailendra Episteme bidang Auditing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun