Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Seks [2]

23 Juli 2018   17:15 Diperbarui: 23 Juli 2018   20:30 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari berbagai sumber

Filsafat  Seks (2)

Pada tulisan ini adalah bagian interprestasi riset saya  pada Dua Dinasti di Kerajaan Mataram', yaitu: (1) Dinsti Sanjaya (Sajayavasa), dan (2) Dinasti Sailendra (Sailendravamsa). Ikon utama berupa metafora dalam bentuk Lingga-Yoni. Yoni, Lingga symbol wangsa Dinasti  Sanjaya. Yoni adalah vagina atau mxxxk alat kelamin wanita, Lingga adalah koxxxxl atau penis pada  lelaki. Pada pada candi yang saya teliti saya sebut sebagai diskurus Lingga Yoni atau Diskurus Seks, atau saya sebut sebagai  Filsafat Seks pada Pantheon Lingga Yoni dapat dijadikan episteme dan cara memahami dunia dengan bertanggungjawab, dan memenuhi kaidah akademik.

Ke (3) pemikiran filsaat oleh Simone de Beauvoir  pada bukunya "The Second Sex (bahasa Perancis: Le Deuxime Sexe) adalah buku tahun 1949 karya eksistensialis. Tema pada Filsafat, Hasrat, Seks dan Simone de Beauvoir. Pada buku ini Simone de Beauvoir: meyebutkan tema sentral dengan terminilogi " I am a woman" atau aku adalah perempuan, dan bukan pada fakta pemikiran perempuan melainkan pada fakta biologis perempuan. Maka, de Beauvoir berketetapan bahwa, "One is not born, but rather becomes, a woman". 

Buku The Second Sex (1949) memang berangkat dari pemahaman keseharian, atau  disebut "menjadi perempuan" yang berangkat dari situasi konkret, dan bukan berangkat dari konsep Cartesian pada Co Gito Ego Sum atau Aku berpikir maka aku ada, atau "I think therefore I am". Sedangkan pada wanita atau perempuan tidak memiliki kekuasaan cogito (berpikir) melainkan keraguan ("diragukan") identitas seksnya, karena ia didefinisikan sebagai perempuan oleh masyarakat atau perempuan didefinisikan sebagai "the others" dan bukan dapat menjadi subyek dirinya sendiri. Artinya wanita tidak bisa bertanggungjawab, ketika belum menikah memakai nama bapak, sudah menikah menggunakan nama suami, perkenalkan saya xxx, wanita, anak dari Mr X, dan atau suami Tuan X, dan seterusnya. 

Buku The Second Sex (1949) ingin menyatakan ada hubungan yang tidak berimbang pada relasi laki-laki dan perempuan sebagai "di luar" dirinya menjadi fungsi  seks semata (bukan manusia). Maka Buku The Second Sex (1949) juga secara langsung menyatakan perempuan sering berbuat bertindak masuk akal, dan tidak menggunakan logika, misalnya suami memukuli istri berulang kali tiap malam atau kurang belanja dapur, namun tetap tidak menceraikannya dengan kata-kata... dia suami saya, atau perempuan sebagai bentuk penindasan. Dan tidak ada hubungan kebencian resiprokal atau tidak kesimbangan antara laki-laki dan perempuan.

Ke (4) Gabriel Marcel (7 Desember 1889--meninggal 8 Oktober 1973) menyusun filsafat pada teman tubuh manusia (embodiment), atau "human embodiment". Marcel merevisi  dualisme Cartesian, pada konsep "mind and body" dengan alasan melawan hakekat manusia dalam satu kesatuan diri (self) dan tubuh (body). Dari teori ini  Abraham Maslow (1 April 1908-- 8 Juni 1970) tentang hirarki ketubuhan (Maslow's hierarchy of needs 1943) yakni memasukkan teori ketubuhan sebagai bagian penting keberadaan manusia yang bebas.  Maslow menyebutkan pada 5 hirarki tersebut  salah satau kebutuahan paling dasar Kebutuhan fisiologis unsur kewajiban akan kebutuhan seks. Tidak mungkin manusia mencapai kebutuhan akan aktualisasi diri paling atas tanpa menikmati dan terpenuhinya kebutuhan pada tiap hirakti.

Ke (5) Formulasi seksuasi Jacques Marie Emile Lacan (1901-1981),  atau dikenal dengan Jacques Lacan (baca: zhak lakang) diantara laki-laki dan perempuan didefinisikan berbeda pada tatanan simbolik (the Symbolic) yang secara khusus ada di dalam fungsi falus (falus sebagai signifikasi/simbol hasrat).Hubungan antara jenis kelamin berevolusi di seputar menjadi dan memiliki "falus", bukan penis. Falus merujuk kepada "hasrat terhadap yang utuh dan lengkap. Lacan menyimpulkan: "perempuan memiliki kemampuan untuk "tidak menjadi perempuan". Artinya hanya perempuan yang mampu melampaui. Hanya wanita yang mampu bertindak diluar kewajaran, menunda hukum, menunda bahasa, menunda agama, menunda  cinta atau pada posisi ini disebut perempuan sejati" (true women) dan hanya perempuan yang berani menendang keluar dari logika havingnya menjadi wanita sejati, dia juga berani memotong yang paling berharga dalam hidupnya dan menjadi yang lain. Perempuan sejati" (true women) adalah melampaui logika having, memutus segala bentuk simbolisasi, mematahkan the symbolic, dan mencapai kebebasan paripurna.

##bersambung

Daftar Pustaka:

Beauvoir, Simone de, 1908--1986. [Deuxime sexe. English] The second sex / Simone de Beauvoir ; translated by Constance Borde and Sheila Malovany Chevallier.Le deuxime sexe copyright 1949 by ditions Gallimard, Paris Translation copyright 2009 by Constance Borde and Sheila Malovany-Chevallier Introduction copyright 2010 by Judith Thurman

Jacques Lacan, On Feminine Sexuality, The Limits of Love and Knowledge, 1972-1973/ Encore: The Seminar of Jacques Lacan Book XX (London dan New York: W.W. Norton and Company, 1975).

Apollo Daito, 2016., Pembuatan Filsafat Ilmu Akuntansi, Dan Auditing (Studi Etnografi Reinterprestasi Hermenutika Pada Candi Prambanan Jogjakarta

___,.2011., Pencarian Ilmu Melalui Pendekatan: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi

___,.2014., Rekonstruksi Epistimologi Ilmu Akuntansi Pendekatan Fenomenologi, dan Hermeneutika Pada Kraton Jogjakarta

___., 2014., Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Empirik Pada Kabupaten Kota Bogor, Sumedang, Ciamis Indonesia

______2014., Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Kejawen Di Solo Jawa Tengah Indonesia

____,2015., Pembuatan Diskursus Teori Akuntansi Konflik Keagenan (Agency Theory), Studi Etnografi Reinterprestasi Hermeneutika Candi Sukuh Jawa Tengah

___., 2018., Studi Estetika komparasi Wangsa Sanjaya, dan Wangsa Sailendra Episteme bidang Auditing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun