Immanuel Kant (1724-1804) sebagai filsuf Jerman terbesar dan paling berpengaruh dalam perjalanan filsafat Barat modern. Bahkan tidak mungkin sampai saat ini membahas ilmu tanpa melibatkan kontribusi pemikiran Kant. Sekalipun  Rene Descartes (1596-1650) memang diakui sebagai bapak filsafat modern karena ia menemukan rasio atau kesadaran diri yang kemudian menjadi prinsip filsafat Barat modern, dan sampai hari ini.
Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, ibu kota Prussia Timur. Knigsberg sekarang bernama Kaliningrad dan masuk negara bagian Lithuania. Dan Kant meninggal dalam usia 80 tahun pada 17 Februari 1804 di Konigsberg. Selama hidupnya, Kant tidak pernah keluar sejauh 20 kilometer dari kota tempat tinggalnya. Buku  utama Kant, yakni Kritik der reinen Vernunft (Kritik atas Akal Budi Murni, KABM) adalah buku terpenting yang pernah ditulis di Eropa.Â
Sesuai dengan tata bahasa Jerman, judul Kritik Akal Budi Murni (Kritik der reinen Vernunft) bisa berarti: 1. Kritik terhadap akal budi murni, dan 2. Kritik melalui (dengan menggunakan") akal budi murni. Akal budi murni menjadi hakim sekaligus terdakwa. Akal budi murni melakukan kritik terhadap akal budi murni dengan menggunakan akal budi murni itu sendiri.Â
Buku  Kant: Kritik atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reason) sangat sulit dan membingungkan, sehingga para pembaca pertama buku itu salah paham. Termasuk saya juga tidak paham buku ini, bahkan harus membaca sampai 62 kali tetap belum paham sepenuhnya buku ini.  Wajar kemudian buku ini unik, dan menantang, dan bisa bila tidak sanggup putus asa dan menyerah.
Maka antara 1 buku, tapi dua buku Kant: Kritik atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reason), ada buku sebelum revisi dan ada setelah revisi. Kant membuat revisi bukunya (dan menyatukan edisi asli dan edisi revisi sekaligus), dan kemudian ia juga menulis buku lain yang meringkaskan buku tersebut, berjudul Prolegomena untuk setiap Metafisika di Masa Depan yang mampu menyebut dirinya sebagai Ilmu.
Pada tulisan ini saya akan membahas  isi buku Kant: Kritik atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reason) dalam beberapa tulisan.
Buku ini adalah cetakan tebal sebanyak 785 halaman, dengan rincian  General editors' preface halaman vii, Acknowledgments halaman xi, Introduction, Paul Guyer (dari Universitas Pennsylvania), dan kedua Allen W. Wood (dari Universitas Yale) berada pada halaman 1, Note on translation halaman 73, Bibliography halaman 77. Isi Buku utama Immanuel Kant, "Critique of Pure Reason" (Kritik der reinen Vernunft),  atau diterjemah menjadi  (Kritik atas Akal Budi Murni) atau (KABM) terdapat pada halaman 81 sampai halaman 704.Â
Kemudian Editorial Notes  halaman 705, Glossary halaman 757, Index  buku ada pada halaman 775.  Isi buku ini adalah  Motto (added in the second edition), Dedication (as in the first edition of 1781) atau pengantar edisi pertama 1781, (as in the second edition of 1787,  atau pengantar edisi kedua 1787,  Preface (to the first edition) atau kata pengantar edisi pertama, Preface to the second edition, atau kata pengantar edisi kedua. Dilanjutkan dengan table da nisi edisi pertama. Table of Contents (as in the first edition).
Introduction (as in the first edition) atau Pendahulan pada edisi pertama, dengan rincian pembahasan sebagai berikut (I) The idea of transcendental philosophy On the difference between analytic and synthetic judgments, atau (II) Division of transcendental philosophy.  Introduction (as in the second edition)
Buku ini membahas (I) On the difference between pure and empirical cognition. Atau perbedaan antara pengetahuan murni dengan pengetahuan empirik; (II) We are in possession of certain a priori cognitions, and even the common understanding is not without them. Atau Intelektual manusia dalam keadaan yang tidak filosofis  Dan Dikuasai oleh Kognisi bersifat apriori, (III) Philosophy needs a science that determines the possibility, the principles  and the domain of all a priori cognitions.Â
Atau Filsafat memerlukan Ilmu Pengetahuan  yang menentukan kemungkinan, prinsip tertentu, dan jangkuan pengetahuan manusia secara apriori, (IV) On the difference between analytic and synthetic judgments. Atau Letak perbedaan antara analisis dan pertimbangan sintesis, (V) Synthetic a priori judgments are contained as principles' in all theoretical sciences of reason.Â