Hans Georg Gadamer (1900-2002),  menerbitkan ide pada buku dengan judul "Truth And Method", atau ["Kebenaran, Dan Metode"] adalah buku yang akan saya bahas pada tulisan berikutnya. Buku Masterpiece, magnum opus atau great work karya Gadamer  tahun 1975 dengan judul (Wahrheit und Methode) terbitan kedua  Second, Revised Edition, diterjemah oleh Joel Weinsheimer dan  Donald G. Marshall. Buku asli (Wahrheit und Methode) di terjemah menjadi judul "Truth And Method", atau ["Kebenaran, Dan Metode"].
Maka pada tulisan ke (2) ini saya membahas singkat isi buku (Wahrheit und Methode) buku ini memiliki 3 bagian (part) utama yakni tersebut sebagai berikut:
Part pertama (I) the question of truth as it emerges in the experience of art (Pertanyaan Persoalan Kebenaran Yang Muncul Dalam Pengalaman Seni). Part (II) : the extension of the question of truth to understanding in the human sciences (perluasan pertanyaan kebenaran pada pemahaman  di dalam ilmu-ilmu kemanusian). Dan Part (III),  the ontological shift of hermeneutics guided by language (perubahan ontologis  Hermenutika yang dituntut oleh bahasa).
Bagian 1: Â Pertanyaan Persoalan Kebenaran Yang Muncul Dalam Pengalaman Seni (the question of truth as it emerges in the experience of art). Ada dua aspek (a) pemikiran melampaui dimensi estetika, (b) Ontologi Karya Seni Dan Makna Hermeneutika.
Pada bagian pemikiran melampaui dimensi estetika membahas aspek Dimensi astetika transendenal, dengan rincian bahasan pada (1) Tradisi Penting Humanis, unntuk Ilmu humaniora (The significance of the humanist tradition for the human sciences),Â
(2) Subjektivikasi estetika dalam kritik Kantian (the subjectivization of aesthetics through the Kantian critique), (3) Penemuan kembali persoalan kebenaran astetika (retrieving the question of artistic truth).
Pada bagian pemikiran Ontologi Karya Seni Dan Makna Hermeneutika (the ontology of the work of art and its hermeneutic significance) terbagi dalam dua tema yakni (1) permainan sebagai petunjuk bagi penjelasan ontology (play as the clue to ontological explanation), (2) Akibat-akibat  hermeneutika, dan estetika (aesthetic and hermeneutic consequences), dan (3) Retrieving the question of artistic truth atau (merumuskan kembali kebenaran astetik dan kebenaran)
Pertanyaan Persoalan Kebenaran Yang Muncul Dalam Pengalaman Seni (the question of truth as it emerges in the experience of art). Dibahas (I) Tradisi Penting Humanis, unntuk Ilmu humaniora (The significance of the humanist tradition for the human sciences), meliputi bahasan (a) masalah metode  [The problem of method], (b) konsep-konsep humanistic [The guiding concepts of humanism] meliputi : (i) Bildung (culture), (ii) Sensus communis, (iii) Judgment (pertimbangan), (iv) Taste (selera).
Dimensi yang melalupaui etika  adalah subjektivikasi estetika dalam kritik Kantian (The subjectivization of aesthetics through the Kantian critique): terdiri dari  (A) Kant's doctrine of taste and genius (dokrin Kant tentang selera, dan jenius), dibahas aspek  (i) The transcendental distinctness of taste (kualitas transcendental selera), Â
(ii) The doctrine of free and dependent beauty (Dokrin tentang keindahan bebas, dan bersyarat),Â
(iii) The doctrine of the ideal of beauty (dokrin tentang keindahan yang idial), Â
(iv) The interest aroused by natural and artistic beauty (Perhatian terhadap yang indah di alam  dan dalam seni), Â
(v) The relation between taste and genius (hubungan selera dengan jenius),Â
Kedua adalah :  (B) The aesthetics of genius and the concept of experience (Erlebnis) atau estetika jenius, dan konsep pengalaman;  (i) The dominance of the concept of  genius (dominasi ide jenius),  (ii) On the history of the word Erlebnis (sejarah kata "erlebnis),  (iii) The concept of Erlebnis (konsep erlebnis),  (iv) The limits of Erlebniskunst and the rehabilitation of allegory (keterbatasan Erlebniskunst dan rehabilitasi alegori).
Ketiga adalah (3) Retrieving the question of artistic truth atau (merumuskan kembali kebenaran astetik dan kebenaran), meliputi  (A) The dubiousness of the concept of aesthetic cultivation (Bildung) atau pemahaman estetika terbuka untuk dipertanyakan,  (B) Critique of the abstraction inherent in aesthetic consciousness atau kritik terhadap abstraksi kesadaran estetiik.
Pertanyaan Persoalan Kebenaran Yang Muncul Dalam Pengalaman Seni(the question of truth as it emerges in the experience of art). Dibahas kedua (II)  The ontology of the work of art and its hermeneutic significance atau ontology Karya Seni, dan Makna Penting Hermeneutikanya terbagi (1)  Play as the clue to ontological explanation (permaninan sebagai petunjuk bagi penjelasan ontologis; (A) The concept of play (konsep permainan),  (B) Transformation into structure and total mediation (perubahaan struktur  dan perantara total),  (C) The temporality of the aesthetic (temporalitas estetika), (D) The example of the tragic (contoh tentang tragedy).Â
(2) Aesthetic and hermeneutic consequences (dampak astetik, dan hermeneutika),  (A) The ontological valence of the picture (nilai ontologis pada gambar),  (B) The ontological foundation of the occasional and the decorative atau dasar ontologis dari yang berkala, dan dekoratif,  (C) The borderline position of literature (posisi pembatas literature); (D) Reconstruction and integration as hermeneutic tasks (rekonstruksi, dan integrasi sebagai tugas hermeneutika).
Part (II) : the extension of the question of truth to understanding in the human sciences (perluasan pertanyaan kebenaran pada pemahaman  di dalam ilmu-ilmu kemanusian). Meliputi dua aspek yakni (I) Historical preparation (persiapan historis), (II) The recovery of the fundamental hermeneutic problem (Dasar-dasar Sebuah teori pengalaman hermeneutika.
Untuk (I) Historical preparation (persiapan historis), meliputi (1) The questionable ness of romantic hermeneutics  and its application to the study of history atau {Kemungkinan dipertanyakan  hermeneutika romantic dan persiapannya pada kajian sejarah}.
(A) The change in hermeneutics from the Enlightenment to romanticism (kemungkinan dipertanyakannya hermeneutika romantic dan penerapannya pada kajian sejarah. Pokok bahasan adalah  (i) The prehistory of romantic hermeneutics atau prasjarah hermeneutika romantic ; (ii) Schleiermacher's project of a universal hermeneutics atau proyek Schleiermacher' tentang hermeneutika universal.
(B) The connection between the historical school and romantic hermeneutics atau  Hubungan antara Mahzab historis, dan hermeneutika;  (i) The dilemma involved in the ideal of universal history; atau dilemma penolakan terhadap sejarah dunia yang universal,  (ii) Ranke's historical worldview atau pandangan dunia Ranke's;  (iii) The relation between historical study  and hermeneutics in J. G. Droysen  (hubungan antara kajian historis, dan hermeneutika menurut J. G. Droysen).
Untuk (I) Historical preparation (persiapan historis), point ke (2) Â Dilthey's entanglement in the aporias of historicism; atau membahas keterlibatan Dilthey dalam era romantisme; Â (A) From the epistemological problem of history to the hermeneutic foundation of the human sciences (dari masalah episteme sejarah hingga dasar hermeneutika ilmu kemanusian, (B) The conflict between science and life philosophy in Dilthey's analysis of historical consciousness (konflik antara ilmu pengetahuan, dan filsafat kehidupan, analisis Dilthey terhadap kesadaran historis.
Untuk (I) Historical preparation (persiapan historis), point ke (3) Overcoming the epistemological problem through phenomenological research; atau penyelesaian masalah epistimologis melalui riset fenomenologis,  (A) The concept of life in Husserl and Count Yorck (konsep kehidupan menurut  Husserl dan  Count Yorck (B) Heidegger's project of a hermeneutic phenomenology (proyek Heidegger tentang sebuah fenomenologi hermeneutika).
Untuk (I) Historical preparation (persiapan historis), point ke (4) Elements of a theory of hermeneutic experience atau (dasar teori pemahaman hermeneutika) terdiri dari: (1) The elevation of the historicity of understanding to the status of a hermeneutic principle atau Peningkatan  histrorisitas pemahaman pada status prinsip hermeneutika. (A) The hermeneutic circle and the problem of prejudices atau lingkaran hermeneutika, dan masalah prasangka. (i) Heidegger's disclosure of the forestructure of understanding; (ii) The discrediting of prejudice by the Enlightenment atau penghapusan prasangka pada masa pencerahan.Â
Point  (B) Prejudices as conditions of understanding atau prasangka sebagai syarat umum pemahaman;  (i) The rehabilitation of authority and tradition atau rehabilitasi otoritas dan tradisi (ii) The example of the classical; atau contoh klasik (iii) The hermeneutic significance of temporal distance; atau makna hermeneutika dari jarak temporal  (iv) The principle of history of effect (Wirkungsgeschichte) atau prinsip sejarah efektif.
Pada bagian ke dua (2) tentang  Elements of a theory of hermeneutic experience (dasar teori pemahaman hermeneutika) antara lain adalah The recovery of the fundamental hermeneutic problem (penemuan kembali masalah pokok hermeneutika). (A) The hermeneutic problem of application (masalah penerapan hermenutika), (B) The hermeneutic relevance of Aristotle (relevansi hermenetika Aristotle), (C) The exemplary significance of legal hermeneutics (makna penting hermeneutika legal).
Pada bagian ke dua (3) tentang  Elements of a theory of hermeneutic experience (dasar teori pemahaman hermeneutika) antara lain Analysis of historically effected consciousness (analisis terhadap kesadaran sejarh efektif). Meliputi  (A) The limitations of reflective philosophy atau batasan-batasan filsafat replektif. (B) The concept of experience (Erfahrung) and the essence of the hermeneutic experience (konsep pengalaman, dan esensi pengalaman hermeneutika). (C) The hermeneutic priority of the question (Prioritas pertanyaan hermeneutika) terbagi dua bahasan  (i) The model of Platonic dialectic (model dialektika Platonic), (ii) The logic of question and answer (logika pertanyaan dan jawaban).
Untuk bagian ke tiga buku Gadamar adalah Part (III),  the ontological shift of hermeneutics guided by language (perubahan ontologis  Hermenutika yang dituntut oleh bahasa). Pada bagian ini dibahas konsep bahasa dan hemenutika (Language and Hermeneutics) meliputi 3 bagaian utama yakni (1) Language as the medium of hermeneutic experience (bahasa sebagai medium pengalaman hermeneutika), untuk topic ini  (A) Language as determination of the  hermeneutic object (bahasa sebagai penentu objek hermeneutika),  (B) Language as determination of the hermeneutic act (bahasa sebagai penentu tindakan hermeneutika).Â
Pokok bahasan Kedua (2) adalah The development of the concept of language in the history of Western thought  atau munculnya konsep bahasa  dalam ejarah pemikiran barat; (A) Language and logos (bahasa dan logos);  (B) Language and verbum atau bahasa dan verbum,  (C) Language and concept formation (bahasa dan pembentukan konsep). Â
Pokok bahasan ketiga (3) Language as horizon of a hermeneutic ontology (bahasa sebagai horizon sebuah ontology hermeneutika, meliputi 3 hal yakni (A) Language as experience of the world (bahasa sebagai pengalaman dunia),  (B) Language as medium and its speculative structure (bahasa sebagai medium dan struktur spekulatif), dan  (C) The universal aspect of hermeneutics (aspek hermeneutika universal).
Daftar Pustaka: Hans Georg Gadamer.,1975., Truth And Method., Second, Revised Edition Translation revised by Joel Weinsheimer., Donald G. Marshall., Sheed & Â Ward Ltd and the Continuum Publishing Group., New York.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H