Martin Heidegger, dan Hermeneutika  Ontologis (tulisan 9)
Pada tulisan (8) lalu saya menguaraikan mood "teori Stimung atau suasana hati, dan Faktisitas dalam  pemikiran Heidegger. Maka pada tulisan (9) ini saya membahas konsep ["Das Man"] atau Manusia Impersonal. Atau tanpa nama atau tanpa identitas (impersonal) dan tidak otentik.
Bagi Heidegger bahwa [ada] dalam dunia ini adalah ["Das Man"] atau orang. Istilah dipakai ["Das Man"] sebagai personifikasi kerterjatuhan [verfallenheit, atau fallennes] manusia lari dari kenyataannya kemudian jatuh  dan terperangkap dalam eksistensinya  yang (tak bernama) anonim dan tidak otentik. Manusia sunggkan menerima dirinya (milik sendiri) dan lebih suka mengusahakan mengurusin manusia lain dan diluar dirinya. Â
Dengan demikian maka tercipta peluang untuk membuka diri pada campur orang lain dalam dirinya, dan membentuk eksistensi dirinya. Lebih  suka mengusahakan mengurusin manusia lain dan diluar dirinya akan menghasilkan tiruan dan campuran  dari orang tua, guru, sekolah, kemudian cara berbicara, cara berpikir, cara berpakaian, cara berkebudayaan, cara komunikasi, cara menulis skripsi, tesis, disertasi, cara berdoa, cara bentuk rumah, cara makan, cara berkesenian, cara matematika, cara akuntansi, cara audit, cara kesehatan, cara membeli barang, menjual barang, cara bertindak, cara tidur, jam kerja, cara berhitung, cara menikah, cara mandi, dan bercita rasa sampai seluruh cara hidup dan tujuan eksistensinya.Â
Atau manusia tidak otentik, dan tercemar dari yang lainnya. Sejak lahir sampai mati saya harus mengusahakan apapun dalam hidup diluar diri saya sendiri. Hidup yang rumit, dan perlu dipertanyakan.
Pembiaran ini akan menimbulkan akibat luar bisa, berarti manusia membiarkan dirinya ditarik tidak menjadi dirinya, dan tidak bisa atau tidak mampu menjadikan pilihannya sendiri, atau apa yang terbaik bagi diri saya, dan membiarkan saya dipaksa ditarik dalam cara manusia lainnya. Dengan cara meniru cara seluruh kebudayaan maka kecemasan saya menjadi hilang. Membirakan ditarik ini adalah mengurangi risiko dari dari kebudayaan bersama dan saya merasa aman. Jika saya memilih menjadi diri saya sendiri (otentik, bebas), maka saya akan ditindak masyarakat atau kegagalan transposisi dari saya akan saya tanggung dengan sendirinya. Dan hal ini sangat susah, dan berat.
Ini lah konsep Heidegger tentang ["Das Man"] atau menjadi orang lain  dan manusia bukan dirinya sendiri (tidak independen), atau menjadi tidak otentik. Dengan tidak sendiri (tidak independen), atau menjadi tidak otentik maka jika saya gagal dan tidak berhasil maka semua kesalahan kegagalan akan ditemanin oleh atau dibebankan kepada orang lain yang mengisi eksistensi saya.Â
Manusia memang awal ada di dalam dunia  [in der welt Sein] adalah tanpa nama atau tanpa identitas (impersonal). Eksistensinya kemudian diisi dan dipengaruhi orang lain dan mengandalkan orang lain. Ia membirakan dirinya tercampak jatuh terdalam orang lain, dan dibawa arus deras larut dan menguap dalam pengaruh korelasi dengan manusia lainnya.Â
Bahkan tidak mungkin berbeda dengan orang lain, kita bahagia dan gembira bila bersama-sama dengan orang lain, menggerombol, Â berkelompok, bermasyarakat, berdosa bersama-sama, dan seterusnya. Kondisi ini dikritik Heidegger cara eksistensial manusia. Eksistensi manusia ada awalnya mulanya memang "orang" menjadi tanpa nama atau tanpa identitas (impersonal), dan akhirnya manusia tidak ada yang bebas, dan otentik.
###bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H