Martin Heidegger, dan Hermeneutika  Ontologis
(tulisan 5)
Daseins sebelum ada subjek dan objek. Bagaimana manusia (Daseins) menghadapi keterlemparan itu untuk menghilangkan kecemasan_ (drama Eksistensi), atau cara menghilangkan kecemasan, maka jalur ditempuh adalah berusaha memahami (verstehen) dirinya yang bukan dengan cara kognitif  tetapi dengan metafisik/prarepleksi (atau cara bereksistensi). Konsep Being (ada), sebagaai ontologi hermenutika (primordial) sebagai sesuatu yang primer.  Ada itu keseluruhan, mengkuliti  seluruhnya, cakupan paling umum, paling luas.
Hermeneutical fenomenologi Daseins Martin membahas Kemustahilan Ketidaaan Pra-asumsi Interprestasi.  Ada bersifat pra repleksi atau disebut sebagai ontologi atau being dalam artian pada cakupan paling luas bukan fenomen. Ada bersifat pra repleksi adalah sebelum ada dikotomi subjek dan objek. fenomenologi Daseins  adalah perjumpaan tidak diketahui, dan dengan diketajui. Tanpa daseins tidak ada dunia.
Heidegger  menyatakan interprestasi tidak pernah tanpa pra asumsi yang menangkap sesuatu yang sudah ditentukan sebelumnya. Interprestasi tanpa prasangka dan pra asumsi pada pokoknya terletak pada permukaan operasional cara memahami. Apa yang muncul dari "objek" adalah apa yang memungkinkan seseorang  untuk menampakkan dan mentematisasikan dunia terhadap karyanya dalam pemahamanya yang mengarah pada pencerahan.Â
Dalam interprestasi pada teks, penanfsir teks tidak memiliki praasumsi sama sekali pada teks yang sudah ada asumsi sebelumnya. Perjumpaan penafsir dengan teks berada dalam (RW) atau ruang dan waktu yang berada dalam horizon pengalaman dan maksudnya. Perjumpaan penafsir lebih pada (RW) atau ruang dan waktu khusus, misalnya mengapa dia memilih teks A, dan bukan teks B, mengkaji, menganalisisnya, dan mempertanyakannya tidak dengan keterbukaan yang kosong. Maka prastruktur muncul dalam konteks dunia yang sudah mencakup dualitas subjek dan objek.Â
Maka dengan demikian dualitas ini dalam pandangan diantara (a) melalui makna, (b) pemahaman, dan (c) interprestasi. Tiga hal ini sebagai diskursus apa yang disebut sebagai "struktur ontologi pemahaman". Itulah hermeneutika sebagai teori pemahaman, atau dipahami sebagai teori pengungkapan ontologis. Keberadaan manusia manusia sebagai bagian proses hermeneutika  ontologis, dan sebagai kesatuan dengan eksistensi manusia dalam satu kesatuan. Maka Hermeneutika  Ontologis Heidegger adalah teori fundamental tentang bagaimana pemahaman muncul dalam keberadaan manusia. Metode analisisnya adalah perpaduan dantara ontology eksistensial dan fenomenologi untuk objektivitas fakta pemahaman.
Phenomenology  gerakan intelektual "kembalilah kepada benda-benda itu sendiri atau  ("membuat tanda kurung untuk menunda, biarkan dia menampakan diri dulu"), dan bukan aktivitas co gito. Phenomenology melakukan inpeksi dengan tubuh kita, lalu muncul suatu sintesis dalam pikiran kita (mengetahui dengan tubuh) untuk menemuka hal-hal idial. Karena [ada] itu sudah ada menampakkan Ada, atu dari Fenomenologi menjadi Ke [ada].
Penampakan diri  logos [Seinsverstndnis] dalam kesadaran  bukan mengindrai atau sudah repleksi. Penampakan sebagai (prarepleksi)  spontanitas seperti mewahyukan diri sendiri dengan totalitasnya. Pemahaman tidak dengan mengimpuls sesuatu pada benda itu.
Penampakan diri  logos atau Phenomenology  sama dengan Hermenutika.
Pentingnya Karakter Derivatif Pernyataan.  Bagi Heidegger pernyataan (aussage) bukanlah suatu bentuk fundamental interprestasi numun bentuk terletak pada tindakan-tindakan yang lebih utama akan pemahaman interprestasi dalam pra-pemahaman. Manusia menjumpai entitas yang bukan Daseins adalah ada beberapa kemungkianan (a) to Hand (untuk ditangani) alat alat termasuk Bahasa, yang saling mengaitkan saling jejaring makna (jejaring keseluahan) saling menafsirkan satu dengan lainnya_ pulpen terkait kertas, tindah, buku, meja, kopi dan air, rokok dengan korek api; . (2) for hand (didepan tangan) hal hal  yang tidak dipakai (Tanah di tengah hutan Kalimantan belum dipakai, (3) daseins yang lain.Â