Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger, dan Hermeneutika Ontologis (2)

20 Juni 2018   17:05 Diperbarui: 20 Juni 2018   23:44 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata manusia sudah diinterprestasikan dalam kategori-kategori berbagai macam ilmu; sastra, politik, kedokteran, hukum, ekonomi, psikologi dan lain-lain. Kata manusia sudah tercemar dalam kategori. Maka Heidegger mengganti kategori "kata manusia" menjadi nama baru bagi manusia sebagai "Dasein".  Maka kata "Dasein" dalam pemahaman ini adalah sama dengan "manusia". Manusia adalah ada dalam kecemasan, ada begitu saja, manusia sebagai terlempar, tidak tahu dari mana, dan tujuan kemana.

Heidegger dalam buku  being, and time, menemukan akses tentang "persoalan keberadaan", sebagai pemahaman bukan dibentuk kategori, namun secara historis terbentuk, terakumulasi, dalam perjumpaan fenomena yang sebenarnya. Maka "persoalan keberadaan", adalah ontologis menjadi fenomenologis. 

Ontologis berubah menjadi pemahaman, dan interprestasi muncul, dan memperlihatkan struktur yang jelas (cahaya) di dunia sebagai realitas. Karena Ontologis berubah menjadi pemahaman, dan interprestasi menjadi "hermeneutik eksistensi" sebagaimana fenomenologi keberadaan.  

Dengan fenomenologi keberadaan akan membuka apa yang ["tersembunyi"] tidak membentuk interprestasi, namun membentuk perilaku interprestasi, yang menggiring membuka ketersembunyiannya.

Hermenutika menjadi interprestasi "keberadaan" dasein, membentuk arah dasar posibilitas bagi dasein, dan sebagai dasar analisis eksitensialis. Bagi Heidegger Hermenutika adalah berfungsi penjelasan fundamentalis  dimana dasein keberadannya menjadi diketahui bagi dirinya sendiri. Hermenutika adalah metodologi interprestasi bagi kemanusian berbentuk derivatif pada fungsi ontologis. 

Akhirnya menjadi ontologi pemahaman, dan interprestasi , atau sebagai kekuatan baru dalam khususnya tentang potensi dan semua kemungkinan dasein. Fenomenologi desein adalah hermeneutika dalam makna kata orisinil yang menunjukkan persoalan interprestasi.

# bersambung*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun