Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Manusia, Trans-Substansi Buku 10 Platon

25 Maret 2018   10:06 Diperbarui: 25 Maret 2018   10:32 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasib Manusia, Trans-substansi Buku 10 Platon

Pada buku 10 Republik Platon menjelaskan tentang narasi Oddysseus kepada pahlawan Alcinous, tentang seorang pahlawan {"Er"}, putra  Armenius, keturunan Pamphylian. Narasi ini berisi takdir manusia dalam perjalanan dalam 3 dimensi waktu. Waktu  disebutkan Lachesis, Clotho, Atropos. Lachesis, melantunkan lagu waktu masa lampau; Clotho, melantunkan lagu waktu masa kini;  Atropos melantunkan lagu  waktu masa mendatang.

Bagimana proses 3 dimensi waktu ini berhubungan dengan eksistensi takdir manusia.

Dalam narasi ini dijelaskan {"Er"}, setelah meninggal 10 hari, dan hendak dimakamkan pada hari ke 12 bangkit dan hidup kembali, kemudian menceritrakan pengalamannya mengalami 3 dimensi waktu lalu, sekarang, dan mendatang. Dalam pengalaman empirik {"Er"}, berjalan dalam rombongan besar kemudian menyaksikan dua lobang dibumi, dan 2 lobang dilangit saling berhadapan. Diantara keduanya duduk hakim yang memerintah manusia secara adil untuk memutuskan pelanggaran mereka, disisi kanan, dan sisi kiri atas perbuatan mereka.

{"Er"}, diperintahkan untuk mewartakan kondisi ini, dan meminta mendengarkan apa  yang terjadi disitu. Lobang dibumi mengeluarkan jiwa sedih yang rusak, dan jiwa dari langit datang dengan jiwa bersih putih, dan indah.

Dua  lobang jiwa dari bumi, melakukan tindakan buruk, jahat, tirani, pembunuh manusia akan di humum 10 kali ganjaran. Adiaeus jahat pada membunuh ayahnya di kota Pamphylian, memimpin dengan tiran, dilempar kembali ke muluat gua bumi, dicambuk, kaki tangan diikat, dicambuk depan umum, dipermalukan.

Kemudian 7 hari semua roh itu berada dipadang dan pada hari ke 8 dipaksa berjalan, dan pada hari ke empat melintas seluruh langit dan bumi, ada sabuk langit dan menyatukan seluruh jagat , dimana semua takdir di daur ulang, benang berjumlah 8 gulungan. Gulungan paling besar bintang, Gulungan 7 matahari, Gulungan 8 bulan, Gulungan 2 dan 5  saturnus merkurius, Gulungan  3 venus, Gulungan 4 mars, Gulungan 6 jupiter,  berputar melingakar, dan membentuk nada 8 interval sama,  harmoni. ...{"[617b] and next and together with one another the seventh, sixth and fifth; and third265 in swiftness, as it appeared to them, moved the fourth with returns upon itself, and fourth the third and fifth the second. And the spindle turned on the knees of Necessity, and up above on each of the rims of the circles a Siren stood, borne around in its revolution and uttering one sound, one note, and from all the eight there was the concord of a single harmony"}

Ada satu kelompok yang lain ketiga itulah {"Nasib"} atau {'Putri Kehidupan"}, mengenakan jubah putih, dan mengenakan Rosario di kepalanya Lachesis, and Clotho, and Atropos. Lachesis, melantunkan lagu waktu masa lampau, Clotho, melantunkan lagu waktu masa kini, Atropos melantunkan lagu  waktu masa mendatang. Clotho, melantunkan lagu waktu masa kini, pada setuhan revolusi  gulungan disisi luar kanan, Atropos waktu masa mendatang berada gulungan kiri dalam; Lachesis  waktu masa lampau memang mana saja bergantian satu tangan atau kedua tangannya......{"[617c] who sat round about at equal intervals, each one on her throne, the Fates,267 daughters of Necessity, clad in white vestments with filleted heads, Lachesis, and Clotho, and Atropos, who sang in unison with the music of the Sirens, Lachesis singing the things that were, Clotho the things that are, and Atropos the things that are to be. And Clotho with the touch of her right hand helped to turn the outer circumference of the spindle, pausing from time to time. Atropos with her left hand in like manner helped to turn the inner circles, and Lachesis [617d] alternately with either hand lent a hand to each"}.

Ketika {"Er"}, dan semua jiwa bertemu, tugas mereka berjumpa dengan Lachesis, (waktu masa lampau). Maka Dengarkanlah sabda Lachesis, putri kehidupan, jiwa yang mati melihat roda kehidupan baru dan kematian"...Lachesis [617d268] "Souls that live for a day,269 now is the beginning of another cycle of mortal generation where birth is the beacon of death. Lachesis menyatakankan engakulah yang memilihnya nasib sendiri-sendiri, tanggungjawab ada pada pilihan masing-masing, dan Tuhan adil {"[617d272} God is blameless"}. Langkah kedua adalah Lachesis melemparkan lembaran-lembaran nasib tadi, dan setiap jiwa tadi mengambil disekitar dekatnya, dan dipersilakan membuka angka peruntungan nasib masing-masing, kecuali {"Er"}, ada dua kehidupan yang muncul dalam angka tersebut yakni sifat hewan bintang, dan sifat manusia pada setiap waktu kondisi, sama seperi nasib manusia sukses dengan manusia melarat, rakyat jelara, manusia cantik, muka buruk, atau pemimpin tak menghargai, unsur penyakit, dan kesehatan, dan seterusnya....{" 618a274] And after this again the prophet placed the patterns of lives before them on the ground, far more numerous than the assembly. They were of every variety, for there were lives of all kinds of animals and all sorts of human lives, for there were tyrannies among them, some uninterrupted till the end"}

Semua jiwa kini telah memiliki takdirnya (nasibnya masing-masing), sesuai dengan pilihan masing-masing, dan siap diturunkan ke bumi. Pilihan bersama Lachesis pelindung kehidupan manusia, dan pengabul pilihan jiwa; kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada sang Genius Clotho. {"Clotho"}, atau waktu masa kini, menarik mereka dalam putaran kumparan yang dipaksa menggunakan tangan diikat kemudian dibawa ke hadapan {"Atropos"}  atau waktu masa mendatang, yang memintal kumparan benang nasib sehingga tidak bisa mengelak dibawah singgasana takdir atau nasib Kehidupan.

Dan setelah itu berbaris pada suasana terik matahari, menuju bumi {"Kelupaan"}, tandus gersang, tanpa ada rumput tumbuhan dan menjelang malam seluruh jiwa berkemah di pinggir sungai {"Ketidakpedulian"}, yang airnya tidak bisa ditampung dalam wadah apapun. Jiwa-jiwa tersebut dipaksa minum air sungai  dengan jumlah tertentu, dan karena kelebihan memimum air maka hilanglah kebijaksanaan, dan setiap manusia yang telah minum menjadi {"lupa seluruhnya"}. Hewan tidak ikut meminum air menjadi {"lupa seluruhnya"}....{" [621a_298_ 299] And after it had passed through that, when the others also had passed, they all journeyed to the Plain of Oblivion,298  through a terrible and stifling heat, for it was bare of trees and all plants, and there they camped at eventide by the River of Forgetfulness,299 whose waters no vessel can contain. They were all required to drink a measure of the water, and those who were not saved by their good sense drank more than the measure, and each one as he drank forgot all things"}.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun