Betapapun dangkalnya kepedulian itu namun di dalam kedangkalannya itu justru terdapat sikap-sikap yang lebih maju dalam arti etis, ketimbang ekonomisme. Ekonomisme dalam konteks ini selalu berarti kepedulian yang membatasi diri hanya pada perhitungan untung-rugi (cost benefit ratio) bagi si pelaku ekonomi. Dengan demikian, Ekonomisme hanya  terfokus pada keuntungan jangka pendek dan tidak memperhitungkan kerugian sertapengorbanan di kemudian hari. Jadi, Ekonomis memengandung kepicikan temporal dan geografis.
Sekedar Ilustrasi  pelestarian hutan misalnya, akan dipandang lain oleh para penganut ekonomisme. Ekonomisme jelas tidak akan peduli terhadap pembakaran hutan dan penebangan liar sebagai penghancuran habitat banyak species dan rusaknya  paru-paru dunia.  Sebaliknya, mereka akan berupaya untuk menghindari pengorbanan jangka pendek seperti biaya pelestarian dan penanaman pohon-pohon dalam rangka reboisasi. Ada apa di balik contoh di atas. "Shallow Ecology Care (SEC) nampak sebagai sikap yang relatif   "enlightened".
Mengapa.Kepedulian ini sudah menangkap krisis lingkungan sebagai sebuah krisis karena  mengancam kepentingan/keselamatan  manusia. Walau demikian, kepedulian dangkal masih  mendudukan alam sebagai 'sarana' dalam  model berpikir 'path-goal'. Alam hanya patut  dilestarikan oleh karena pada dirinya sendiri  dapat menunjang kesejahteraan manusia.
Dalam  SEC atau 'Shallow Ecology Care': alam dianggap bernilai hanya sejauh ia  menguntungkan manusia. Alam sama sekali tidak bernilai pada  dirinya sendiri.  Alam hanya dilihat sebagai alat/instrumen  demi kesejahteraan dan kebahagiaan spesies  manusia.  Salam terminologi filosofis, alam hanya memiliki nilai instrumental. Mengapa.
Empat argumentasi  nilai Instrumentalis alam;Â
- Argumen Lumbung. Alam wajib dilestarikan dan dijaga karena ia menyimpan organisme-organisme yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
- Argumen Laboratorium. Â Dengan menyediakan organisme-organisme yang berguna pada percobaan-percobaan ilmiah, alam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan manusia.
- Argumen Fitness-Center. Menonjolkan peran alam sebagai tempat rekreasi dan penyegar jiwa-raga manusia.
- Argumen Religius.  Merujuk pada kaitan yang erat di antara  alam dan penikmatan estetis serta  penghayatan religius manusia.  Alam merupakan tempat yang nyaman  untuk bertapa, semedi, kungkum, cari wangsit, merenung, mencari inspirasi, dll. Ke-4 argumen ini memperlihatkan bahwa isu seputar pelestarian alam dalam 'Shallow Ecology Care' bermuara pada pamrih manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya sendiri.
Kepedulian Yang Dalam (Sangat bertentangan dengan SEC). Jika SEC mempedulikan 'pelestarian hutan'  Maka DEC memperluas spektrum kepeduliannya. Ia tidak hanya memperhatikan pelestarian sumber-sumber mineral dan energi, melainkan juga bukit-bukit kapur dan hutan sebagai sumber  oksigen bagi manusia kini dan esok. DEC masih merasa prihatin jikalau spesies-spesies non human hanya dianggap sebagai 'resource' atau sumber semata yang pada gilirannya akan diberi muatan 'instrumentalis'.
Dalam Kepedulian Yang  Mendalam  Pada Lingkungan atau (Deep Ecology Care atau DEC). Makluk-makluk non humani termasuk alam memiliki nilai instrinsik, bernilai pada dirinya sendiri. Oleh karena menganggap alam bernilai intrinsic. Kepedulian Yang  Mendalam  Pada Lingkungan atau (Deep Ecology Care atau DEC), mendapat beberapa nama lain seperti: (1) Post-modern Ecological World view.Yang bernilai intrinsik itu adalah sistem, entahekosistem atau biosphere sebagai keseluruhan Bukan individu (=Transpersonal Ecology) atau (2)  Altruisme Planeter Holistik. Yang memiliki relevansi moral hakiki bukantiap-tiap pengada, melainkan alam sebagaisuatu keseluruhan.
Etika Lingkungan Hidup Antroposentris.  Oleh (Shallow Ecology Care atau SEC),  dan (Shallow Ecology Care atau SEC) dianggap mengidap pemikiran 'antroposentrisme'. Mengapa. Egoisme spesies dan  chauvinism  spesies masih merupakan fokus SEC. Alam hanya memiliki nilai instrumental, semata-mata demi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Antroposentrisme  atau  Egoisme  Spesies  atau  Chauvinisme  Spesies di sini berarti bahwa dalam Etika Lingkungan Hidup, manusia merupakan satu-satunya pusat pertimbangan moral. Â
William Klaas Frankena (1908-1994),memberikan pengertian bahwa manusia merupakan  satu-satunya ' moral patient'  atau action based ethics vs character based ethics.  Apa Dasarnya. Secara Deontologis.  Hanya harkat dan martabat manusialah yang  wajib dipertimbangkan, dipelihara dan dihormati.  Secara Teleologis (Telos = Tujuan),  diupayakan agar dihasilkan akibat baik sebanyak  mungkin bagi spesies manusia dengan berupaya menghindari sebanyak mungkin akibat buruk bagi  spesies itu sendiri. Dengan demikian, species manusia dalam  Ecology Care (SEC) sungguh-sungguh merupakan  'Creatura Supra Omnes".
Simpulan : Keprihatinan Praktis  etika lngkungan hidup memang muncul dari keprihatinan-keprihatinan  praktis  seputar konsekuensi relasional di antara  manusia dan alam. Keprihatinan praktis itu pada akhirnya merembet ke persoalan-persoalan teoretis menyangkut manusia  alam itu. Pada tataran praktis, sudah terasa perlu untuk mengembangkan sebuah prosedur pertimbangan yang hanya terpusat pada manusia saja (antroposentrisme).Â
Sebaliknya, pada tataran teoretis, telah diupayakan untuk dirumuskan kembali  kemanunggalan di antara manusia dan  alam.  "Kedua-duanya tidak pernah saling menafikan. Manusia hanya dapat menjadi makluk humani dengan dan di dalam alam. Sebaliknya, alam hanya memperoleh makna dan nilai instrinsiknya justru di dalam relasinya dengan manusia". Â