Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kedudukan "Tidak Ada"

23 Februari 2018   16:23 Diperbarui: 23 Februari 2018   19:50 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realitas dunia adalah sesungguhnya adalah "tidak ada". Akibatnyan manusia itu menjadi takut mati, dan hidup dalam kecemasan, sebab ingin menyangkal "penantian" tersebut. Tidak ada mengakibatkan ada, dan ada mengakibatkan tidak ada, sehingga pengingkaran tidak ada adalah mustahil dan tidak mungkin apabila kita menjelaskan yang "ada". Secara kongkrit unsur 'tidak ada" akan mengubah perilaku manusia dalam masyarakat, individu, kelompok dalam struktur-strukturnya.

Saya dapat menginterprestasikan "tidak ada" menjadi penyebab manusia ingin membalikkan struktur tersebut melalui "manusia takut mati" karena pengalaman empirik hanya membuktikan "ada" justru harus dipertahankan bukan sebaliknya. Upaya ini dalam posisi ilmu ekonomi akan berdampak pada memaksimalkan kenikmatan pribadi, dan meminimalakan rasa sakit, destruksi agar menghasilkan hal positif bagi dirinya.

Dengan cara pikiran ini akan mengakibatkan manusia menjadi berperilaku kapitalis, konsumtif dan melupakan kebutuhan hakiki dan perjalanan hidupnya kembali ke titik awal. Melalui cara demikian hasil akhir dalam kegagalan tersebut manusia menjadi berhasil menyentuh dasar eksistensinya.

Kedudukan "Tidak Ada"

Secara relasi peta "tidak ada" berhubungan (berkorelasi) dengan "ada", sehingga bukan menjadi masalah pokok bagi keduanya. Sebab menurut saya "ada" atau "tidak ada" hanya suatu simbol dan ciptan indera manusia saja. Ada indikasi kuat indera manusia itu menipu sebab ditipu dengan proposisi yang lemah dan tidak beralasan. Mungkin saja manusia itu terlalu "sok tahu" sombong sehingga menganggap dirinya yang paling tahu tentang segala sesuatu.

Bayangkan ketika kita membandingkan hewan dan manusia, belum dapat dijelaskan secara ajaran manapun manusia bisa membunuh anak kandungnya sendiri, sementara binatang singa tidak pernah membunuh anaknya. Adakah singa yang lebih singawi dibandingkan dengan manusia yang lebih manusiawi.

Apakah secara esensial manusia lebih baik atau lebih beradab "keber-ada-nya dibandingkan hewan.  Bagimana secara otologis kedudukan tersebut tentang makna, kebenaran, dan hubungan logis diantara ide-ide dasar yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu logika manusia. Kondisi ini harus dijawab dengan fokus pada permasalahan dan bukan teori tentang hal itu.

Hal terpenting dan paling sulit adalah mengetahui apa tang kita tahu dan apa yang tidak ketahui, oleh sebab itu kita jadi berkeinginan mengetahui segala sesuatu yang paling akhir dan paling final.  Posisi ini ilmu pengetahuan tentang kosmos dan diri kita adalah "menerima ketiadaan apapun (nothing)" sebagai anugrah, dan menganggap semua sebagai definisi dan bukti menentukan, kondisinya menjadi akan lebih baik jika kita mengasumsikan kita tidak mengetahui apapun, dan merupakan dasar pijak kita, sehingga kita mendapatkan sesuatu tanpa di cari. 

Misalnya, yang paling Absurd, misalnya ketika manusia bertemu dengan pasangan kita, sebenarnya juga menuju “tidak ada”. Hanya waktunya saja yang berbeda, mungkin hanya pacaran 3 hari, 3 tahun, menikah punya anak 12 orang, kemudian bisa saja bercerai. Tapi pasti semua bercerai atau berpisah menuju Tidak Ada. Bisa bercerai setelah nikah 3 hari, 20 tahun, atau salah satunya meninggal dunia, pasti juga bercerai menjadi tidak ada, semua akan berakhir tidak ada. Tidak ada ada dalam keabadian. “Manusia mencintai, dan dicintai dari awal, dan sampai akhir menjadi tidak ada. Yang ada hanya sementara seperti bayang-bayang fana, dan menggoda manusia. Semua akan pergi meninggalkan kita, dia ada dan dijawab dalam “waktu”.

Paham Nihilisme

Nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka, sebagaimana  satu mati demikian juga yang lain, keduanya mempunyai mempunyai nafas yang sama dan manusia tidak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia, Ph 3:19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun