{"Bagaimana mungkin terjadi pada November 2017 utang Indonesia sekitar Rp 4.636,455 triliun, sedangkan  akhir 2014 tercatat Rp 2.604,93 triliun'}. Â
Selama 3 tahun utang bisa naik sebesar Rp 2.032 triliun . Analisis kedua bahwa  kita semua tidak berharap hadirnya mitos Republik Sisyphus seperti dalam karya Albert Camus singgah di Negara ini. Pencarian makna yang sia-sia oleh manusia, kesatuan dan kejelasan dalam menghadapi dunia yang tidak dapat dipahami, terus menerus mengalami krisis multidimensonal. Apakah kondisi utang Indonesia yang absurd ini harus dijawab dengan bunuh diri.  Albert Camus menjawab: "Tidak, yang dibutuhkan adalah pemberontakan" (tentu saja ini memerlukan cost yang lebih besar, menuju paradoks alienasi Negara, dan jelas bukan pilihan cita-cita manusia agathon virtu). Albert Camus kemudian membentangkan sejumlah pendekatan terhadap kehidupan yang absurd.Â
Disinilah tantangan kita bersama artinya kewajiban memiliki idiologi rasionalitas (rasio intrumental Max Weber), dan bukan menjadi bangsa terbelakang. Perlu kesungguhan dan kewajiban tanpa syarat "Maksim Kant" pada diri kita sendiri sebagai bangsa yang otonom bukan heteronom. Sekali lagi apabila terjadi kegagalan mengatasi bentuk setengah kuat (semi strong form) pada Utang Indonesia Rp 4.636 Triliun, maka memungkinkan takdir absurditas kehidupan manusia seperti dalam mitos Sisyphus.Â
Mitos Republik Sisyphus  adalah mengulangi tugas terus menerus pada kesia-sia mendorong batu karang ke puncak gunung, namun pada akhirnya batu itu bergulir jatuh kembali. Sebagai warga negara saya mengajak kita mengkontemplasikan diri pada  sintesis apriori transcendental bahwa tindakan mengulang-ngulangi membayar utang dan bunga tanpa ada hasil maksimal bagi kita, harus di evaluasi secara menyeluruh, kemudian membuat "early warning system".
Dan kita semua berjanji "tidak perlu ada Sisyphus, Tantalos dilahirkan di Negara ini". Seperti  pada 2018 jumlah utang jatuh tempo mencapai Rp 390 triliun dan pada tahun 2019 sekitar Rp 420 triliun, dan terus meningkat berdasarkan proyeksi  pada tahun-tahun mendatang. Akhirnya kita tidak ingin Mitologi Yunani dimana polis-polis di Negara kita sebagaimana metafora pada kisah "Ixion Centaur", Raja Lapithe seperti ada persilangan dualisme antara hewan dan manusia dalam diri kita bernegara seolah-olah menggambarkan sifat manusia yang kadang mulia namun di lain kesempatan bisa begitu kejam melebihi apapun. semoga---bersambung---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H