Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemampuan Intellijen Negara: Epistimologi "Ring of Gyges"

6 Februari 2018   14:19 Diperbarui: 6 Februari 2018   18:13 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk dapat membatinkan pemahaman ini butuh seleksi bakat, ketekunan, dan proses phronesis yang melampui melalui  pengolahan pendidikan pembentukan rasional jiwa mortal ke rasional jiwa immortal. Pada buku "The Republic atau Politeia " Platon (Plato) sudah dijelaskan bagimana proses pendidikan ini dilakukan. Ini juga tidak mudah sebab jika pendidikan ini saya terangkan (aspek etis tidak mungkin saya lakukan), dan  tentu saja di asumsikan dapat menciptakan manusia intelligent profesional yang idea. 

Tetapi di sini ada satu tahap  event tertentu di antara yang mortal, dan immortal di sebut tahap resistensi atau paradox atau saling mengalienasi dan tidak dapat dipelajari. Pada tahap itulah seluruh ilmu intelligent mengalami penurunan nilai kegunaan atau kegagalan total. Apa itu paradoksnya. Maaf saya tidak bisa diterangkan disini, tetapi NKRI punya, ada kemampuan itu, kalau belum punya iya dicari, karena memang ada secara alami. 

Tetapi secara singkat (sebagai representasi umum) saya sampaikan di antara tahap-tahap itu ada resistensi yang tidak dapat ditundukkan kepada  ontologi kosmogoni manusia, dan hanya manusia tertentu yang dapat memahaminya, (maaf saya yang paham literaturnya).

Supaya ada narasi akademik pada artikel ini secara normative sebagai modal awal dapat di sebut agar mampu menjadi "intelligent pada level  dasar" hasil penelitian saya selama 12 tahun,  maka ada kewajiban menguasai betul, dan mampu mempraktikkannya epsitimologi dasar pada dokrin Ilmu: (1) Pada 10 Kategori Arsitotle, dan 4 Cause; (2) Ilmu Buku Republic Platon, (3) Dokrin Ilmu Immanuel Kant: Critique of Pure Reason, Critique of Practical Reason, Critique of Judgment.  Tanpa kemahiran pada  3 tokoh pemikiran ini, maka kemampuan intelligent tidak akan bisa mensejajarkan diri dengan negara lain. Tokoh ke (4) Pemikiran Martin Heidegger, wajib dipahami untuk paradigma dunia intelligent. Maksudnya memahami disini bukan hanya memahami secara lahiriah (siapapun bisa), tetapi memahami aspek batiniah (ada seleksi pemahaman dan dapat dilakukan), tetapi kegagalan justru pada kemampuan melampaui literasi tersebut, dan mampu menciptakan bagi dirinya sendiri tatanan idea bagi kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keindahan.

Agar lebih memperoleh kejelasan saya "metafora mata" berubah makna menjadi mata-mata, diambil dari wangsa burung Elang (mistis)". Misalnya secara ilmiah bentuk ini direduksi pada aplikasi {"Panopticon"} bentuk penyamaran, ketidaknampakan, ketersembunyian.  Pemikiran Filsuf Jeremny Bentham  tentang "Panopticon" (The parallel between Jeremy Bentham's panopticon and CCTV) mengadopsi  yang memungkinkan model intelligent dengan "tanpa diketahui tindakan itu sedang di amati"  atau saya sebut "Epistimologi kemahatahuan tak terlihat, bentuk transformasi ring of gyges". Bentham menamakan "Panopticon" sebagai paradigm memperoleh kekuatan pikiran di atas semua pikiran (beyond) yang melampaui. "Panopticon" kemudian oleh Michel Foucault, digunakan  sebagai  pada Discipline and Punish (1975), dan konsep "Panopticon" di era sekarang mengalami perubahan struktur menjadi pengawasan televisi sirkuit tertutup (CCTV) di ruang publik.

Akhirnya Kemampuan Intelligent Negara pada metanarasi "Ring of Gyges" bahwa: "penyamaran, ketidaknampakan, ketersembunyian", akan membentuk epsitimologi ilmu ini seperti dikatakan Heidegger: {"Kebenaran itu keras kepala, dan selalu menyembunyikan diri, dan kebenaran yang manusia pahami hanya sebatas yang tak tersembunyi"}. Silakan kontemplasikan sendiri apa makna batin dibalik kata-kata kalimat ini.

Saya berharap akan ada "Ring of Gyges" yang bisa kita temukan untuk kemampuan intelligent NKRI untuk memahami "ketersembunyian" kedepannya bersifat  melampaui (beyond) untuk kemajuan bangsa dan negara tercinta. Jayalah NKRI harga mati.

--Guru Besar UMB--6/2/2018--14.26 PM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun