Cerita di rumah mbah putri Sugiyono, Borobudur. Siang itu bulek Tari bersama kami naik sebuah andong dengan tujuan muter-muter melewati Candi Borobudur dan Candi Pawon.
Baru sekitar 100 meteran perjalanan, kondisi andong mulai gak normal jalannya. Terasa bannya berputar agak oleng dan terdengar bunyi berderit-derit.
Bulek Tari sebagai ketua rombongan mulai dag-dig-dug dan sontak bertanya kepada pak kusir kiranya ada apa gerangan.
Saya memperkirakan kondisi ini terjadi akibat bobot total penumpang yang terlalu berat. Ada enam orang di atas andong tersebut, termasuk pak kusir.
Sang kusir lantas memberi penjelasan bahwa kondisi itu bukan karena keberatan muatan penumpang. Jawaban yang memberi "penghiburan" bahwa berat tubuh kami masih cukup dalam batas toleransi.
Selang beberapa menit, tiba-tiba sang kuda berhenti berjalan, ternyata kuda tersebut "buang kotoran". Apakah ini karena kudanya terlalu terforsir menarik kami semua di atas andong? Untuk kali ini tak ada jawaban dan penjelasan dari pak kusir.
Beberapa saat kemudian kami sampai di Candi Pawon. Saya lega dan bergumam dalam hati,"Syukurlah, sang kuda bisa istirahat sejenak”. Andong pun menepi sambil menunggu bulek Tari dan lain-lain berfoto ria.
Sesi selfie di depan Candi Pawon berakhir lebih awal karena kami diingatkan oleh petugas candi untuk tidak mengambil foto melewati area batas yang sudah ditentukan di sekitar candi.
Kami pun segera kembali ke andong untuk melanjutkan perjalanan. Di pinggir jalan tepat di sisi andong, tampak duduk tiga orang bocah seusia sekolah dasar yang tersenyum-senyum memandang andong tersebut. Kelihatan bahwa anak-anak tersebut sudah kenal serta akrab dengan pak kusir dan andong itu.
Ketika andong akan beranjak berjalan lagi, sambil tetap memperhatikan andong, ketiga bocah tersebut berteriak hampir berbarengan, "Ayo..pak Slamet..!!!"
Mendengar itu, tentu saja kami meyakini bahwa mereka menyapa dan memberi semangat pada pak kusir itu.
Ternyata kami keliru besar...
Pak kusir menjelaskan bahwa "pak slamet" itu adalah nama dari sang kuda. Sebuah informasi yang membuat kami terheran sambil tertawa.
Terima kasih "pak slamet" sudah mengantar kami.
Sampai ketemu lagi kapan-kapan, dalam perjalanan selanjutnya.
*********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H