Mohon tunggu...
Balangga Alloy
Balangga Alloy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kuliah

Taruna Muda PKTJ Tegal, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan atau disingkat dengan PKTJ adalah perguruan tinggi kedinasan dimana sejak tahun 2018 telah membuka jalur Ikatan Dinas dibawah pengawasan Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kementrian Perhubungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Radikalisme dan Terorisme

24 Januari 2024   08:10 Diperbarui: 24 Januari 2024   08:12 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada empat isu mendunia yang sedang marak saat ini yaitu, kemiskinan, pendidikan, terorisme dan kesetaraan gender1 . Empat isu ini memang sudah terjadi sejak lama, dan dapat dikatakan adalah masalah klasik yang hampir setiap negara mengalaminya. Namun di Indonesia, belakangan ini sedang diramaikan pemberitaan mengenai bom bunuh diri, yang merupakan ulah para “teroris”. Berdasarkan data dari BNPT, terdapat 12 zona merah terhadap aksi terorisme di Indonesia, dan lima zona diantaranya berada di pulau Jawa2 . Seperti peristiwa di Surabaya Jawa Timur misalnya, pada tanggal 13 Mei 2018 terjadi tiga ledakan bom secara susul-menyusul di tiga gereja di Surabaya. Dalam peristiwa ledakan bom di Surabaya ini, 10 orang tewas dan 41 orang luka-luka3 . Tersangka dalam kejadian ini merupakan satu keluarga yang terdiri dari suami-istri dan empat anak. Mereka bersama-sama melakukan aksi bom bunuh diri yang terbagi di tiga lokasi berbeda. Belum usai kepedihan atas kejadian tersebut, malam harinya ledakan bom terjadi lagi di Rusunawa Wonocolo di Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, dan menewaskan anggota keluarga Anton Febrianto (47).4 Esok harinya bom bunuh diri kembali meledak di Markas Polrestabes Surabaya Senin 14 Mei 2018 sekitar pukul 08.50 WIB. Kepolisian menyebut bom bunuh diri itu menggunakan sepeda motor yang dikendarai seorang pria, perempuan, dan seorang bocah yang duduk di depan, yang semuanya merupakan satu keluarga. Ada empat polisi yang menjadi korban, Munculnya gerakan radikalisme dan terorisme dalam dunia Internasional telah ada sebagai fenomena yang eksistensinya muncul pada era 1960-an ketika aktivitas terorisme telah banyak terjadi di berbagai belahan dunia kelompok-kelompok extrimis yang termotivasi untuk menentang status quo politik dengan mengambil jalan kekerasan. Terorisme dan radikalisme ekstrim muncul sebagai bagian dari fenomena yang dihasilkan oleh sistem Internasional. Ketidakpuasan terhadap keputusan-keputusan organisasi Internasional, seperti halnya PBB yang dalam sudut pandang kelompok teroris lebih cenderung sebagai representasi kepentingan Negara-negara barat telah membuat mereka tidak percaya dan frustasi terhadap efektifitas dari lembagalembaga tersebut dalam mengatasi permasalahan isu-isu global. Paham radikalisme ekstrim dan terorisme merupakan salah satu wujud ancaman nyata terhadap kehidupan global. Dampak gerakan radikal dan teroris dapat berimplikasi terhadap segala sendi kehidupan, termasuk dinamika ekonomi, sosial dan politik yang dapat mengalami gangguan, sehingga mampu menciptakan rasa tidak aman pada masyarakat luas. Kekerasan yang mengatasnamakan agama sering sering dikaitkan ke dalam ranah radikalisme dan terorisme, semenjak dicetuskannya program Global War on Terror (GWoT) oleh Amerika Serikat setelah peristiwa 11 September 2001 lalu berhasil menganngkat terorisme sebagai isu yang paling banyak diperbincangkan masyarakat dunia, saat merobohkan menara kembar World Trade Center (WTC) dan menghancurkan markas pertahanan AS (Pentagon) hanya dengan membajak empat pesawat komersil. Label kekerasan dan ekstrim yang, melekat menciptakanasumsi bahwa antara radikalisme dan terorisme (khususnya yang mengatasnamakan agama) memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Individu dapat menjadi seorang teroris yang sangat membahayakan, melalui radikalisasi dimana kemudian mengadopsi pemahaman kekerasan pada radikalisme sebagai taktik kegiatan, yang merapa anggap sebagai jalan jihad maupun mendirikan khilafah. Kekerasan ekstrim tersebut menggambarkan wujud tindakan kekerasan atas dasar keyakinan radikal atau ekstremis, sehingga dengan kata lain, ketika pemahaman seseorang terhadap keyakinannya yang terdahulu berubah menjadi pemahaman dalam konteks kekerasan, maka individu tersebut memiliki potensi untuk menjadi seorang teroris (Bjelopera, 2013: 2). Tumbuh kembang radikalisme pada akhirnya menampilkan wajah kekerasan atau terorisme di Indonesia, dimana dalam perkembangannya, para pelaku terorism selalu meningkatkan segala upaya dalam mewujudkan perjuangan yang diyakini oleh kelompok bahwa apa yang diperjuangkan adalah benar dan diyakini berjuang dijalan agama yang diyakininya kebenarannya. Teror masih saja menjadi salah satu cara sebagai wujud dalam mengekspresikan radikalitas, dari individu higgga pemerintahan sebuah negara demi mempertahankan nafsu kekuasaan. Selama masih ada ketidakadilan, nafsu politik hedonisme kekuasaan, kesewenang-wenangan dan ketertindasan sebagian manusia (mustadh’afin) oleh manusia yang berkuasa (mustakbarin), terorisme masih akan tetap ada. Dari rekaman perjalanan sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa radikal dan terorisme lebih menekankan pada pembenaran dalam menggunakan kekerasan atas nama agama. Islam dianggap mengajarkan para pemeluknya yang fanatik untuk melakukan tindakan kekerasan sebagai manifestasi dari kadar keimanan. Dari peristiwa tersebut, kemudian ada sebagian orang yang menganggap adanya sekelompok umat Islam yang meyakini bahwa Tuhan telah menyuruhnya untuk melakukan segala tindakan untuk membela agamanya, meskipun salah jalan, bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam universal yang toleran, Trend media yang digunakan pun telah bergeser dari pertemuan tatap muka langsung ke media internet dan media sosial. Pemerintah perlu merapatkan barisan dan memperkuat aspek pencegahan dengan menggandeng berbagai pihak baik, swasta termasuk LSM, bahkan Google untuk membendung penyebaran ideologi radikalisme di dunia maya. Pelibatan berbagai intitusi dalam upaya penggulangan terorisme ini beranjak dari kesadaran bahwa terorisme tidak hanya disebabkan oleh suatu faktor tunggal saja, melainkan dari suatu permasalahan yang kompleks (Amien, 2007: 5). Berbagai propaganda dilakukan oleh berbagai kelompok radikal di dunia maya kini semakin menjadi-jadi. Pesatnya perkembangan teknologi yang tidak bisa dibendung, mereka para teroris memanfaatkan dengan baik untuk menyebar paham-paham radikal, perekrutan dan mobilisasi, tempat diskusi antar individu maupun kelompok bahkan sampai pengumpulan dana. Mereka menyadari betul bahwa dunia maya menjadi medan perang paling ideal karena mudah diakses, tidak ada kontrol dan aturan, kecepatan informasi, murah dan berbagai keuntungan lainnya daripada perang di dunia nyata, oleh karenanya, tidak heran jika mereka dengan gencar membuat situs-situs radikal di dunia maya yang jumlahnya tidak sedikit. Fakta-fakta tersebut di atas, bukan hanya isapan jempol belaka, banyak sekali tindakan-tindakan radikal akibat menerima propaganda dari dunia maya. Berdasarkan fakta tersebut, Gerakan Cerdas Nasional (GCN ) yang digagas oleh BNPT tidak akan bisa berjalan maksimal tanpa bantuan para orang tua dalam sebuah keluarga, karena keluarga menjadi kunci kesuksesan gerakan tersebut, dikarenakan karena orang tua dalam sebuah keluarga adalah benteng pertama yang akan menjaga anak-anak yang notabene menjadi generasi penerus bangsa dari pengaruh paham radikal. Sebelum terasuki doktrin propaganda radikal, orang tua harus berperan aktif dalam melindungi anak-anak mereka, sebab jika sudah terpapar ideologi radikal, ia akan segera menutup diri. Dengan kata lain, lebih baik melakukan tindakan preventif. Orang tua harus pro aktif melakukan berbagai tindak pencegahan sebelum anakanak mereka berubah menjadi generasi bangsa yang berpaham radikal dan meresahkan berbagai pihak 

 akomodatif . 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun