Keunikan lain dari kuburan ini adalah struktur bangunannya yang tidak menggunakan paku sama sekali. Kuburan ini didukung oleh lima tiang yang terbuat dari kayu ulin, dengan sebuah gong besar yang tergantung di setiap sudut makam, meskipun kini gong-gong tersebut sudah hilang. Masyarakat setempat percaya bahwa orang yang lewat harus menutup mata, meskipun alasan pastinya masih menjadi misteri.Â
Mitos Tumbal Budak
Dibalik kokohnya tiang penyangga makam, terdapat cerita tragis tentang seorang budak yang dijadikan tumbal untuk memperkuat bangunan makam. Menurut Kirib, saat pembangunan makam, budak yang telah diberi makan hingga kenyang dipaksa untuk mengambil kapak yang dijatuhkan ke dalam lubang.Â
Ketika budak itu tunduk untuk mengambil kapak, bambu yang digunakan untuk menariknya secara tiba-tiba ditarik, menyebabkan darah terpercik hingga ke atas sebelum tiang dipasang.
Cerita ini masih menjadi mitos yang dipercaya oleh sebagian masyarakat, meskipun kebenarannya tetap tidak dapat dipastikan.
Keberadaan Kuburan Kuno dan Potensi Wisata Sejarah
Makam Aya terletak tidak jauh dari kantor Desa Naha Aya dan saat ini kondisinya memprihatinkan, dipenuhi tanaman liar yang merambah ke sekitar struktur bangunan. Ketinggian makam ini diperkirakan mencapai 30 hingga 35 meter.Â
Meski begitu, makam ini memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik. Sayangnya, informasi mengenai situs ini tidak tersedia seperti halnya di Toraja, Sulawesi Selatan, yang terkenal dengan situs makam kuno mereka.Â
Namun, keberadaan kuburan ini tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik untuk mengenal lebih dalam budaya lokal dan sejarah masyarakat Dayak.Â