Kondisi Politik Punan Long Tungu
Kondisi politik di komunitas Punan, khususnya di KM 5, menunjukkan kerentanan signifikan terhadap manipulasi oleh kelompok tertentu, mencerminkan kurangnya akses informasi yang memadai mengenai calon presiden dan dampak kebijakan.Â
Pertama, kurangnya infrastruktur komunikasi dan pendidikan membuat masyarakat sulit memahami proses politik; tanpa akses media massa yang memadai, mereka menjadi mudah dipengaruhi oleh pihak berkepentingan, berisiko menimbulkan apatisme politik.Â
Selanjutnya, manipulasi informasi oleh kelompok tertentu memperburuk situasi, seringkali dengan janji kampanye yang tidak realistis, sehingga masyarakat Punan tidak dapat mengidentifikasi akar masalah ketika janji-janji tersebut tidak terealisasi.Â
Akibatnya, rendahnya partisipasi politik menjadi dampak dari ketidakpahaman ini, membuat masyarakat enggan terlibat dalam pemilu atau diskusi politik, yang berujung pada pengabaian suara mereka dan potensi penyalahgunaan.Â
Lebih jauh lagi, keterbatasan dalam menyuarakan aspirasi membuat masyarakat Punan tidak memiliki saluran efektif untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan kepada pihak berwenang, sehingga kesenjangan antara pemerintah dan masyarakat semakin melebar.Â
Untuk mengatasi tantangan ini, pendidikan dan pemberdayaan sangat diperlukan; pemerintah dan organisasi non-pemerintah harus meningkatkan pendidikan politik dan kesadaran masyarakat melalui pelatihan evaluasi calon pemimpin dan membangun kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.Â
Dengan langkah ini, diharapkan masyarakat Punan dapat membuat keputusan politik yang lebih bijaksana dan tidak lagi menjadi korban manipulasi, sehingga kondisi politik di KM 5 mencerminkan partisipasi yang aktif dan representatif dalam pengambilan keputusan.
Akses Infrastruktur
Infrastruktur dasar di komunitas Punan, terutama akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi seperti Mandi, Cuci, Kakus (MCK) dan WC, masih menjadi isu besar.Â
Berdasarkan pengamatan lapangan, sebagian orang tua maupun anak terlihat mencuci baju, mandi, buang air besar, dan mengambil air dari sungai untuk minum, yang menunjukkan keterbatasan akses terhadap sumber daya ini.Â
Ketersediaan air bersih yang memadai sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan berperan krusial dalam mencegah penyakit, yang terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 6, yang menargetkan ketersediaan air bersih dan sanitasi untuk semua serta pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak tidak hanya memengaruhi kesehatan, tetapi juga dapat menyebabkan masalah lebih lanjut seperti stunting pada anak-anak. Stunting, yang merupakan kondisi pertumbuhan terhambat akibat kurang gizi dan infeksi berulang, dapat diperparah oleh lingkungan yang tidak sehat.Â