Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terasing dan Terpinggirkan, Kisah Komunitas Punan di KM 5 Long Tungu

27 September 2024   09:38 Diperbarui: 27 September 2024   10:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulo Njau Sedang Bersantai (Yayasan Pionir Bulungan)

Selain di KM 5, Landskap Kayan juga memiliki dua kampung Punan, yaitu di Berun, Desa Long Telenjau, dan Belebah yang berada di Nahaya. Sayangnya, kondisi pendidikan di kampung-kampung ini tidak jauh berbeda dengan di KM 5 dan Long Tungu. Meskipun pemukiman Punan Berun memiliki fasilitas pendidikan berupa gedung sekolah dasar, tenaga pengajar hanya datang dua minggu sekali. Hal ini semakin memperparah situasi, karena tidak adanya jaringan listrik dan air bersih yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Meskipun pemerintah telah menyediakan mess untuk para pengajar, tempat tersebut tidak dihuni. Dengan pemukiman Berun yang terletak di daerah terpencil, akses pendidikan semakin sulit. Banyak pelajar di kedua kampung tersebut menghabiskan waktu belajar mereka dengan bermain karena tidak ada tenaga pengajar yang dapat membimbing mereka.

Kondisi Politik Punan Long Tungu
Kondisi politik di komunitas Punan, khususnya di KM 5, menunjukkan kerentanan signifikan terhadap manipulasi oleh kelompok tertentu, mencerminkan kurangnya akses informasi yang memadai mengenai calon presiden dan dampak kebijakan. Pertama, kurangnya infrastruktur komunikasi dan pendidikan membuat masyarakat sulit memahami proses politik; tanpa akses media massa yang memadai, mereka menjadi mudah dipengaruhi oleh pihak berkepentingan, berisiko menimbulkan apatisme politik. Selanjutnya, manipulasi informasi oleh kelompok tertentu memperburuk situasi, seringkali dengan janji kampanye yang tidak realistis, sehingga masyarakat Punan tidak dapat mengidentifikasi akar masalah ketika janji-janji tersebut tidak terealisasi. Akibatnya, rendahnya partisipasi politik menjadi dampak dari ketidakpahaman ini, membuat masyarakat enggan terlibat dalam pemilu atau diskusi politik, yang berujung pada pengabaian suara mereka dan potensi penyalahgunaan. Lebih jauh lagi, keterbatasan dalam menyuarakan aspirasi membuat masyarakat Punan tidak memiliki saluran efektif untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan kepada pihak berwenang, sehingga kesenjangan antara pemerintah dan masyarakat semakin melebar. Untuk mengatasi tantangan ini, pendidikan dan pemberdayaan sangat diperlukan; pemerintah dan organisasi non-pemerintah harus meningkatkan pendidikan politik dan kesadaran masyarakat melalui pelatihan evaluasi calon pemimpin dan membangun kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan langkah ini, diharapkan masyarakat Punan dapat membuat keputusan politik yang lebih bijaksana dan tidak lagi menjadi korban manipulasi, sehingga kondisi politik di KM 5 mencerminkan partisipasi yang aktif dan representatif dalam pengambilan keputusan.

Akses Infrastruktur


Infrastruktur dasar di komunitas Punan, terutama akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi seperti Mandi, Cuci, Kakus (MCK) dan WC, masih menjadi isu besar. Berdasarkan pengamatan lapangan, sebagian orang tua maupun anak terlihat mencuci baju, mandi, buang air besar, dan mengambil air dari sungai untuk minum, yang menunjukkan keterbatasan akses terhadap sumber daya ini. Ketersediaan air bersih yang memadai sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan berperan krusial dalam mencegah penyakit, yang terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 6, yang menargetkan ketersediaan air bersih dan sanitasi untuk semua serta pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.

Lebih jauh lagi, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak tidak hanya memengaruhi kesehatan, tetapi juga dapat menyebabkan masalah lebih lanjut seperti stunting pada anak-anak. Stunting, yang merupakan kondisi pertumbuhan terhambat akibat kurang gizi dan infeksi berulang, dapat diperparah oleh lingkungan yang tidak sehat. Dengan menyediakan air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai, kita dapat mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan kualitas hidup, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan anak-anak yang sehat dan produktif.

Di samping itu, akses listrik yang terbatas juga menghambat kualitas hidup masyarakat, mempengaruhi pendidikan, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal. Dalam konteks SDGs, meningkatkan akses terhadap infrastruktur dasar ini sejalan dengan Tujuan 7, yang berfokus pada memastikan akses yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern terhadap energi untuk semua.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur dasar ini. Upaya tersebut tidak hanya akan memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat Punan tetapi juga berkontribusi pada pencapaian berbagai tujuan SDGs yang lebih luas.

Kesimpulan
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat Punan di pemukiman RT 08, Long Telenjau, langkah-langkah strategis yang tepat sangat diperlukan untuk mendorong perbaikan kualitas hidup. Peningkatan akses pendidikan, pelayanan kesehatan, infrastruktur energi, dan dukungan ekonomi, serta pendampingan khusus, menjadi kunci dalam mewujudkan perubahan positif. Diperlukan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga lainnya untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan upaya ini. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Punan dapat beradaptasi dengan perubahan dan mengatasi ketimpangan yang ada, tanpa kehilangan identitas dan hubungan mereka dengan alam.

Rekomendasi

Rekomendasi untuk mendukung masyarakat Punan di pemukiman RT 08, Long Telenjau, mencakup beberapa langkah strategis. Pertama, penting untuk meningkatkan akses pendidikan melalui pengembangan program pendidikan dan kegiatan non-formal, sehingga anak-anak dan dewasa memiliki peluang belajar yang lebih baik. Selain itu, pembangunan puskesmas dan program kesehatan masyarakat perlu diimplementasikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan. Penyediaan infrastruktur energi juga menjadi prioritas, dengan mendorong pembangunan jaringan listrik serta menggunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya. Dalam hal ekonomi, program pelatihan keterampilan dan pendampingan usaha kecil akan membantu masyarakat menciptakan lapangan kerja sendiri.

Pendamping khusus untuk masyarakat Punan juga sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan dukungan dalam pengembangan kapasitas komunitas. Pendamping ini dapat berperan sebagai jembatan antara masyarakat dan lembaga pemerintah atau NGO, membantu mengidentifikasi kebutuhan spesifik, serta mengusulkan solusi yang relevan. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, penting untuk memfasilitasi forum diskusi yang memungkinkan warga menyuarakan kebutuhan mereka dan mendorong kemitraan dengan lembaga lain. Terakhir, edukasi tentang konservasi alam dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan sangat penting untuk menjaga ekosistem lokal. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat Punan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengatasi berbagai tantangan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun