"Meja Panjang di Desa Pimping bukan hanya sebuah tradisi, melainkan kisah panjang kekompakan dan gotong royong yang tumbuh dari kebijakan bijak tokoh masyarakat. Ini lebih dari meriahnya pesta tahun baru, ini tentang merawat budaya, merayakan kebersamaan, dan menjaga persatuan di tengah keragaman. Meja Panjang adalah bukti bahwa bersama, kita mampu melestarikan kearifan lokal dan menyatukan perbedaan." Ucap Kepala Desa Pimping Alan Bilung
Desa Pimping menghidupkan keceriaan dengan tradisi lama yang menjelma menjadi simbol kekompakan dan gotong royong. Meja Panjang, cerita ini bukan sekadar tentang meriahnya pesta tahun baru, tetapi perjalanan panjang suatu budaya yang tumbuh dari kebijakan bijak tokoh masyarakat pada masanya.
Dalam kata sambutannya Kepala Desa Pimping Alan Bilung menjelaskan, dahulu tahun baru di Desa Pimping identik dengan kunjungan antar rumah dan keluarga. Namun, tidak semua bisa membuka pintu rumah untuk tamu, dan itulah keresahan yang memicu lahirnya Meja Panjang. Sebuah ide sederhana yang menjembatani seluruh masyarakat, terutama yang kesulitan membuka pintu rumah mereka. Meja Panjang bukan hanya perayaan, tetapi ruang bagi bersyukur bersama dan merayakan kebersamaan. tradisi tersebut diadopsi dari Desa Long Pujungan.
Tradisi ini terus hidup, dibiayai oleh semangat gotong royong dan iuran pribadi. Mulai dari memasak hidangan hingga membangun tenda, semua dilakukan bersama-sama, menunjukkan keuletan masyarakat Desa Pimping dalam merawat tradisi yang mengokohkan persatuan di tengah keragaman suku.
![4-66a7aa1834777c0ee167cb93.png](https://assets.kompasiana.com/items/album/2024/07/29/4-66a7aa1834777c0ee167cb93.png?t=o&v=770)
Suara dari panggung memberikan himbauan agar semua menghindari pakaian politik selama persiapan dan pelaksanaan acara. Inilah upaya menjaga keceriaan acara tanpa muatan politis yang mengganggu.
Kelezatan kuliner "Tutek Ata," ikan dimasak dalam bambu selama 3 malam 4 hari, menjadi magnet tersendiri. Alfinus, warga setempat, dengan semangat menceritakan proses memasak yang unik, dimana ikan tak memiliki tulang.
Pohon terang yang menghiasi lapangan, penuh dengan buah-buahan, menjadi simbol keragaman dan persatuan di Desa Pimping. Selesai acara Meja Panjang, masyarakat dan pengunjung boleh mengambil buah-buahan sebagai penutup pesta.
Ketua RT 05, Robinson, mengungkap bahwa Meja Panjang dilaksanakan dengan sistem gotong royong melibatkan semua lapisan masyarakat. Proses yang tampak sederhana tetapi memerlukan kerumitan, seperti pengambilan kayu dan perakitan aksesoris. Kerjasama ini tetap dijaga dan dihargai hingga kini.
Semua lapisan masyarakat ikut serta dalam gotong royong, dari ibu-ibu yang memasak sejak subuh hingga kaum bapak yang beristirahat di bawah tenda. Dana acara diperoleh dari iuran sukarela masyarakat setempat, menegaskan keterlibatan dan dukungan bersama.
Meja Panjang bukan hanya acara seremonial, melainkan cerminan kekayaan budaya dengan pakaian adat, tarian, dan unsur budaya lainnya. Desa Pimping, mayoritas penduduknya suku Dayak Uma Lung, berhasil merawat gotong royong sebagai fondasi utama keberlangsungan Meja Panjang.
Acara puncak "Meja Panjang" menyatukan seluruh lapisan masyarakat, memeriahkan jalan raya dengan kebanggaan pakaian adat. Suara gemuruh gong dan tarian tradisional menyambut kedatangan tamu dari Pemerintah Kabupaten dan Provinsi. Meskipun kemacetan tak terhindarkan, petugas keamanan menjaga agar acara berlangsung dengan kondusif.
Di penutupan acara, masyarakat berebut buah-buahan dari pohon terang dengan penuh antusiasme. Anak-anak bersemangat menaiki pohon untuk meraih buah di puncaknya.
"Meja Panjang" tak hanya membawa kegembiraan, tetapi juga berpotensi mendukung perekonomian warga dan pedagang lokal. Potensi pariwisata juga terbuka lebar dengan tampilan pakaian adat, sajian makanan tradisional, dan tarian adat yang memukau.
Seiring dengan pesan Ketua RT 05, Robinson, bahwa Meja Panjang adalah tradisi gotong royong yang tak akan punah, masyarakat Desa Pimping berharap agar generasi muda dapat belajar dari kearifan lokal ini. Meja Panjang tetap menjadi landasan kekompakan dan persatuan, menjadi bukti nyata bahwa perbedaan suku dapat dipersatukan melalui semangat gotong royong.