Ekspedisi tersebut membawa kami untuk berpindah dari satu desa ke desa yang lain, sampai tibalah tim di Desa Long Tungu, Kecamatan Peso Hilir, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Dari ke tiga desa yang sudah kami singgahi, hanya desa ini yang tidak memiliki air bersih. Artinya, Tim harus mandi di Sungai yang tercemar. Selama 3 hari, tim menetap di kediaman Pendamping Desa Long Tungu, Alexsander (Bukan nama sebenarnya).
Pada pagi dan sore hari, ia ramah mengajak kami untuk mandi di Sungai Kayan. Selain kami, masyarakat desa tersebut juga menggunakan Sungai untuk mandi, maupun cuci baju. Dengan keadaan terpaksa, penulis harus mandi berdekatan dengan tumpukan sampah rumah tangga.
Alexsander mengerahkan tenaganya untuk menaiki tangga curam yang terbuat dari tanah sambil membawa jeriken 25 liter masing-masing ditangannya. Pria dengan tinggi 180 cm itu terlihat biasa membawa air sungai sejauh 30 meter menuju belakang rumahnya.
Aktifitas tersebut merupakan kegiatan kesehariannya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Sebelum menetap di Long Tungu, Alexsander sekeluarga dahulunya bermukim di Desa Long Beluah, desa kelahiran Alex.
Pria berperawakan besar itu memiliki 1 putra yang berumur 6 tahun, dan dua putri yang masing-masing berumur 4 dan 2 tahun. Keluarga tersebut merupakan warga baru yang menetap di desa Long Tungu.Â
Marcel (Bukan nama sebenarnya) mengisahkan bahwa profil tank 1200 Liter hanya mampu bertahan selama 3 hari. Hal tersebut memaksa istri Alex harus merogoh kocek sedalam-dalamnya.
Usai menikmati jamuan puluhan durian di dapur, Alex berkisah kepada tim jika ke 3 anaknya harus menjalani perawatan inap di rumah sakit Tanjung Selor lantaran didiagnosa terkena infeksi usus. Akibat kejadian tersebut, Alex harus melewati pergantian tahun 2023-2024 di sebuah bilik kamar rumah sakit.