PengantarÂ
Telinga panjang, sebuah tradisi kuno yang menghiasi sejarah dan budaya masyarakat suku Dayak yang hampir lenyap dari perbendaharaan warisan budaya kita.
Fenomena ini tidak hanya sekadar tentang bentuk fisik yang membedakan, tetapi juga merupakan simbol kekuatan, kecantikan, dan identitas sosial bagi masyarakat yang mengamalkannya.
Dalam upaya untuk meresapi lebih dalam akan nilai-nilai dan makna yang terkandung di balik telinga panjang, para penulis, peneliti maupun penggiat budaya mencari keberadaan telinga panjang di masing-masing penjuru Kalimantan guna merangkai kembali cerita-cerita lama, mencari sisa-sisa tradisi yang kian pudar, dan berupaya memahami konteks sosial yang membentuknya.
Kisah-kisah tentang telinga panjang membawa kita pada refleksi tentang bagaimana perubahan zaman dan pengaruh luar telah mengubah pola pikir dan praktik budaya di kalangan masyarakat suku Dayak.
Namun, di tengah laju perubahan ini, ada suara-suara yang tegar menolak kehilangan jejak tradisi. Mereka berdiri sebagai penjaga terakhir, menjaga bara kebudayaan agar tidak padam di tengah arus modernisasi yang menghantam.
Sejarah Desa Tengkapak
Penulis memulai perjalanan mencari keberadaan "Telinga Panjang" yang berada di RT 05, Desa Tengkapak, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara pada Selasa, 31 Oktober 2023.
Diketahui Desa Desa Tengkapak merupakan salah satu wilayah yang berada di Kecamatan Tanjung Selor mempunyai luas wilayah 12.700 Ha dengan jumlah penduduk 1.055 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 301.
Desa tengkapak dahulunya masih kosong dan di tutupi semak belukar. Kemudian pada tahun 1974 desa ini mulai dihuni masyarakat Desa Jelarai Selor yang letaknya di hilir Desa Tersebut.