Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Pawai Budaya dalam Menggerakan Roda Perekonomian Masyarakat

15 Oktober 2022   23:30 Diperbarui: 15 Oktober 2022   23:50 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam sudah menunjukkan pukul 05.40 wita,

Tujuan ku hari ini guna mengikuti kegiatan Pawai Budaya Hari jadi Kota Tanjung Selor ke 232 dan Kabupaten Bulungan ke 62.

Sebelumnya, Kampus mendapatkan undangan tuk berpartisipasi dalam pawai budaya tersebut, dan sifatnya wajib bagi mahasiswa, apalagi di absen.

" Sekalipun kamu sudah selesai Ujian Ahkir, tapi kamu masih ada urusan dengan pihak kampus, jadi, kamu harus turut berpartisipasi ya " dengan nada bercanda.  ucap ketua jurusan Fakultas Fisipol kala saya sedang memperhatikan papan pengumuman persyaratan Yudisium Jumat lalu.

Dalam undangan tertera waktu pelaksanaan pukul 06.45 Wita, agar tidak terburu-buru, saya yang menjadikan Sepeda sebagai alat Transportasi berangkat awal 30 menit sebelum acara dimulai.

Udara sejuk menyelimuti Kota Tanjung Selor pagi ini, maklum, kota ini masih di kelilingi hutan, apalagi semalaman di guyur oleh hujan angin yang sangat dasyhat.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Lalu lalang orang yang berpakaian baju adat melintasi jalan raya tampak terburu-buru, hal tersebut menandakan sebuah bentuk antusias bagi masyarakat yang memiliki motto dalam bahasa Bulungan Merundung Pebatun De Benuanta yang artinya Saling Bahu-membahu antar seluruh lapisan Masyarakat dalam membawa Kabupaten Bulungan ke arah yang lebih Baik.

Dokpri
Dokpri

Tiba di lokasi, Titik kumpul sudah di penuhi dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam pakai adat Nusantara berbaris rapi di tempat yang telah disediakan oleh panitia.

Belum lagi ditambah dengan antrian kendaraan hias yang sibuk mengatur jarak akibat padatnya jalan saat itu.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Syukurnya saya menggunakan sepeda, sepadat apapun jalanan, hal tersebut tidak menghalangi dalam perjalananku.

Nama Bulungan berasal dari sebuah kesultanan yang pernah ada di daerah tersebut, dengan etnis asli Bulungan,Tidung, Dayak. namun, sejauh keberadaannya saat ini, Kabupaten Bulungan dihuni oleh berbagai macam Suku dan Agama yang turut bahu-membahu Kota Tanjung Selor sampai sejauh ini.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Saya teringat seorang dosen saya pernah memberikan sebuah opininya ketika berada disebuah ruangan kelas. " Hanya di Tanjung Selor, masyrakatnya tidak menggunakan bahasa daerah atau logat/aksen sebuah suku tertentu dalam sehari-hari. 

Saya sepakat dengan pernyataan tersebut, karna, ada sebagian besar kota atau daerah tertentu masih di dominasi dengan menggunakan bahasa daerah .

Artinya, Masyarakat Kabupaten Bulungan, Tanjung Selor Khususnya memgang teguh makna sebuah Kebinekaan yang bersedia untuk menerima kelompok lain sebagai kesatuan tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, maupun Agama.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Di tengah kerumunan semarak Pawai Budaya, terlihat bendera kampus Universitas Kaltara dari kejauhan. Hal tersebut menandakan titik kumpul Kampus kebanggan kami. 

Terlihat teman-teman Fakultas Fisipol antri tanda tangan keikutsertaan pawai tersebut, ternyata, absennya ada dua, satu di lokasi start dan satu di lokas Start, dan satunya lagi di lokasi Finish, hal itu tersbut diadakan untuk menangatasi teman-teman yang hanya titip absen. 

Kali ini saya harus lebih jeli dalam memperhatikan kanan kiri saya ketika berada di barisan peserta, bagaimana tidak, Dosen dan Mahasiswa membaur menjadi satu tanpa ada sekat pemisah.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Barisan pun mulai bergerak sesuai dengan arahan panitia penyelenggara, hanya berapa meter, aku langsung keluar dari barisan.

Karena,selain menjadi peserta pawai budaya, niat ku juga untuk mengabadikan moment yang hanya dilaksanakan setahun sekali, ya hitung-hitung buat koleksi pribadi.

Dokpri
Dokpri

Dengan langkah cepat, segera ku menuju parkiran yang nampak sepi karna ditinggalkan pemiliknya, saya pun mengambil sepeda model fixie yang bersender di sebuah trotoar untuk mengejar para peserta pawai. 

Bukannya tidak mau bergabung dengan barisan, alasannya saya tidak rela meninggalkan Sepeda Kesayangan sendirian, selain itu, rute perjalanan pawai budaya tersebut tidak kembali ke titik awal dan jaraknya pun lumayan jauh.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Ku senderkan Sepeda dan helm di Tiang listrik di pertigaan jalan yang di apit oleh 2 penginapan yang bergaya classic, nampak terlihat masyarakat yang begitu antusias dalam menyaksikan Pawai Budaya tersebut.

Maklumlah, setelah 2 tahun dilanda Covid-19, Kota ini nyaris tidak ada Hiburan, dengan di adakan Pawai Budaya ini, cukup untuk menghibur kerinduan masyarakat akan hiburan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dengan adanya Pawai Budaya yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Bulungan, jelas telah menggerakan roda perekonomian masyarakat sekitar, mulai dari pedagang kecil sampai pedagang besar.

Belum lagi diperkirakan ada hampir ribuan peserta yang menggunakan pakaian adat yang rela merogoh kantong pribadi guna menyewa bahkan membeli kostum maupun perlengkapan aksesoris adat yang bernilai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. 

Selain itu, peserta wanita mengeluarkan dana tambahan untuk pergi kesalon guna merias diri mereka untuk tampil memukau di acara tersebut.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Disisi lain, dengan diadakan Pawai Budaya, secara tidak langsung mengingatkan kepada pada Siswa, Mahasiswa, masyarakat  akan pentingnya perbedaaan di tengah-tengah kita, kita perlu belajar menerima akan perbedaan yang ada di tengah-tengah kita sebagai perwujudan Kebhinekaan dan pancasila. 

Sekalin itu, dengan menggunakan pakaian adat, mengingatkan kita agar kita tetap mempertahankan dan selalu menjalankan nilai luhur yang di wariskan oleh nenek moyang kita. 

Karna sat ini kita berada di tengah Kehidupan yang serba Moderenisasi dan keterbukaan segala informasi yang telah mengeser moral sebagaian anak bangsa yang mempengaruhi sifat dan karakter.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Kegiatan pawai budaya ini memiliki dampak yang luar biasa bagi masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Bulungan, karna berdampak terhadap perekonomian masyarakat dan juga mengedukasi masyarakat luas akan suku dan budaya yang mendiami Kota Tanjung Selor.

Diharapkan kedepannya Pemerintah Kabupaten, bahkan instansi pemerintah rutin melakukan kegiatan-kegiatan yang berbau Budaya yang melibatkan partisipasi seluruh elemen lapisan masyarakat.

Karna, dari kegiatan tersebut akan mewujudkan semangat kebangsaan dan sikap toleransi terhadap sesama.

Semoga bermanfaat.

Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun