Bapak memang memiliki Hobi yang cukup aneh sejak dari dulu, waktu kecil, ada saja barang-barang yang aneh yang di bawa kerumah, berbagai macam tamu datang silih main di ruang tamu untuk berbincang mengenai barang-barang tersebut.
Di dalam bufet tersebut terdapat 11 piring, 8 mangkok berukuran kecil dan sedang, Â dan 6 Tempayan.Â
masing-masing ku telusuri ternyata piring serta mangkok tersebut berasal dari Belanda 1899, Jepang, Maupun dari dinasti Qing, Cina. Selama ini, ternyata aku salah, aku pikir Piring, mangkok, maupun tempayan ini hasil dari peradaban suku Dayak, karna, suku dayak sangat identik degan benda-benda tersebut.
Memang sih, ada banyak barang-barang antik yang menjadi koleksi bapak sejak aku masih kecil, namun, satupun aku tidak tertarik untuk menggalinya secara mendalam, sudah 33 tahun aku hidup berdampingan degan barang tersebut, namun tak satupun aku mengenali asal-usul barang-barang tersebut.
Saat mamak menganti stasiun Tv dari Berita menjadi Sinetron, tandanya waktu sengang bagi bapak untuk di ajak bicara,
Pak ucapku, bagaimana ceritanya piring, mangkok, serta tempayan tu bisa ada di rumah ?. Dengan posisi duduk menyadar ke kursi, mata terpejam dan dahi berkerut, bapak mulai bercerita,
Itu kan barang-barang yang dibawa oleh pedagang Cina dan Arab yang masuk ke pedalaman, Pedagang arab hanya masuk sampai Malinau, namun, kalau Pedagang Cina masuk sampai ke Long Berang, kecamatan mentarang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.Â
Sekitar abad 18 ahkir, hingga tahun1900, saat itu masyarakat Dayak belum mengenal mata uang, yang Populer saat itu ialah Barter yang mereka jadikan sebagai alat Transaksi jual beli kala itu.
para pedagang mengenalkan alat modern kepada masyarakat suku dayak pada zaman itu, mulai dari manik-manik, tempayan, piring, maupun mangkok, untuk mendapatkan peralatan Modern, masyarakat suku dayak wajib menukarkan Padi, beras, hasil ternak, maupun hasil ladang, tak ayal, Tempayan, Piring, manik, maupun mangkok pada saat itu juga menandakan status sosial pada masyarakat Suku dayak pada saat itu.Â
Bisa dikatakan 1 tempayan di tukar dengan 5 ekor kerbau (pada zaman dulu).