Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Panjang Soal Kesetaraan Gender

22 Oktober 2020   17:12 Diperbarui: 22 Oktober 2020   17:21 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Feminisme liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Menurut pandangan ini, akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan sebenarnya disebabkan oleh perempuan itu sendiri. Maka perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki. Tokoh yang memperjuangkan aliran ini ialah Naomi wolf, yang memberikan solusi " FEMINISME KEKUATAN" bahwa dengan pendidikan dan pendapatan yang dimiliki perempuan,mereka  bisa mendapatkan kebebasan berkehendak tanpa ketergantungan kepada lelaki.

Namun, bagaimana perkembangan Feminisme di Indonesia saat ini ?

Indonesia merupakan bangsa yang teguh memegang erat aturan adat dan agama, sebagai contohnya di beberapa daerah di Indonesia, masih terdapat ketidaksetaraan gender yang memposisikan kaum ADAM sebagai sosok yang dominan, teratas, dan yang teristimewa sesuai dengan sistem sosial patriaki yang masih dianut oleh beberapa kebudayaan yang ada di bangsa ini.

Budaya tersebut setidaknya sudah mempengaruhi pola pikir masyarakat sosial kita, akibatnya terjadilah ketimpangan akan gender yang berdampak ketidakadilan  baik secara sosial, ekonomi, politik, dan psikologi. Bahkan pola pikir tersebut menciptakan berbagai macam masalah sosial yang terjadi di bangsa ini seperti Kasus KDRT, pelecehan seksual,kawin cerai. Seperti contoh kecil yang marak terjadi di masyarakat, dalam halnya seperti beberapa kasus pelecehan seksual yang sering dialami oleh  kaum hawa, masyarakat luas berasumsi bahwa penyebab utama pelecehan seksual  itu berasal dari si korban itu sendiri, bahwa si korban itu sendiri menggunakan pakaian yang minim sehingga mengundang nafsu birahi dari si pelaku.

Ada pula Raden Adjeng Kartini, seorang tokoh Feminis dan juga pahlawan nasional Indonesia yang berani mendobrak budaya patriaki  yang sarat akan adat istiadat  yang kuat  yang dibenarkan oleh ajaran-ajaran agama yang ada pada masa itu. Yang dimana perempuan selalu mengalami berbagai macam penindasan baik secara fisik maupun emosional.

Di dalam buku "Habis gelap terbitlah terang"  yang merupakan kumpulan surat-surat yang telah kartini tulis, yang terpengaruh dari buku-buku paham liberal serta erat dukungan dari teman-teman Belanda di masa dia sekolah. Feminisme kartini cendrung menekankan kepada wanita tentang pentingnya pendidikan yang memadai demi terciptanya persamaan derajat antara wanita dan pria.

Feminisme di masa orba

Pada tahun 1954 muncul sebuah organisasi yang awalnya bernama GERWIS lalu berubah menjadi  GERWANI (gerakan wanita Indonesia ) yang dimana organisasi tersebut memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberantasan akan buta huruf.

Namun, pergerakan wanita Indonesia tidak bertahan lama, karna telah dibungkam tak berdaya oleh suharto penguasa orde baru dengan alasan semua organisasi merupakan bagian dari keluarga komunis. Pada masa itu, pemerintah orde baru menciptakan sebuah kontrol yang dinamakan KOWANI (kongres wanita Indonesia) untuk menjadi organisasi payung bagi semua kelompok wanita yang terdiri dari organisasi profesional, sosial, keagamaan, sampai organisasi fungsional. KOWANI mendapatkan pengesahan resmi dari pemerintah  dalam Panca Dharma wanita yang secara tidak langsung memberhentikan pergerakan perempuan agar tidak berpartisipasi untuk mencampuri urusan sosial dan politik.

Sejak diberlakukannya kebijakan afirmasi (affirmative action) yang tertuang dalam berbagai undang-undang negara Repubik Indonesia seperti undang-undang pemilihan umum, undang-undang partai poitik tidak sepenuhnya menjamin keterwakilan posisi wanita dalam berbagai macam aktivitas politik di Indonesia. Sekelumit panjang perjalanan perjuangan hak perempuan yang dimana sampai detik ini perjuangannya masih terus berjalan dikarnakan belum maksimalnya pergerakan tersebut dikarnakan kuatnya erat kaitannya bangsa kita memegang teguh agama dan budayanya.

Terima kasih,
Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun