Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas tentang Desa Pingping

8 Februari 2020   22:48 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:08 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan yang lalu, ketika saya di tempatkan dalam rute pengiriman paket untuk wilayah Tanjung Palas Utara yang meliputi Sungai Urang, PingPing, Karang Agung, sampai Panca agung. Tentunya, hal tersebut saya sikapi dengan senang hati kala itu. 

Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan, mata dan pikiran saya dimanjakan oleh beberapa pemandangan yang membuat terpesona akan pemandangan sekitar. 

Meskipun medan perjalanan banyak melewati beberapa gunung yang tinggi serta ditambah dengan jarak waktu tempuh sekitar 45 menit lamanya, tak mengurungkan niat saya untuk terus mengantarkan paket ke arah utara yang menjadi rute  paling jauh bagi kami para kurir. Tak ayal, beberapa exspedisi lain enggan untuk mengantarkan paket untuk wilayah utara.

Di sepanjang perjalanan, banyak pemandangan indah yang saya temui, seperti beberapa gunung kapur, hutan lebat, sungai, danau kecil, serta beberapa hewan, seperti tupai, ular, bahkan burung Enggang yang dianggap sebagai hewan yang dikeramatkan bagi suku dayak.

Jujur, bagi saya pribadi, saya tidak merasakan seperti sedang bekerja, melainkankan seperti lagi berlibur, Ya, liburan setiap hari.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selama beberapa bulan saat mengantar paket ke wilayah utara, banyak pemandangan indah, unik, bahkan memberikan saya pembelajaran tentang hidup ini.

Tanjung Palas Utara yang bagi saya adalah wilayah dataran tinggi, yang dikelilingi oleh beberapa pegunungan kapur yang sebagian besar ditumbuhi pohon-pohon yang menjulang tinggi yang memberikan kesan asri dan sejuk saat melintasi wilayah tersebut.

Saat setengah perjalanan, terlihat dari atas gunung, akan pohon sawit yang di tengahnya berdiri kokoh perusahaan sawit yang tiap menitnya selalu mengeluarkan kepulan asap hitam tebal yang mengeluarkan aroma tidak sedap saat melewati perusahaan sawit tersebut.

Di sana, sangat jarang kendaraan lalu lalang melewati jalan poros yang menghubungkan kabupaten Bulungan dengan Malinau. Kebanyakan hanya beberapa truk pengangkut sawit saja yang lewat. Bahkan, kendaraan roda 2 dan roda 4 dapat dihitung dengan jari.

Sangking sepinya, saya sering terlarut dalam berkendara, tak ayal banyak pengendara roda 2 dan roda 4 yang mengalami kecelakaan saat melintasi sepanjang jalan poros tersebut.

Di Kecamatan Tanjung Palas Utara, kondisi masyarakat sosialnya pun sangat beragam, di mana di setiap desanya masih menjaga serta melestarikan budaya mereka sendiri. 

Suasana yang berbeda saya rasakan saat mengunjungi beberapa desa di Tanjung Palas Utara. Di sana, kebanyakan suku Dayak dan Jawa mendominasi pedesaan yang ada di Tanjung Palas utara. Nah, saya mau menceritakan pengalaman saya saat mengantarkan paket ke desa Ping-Ping. 

Desa Ping-Ping
Desa Ping-Ping adalah desa pertama yang saya kunjungi untuk mengantarkan paket. Di setiap rumah yang saya kunjung, hampir di setiap sudut rumah, baik di luar maupun dalam, akan ditemukan sebuah topi tradisional yang tertata rapi di sekitar teras rumah maupun di ruangan tamu.

Konon, masyarakat Dayak Kenyah menyebutnya "Topi Saung", yang di mana fungsi dan kegunaanya sebagai alat pelindung kepala yang sering mereka gunakansaat pergi ke ladang. 

Selain itu,"Topi Saung"  juga sering dipajang di setiap rumah masyarakat Desa Ping-Ping untuk sebagai hiasan rumah mereka.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Setelah selesai mengantarkan paket ke semua customers, kebiasaan yang sering saya lakukan adalah mengunjungi beberapa tempat yang menurut saya merupakan tempat unik yang masih terkesan tradisional.

Tempat pertama yang saya datangi adalah rumah adat Dayak, sebuah bangunan kayu yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang di depannya terpajang beberapa patung yang terbuat dari kayu asli khas karya suku Dayak. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Letak rumah adat yang ada di desa Ping-Ping pun tak jauh dari pemukiman masyarakat. Saat di sana, saya melihat seorang bapak sedang membuat kerajinan tangan yang sedang duduk di depan teras rumah. 

Berhubung saya penasaran, saya pun menghampiri bapak tersebut dan memperkenalkan diri.  Dan dari perkenalan tersebut, saya pun mengetahui nama bapak tersebut ialah Pak Kejut. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Hutan adalah pasar bagi kami begitu kata pak kejut yang saat ini sedang berusia 72 tahun, saya tidak pernah membeli rotan ( bahan dasar pembuatan tas anjat), semua gratis yang sudah di sediakan oleh alam sekitar, mau makan buah, ambil saja di hutan, mau makan ikan, ambil saja di sungai, mau makan daging, pergi saja ke hutan. 

Begitu mudah beliau bercerita kepada saya, padahal keadaan yang sebenarnya saat ini, hutan tidak seperti yang dia bayangkan. Saat ini hutan sudah banyak ditebang oleh perusahaan asing, lalu mereka mengantikannya dengan kelapa sawit. 

Seharian  saya banyak mengobrol dengan Pak Kejut. Tanpa sadar, saya kaget karena kedua matanya kini sudah mulai rabun. Tapi begaimana bisa kataku, di tengah kondisi penglihatan beliau yang tidak begitu baik, tapi kenyataannya beliau masih bisa membuat kerajinan tangan dengan baik. 

Saya salut dengan semangat beliau yang tidak mau akan menyerah dengan keadaan di tengah kondisi matanya yang sudah tidak baik lagi. 

Di setiap hari minggu pagi, depan rumah Pak Kejut selalu ramai dipenuhi para pengunjung dan penjual barang-barang hasil kerajinan masyarakat setempat.

Dok. istimewa
Dok. istimewa
Saya memberhentikan sepeda motor saya, mengambil handphone untuk mengabadikan sebuah gambar nenek yang bertelinga panjang yang sedang duduk diantara pintu dapur, namun sangat di sayangkan, saat saya memohon izin kepada nenek itu, ternyata beliau tidak bisa berbahasa Indonesia. 

Saya memberikan kode seperti sedang mengambil Foto, namun dari sikapnya nenek itu seperti menolak saya, tak mau pulang tanpa hasil, dari jauh saya mengambil gambar si nenek secara diam diam.

Saat sore hari, masyarakat sekitar memanfaatkan waktu dengan berbagai macam aktifitas, ada yang bermain sepak bola, bermain bola voli ada yang sedang asik bercerita di tangga teras rumah, ada pula yang sedang berkaroke ria.

Saya merasakan seperti menjadi di dalam bagian mereka, terasa di rumah sendiri, terlihat canda dan tawa di antara mereka, semua terlihat murni, jujur apa adanya, sebuah pemandangan yang tidak pernah saya temukan lagi saat berada di kota.

dok. sitimewa
dok. sitimewa
Harap berhati-hati saat mengendarai roda 4 ataupu roda 2, khususnya di pemukiman masyarakat dayak, di tengah jalan banyak anjing yang tidur di tengah jalan, konon katanya, masih ada sebagian masyarakat adat dayak yang menerapkan hukum adat. 

Bila seseorang menabrak anjing dari seorang warga, ataupun mencelakai seekor anjing yang  di pelihara masyarakat setempat, Maka siap-siap saja kita akan di kenakan denda sesuai dengan adat yang berlaku.

Karna disini, di masyarakat dayak khususnya, anjing sangat lah berharga, bahkan mereka sering dipelakukan secara istimewa oleh tuannya, karna keberadaan seekor anjing membantu sebuah keluarga dalam mencari nafkah, seperti berburu babi, rusa, dan hewan lainnya. terlihat saat itu, seorang bapak yang baru saja pulang dari kebun sedang berjalan beriringan yang layaknya seorang sahabat karib. 

Pemandagan tersebut adalah bukti kesetiaan pengabdian seekor anjing terhadap tuannya, itu sebabnya anjing di mata masyarakat dayak sangat bernilai.

Dok. istimewa
Dok. istimewa
Masyarakat Tradisional masih memegang teguh adat akan adat dan istiadat mereka, bila saya melihat di kehidupan sehari-hari, masyarakat desa ping-ping masih sangat bergantung dengan kekayaan alam yang ada di sekitar mereka, bagi mereka, alam merupakan penyedia bagi kebutuhan mereka sehari-hari. 

Namun bagaimana bila alam mereka di usik oleh pihak -pihak yang ingin meraup keuntungan banyak dari alam mereka ? yang pasti kehidupan mereka akan terusik bisa menciptakan dampak negatif di tengah tatanan masyarakat setempat.bila saya tambahkan, pemerintah seharusnya menyiapkan beberapa langkah jitu demi menjaga masyarakat agar tetap bisa melestarikan seni dan budaya mereka.

Seperti mendirikan pasar atau galeri untuk masyarakat lokal untuk menampung serta memasarkan segala kerajinan tangan mereka, menjadikan desa mereka sebagai desa budaya, sehingga masyarakat nasional dan internasional pun tertarik untuk berkunjung ke desa merea.

sekian dan terima kasih
semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun